Bab 20 : Lelah

Rupanya mengurus pernikahan tak semudah yang di pikirkan oleh Cici. Ia pikir, cukup memberi surat lengkap dan sudah. Pada kenyataannya, ia harus ke rumah sakit terlebih dulu, pun dengan foto. Lanjut setelah itu, ia harus bertemu dengan Wedding organizer yang akan menangani makeup serta resepsinya.

Ya ampun, Cici sampai terdiam di tempat duduk di salah satu restoran. Ya, kini ketiga manusia itu tengah istirahat makan siang setelah shalat dzuhur. Dan nanti seusai makan siang ketiganya akan datang ke tempat sang WO. Yang lebih membuat pusing Cici adalah foto prewedding, yang mana membuat dirinya bingung memilih tema. Sudah ia katakan terserah pada Fadil, namun pria itu tetap menyuruh untuk dirinya memilih sesuai keinginannya.

"Di pantai bagus, Kak," usul Firda saat ia tengah melihat katalog dari ponsel kakaknya.

Cici hanya mengangguk, "boleh juga. Itu saja sudah, nggak papa."

"Itu keinginan kamu, bukan?" Fadil bertanya.

"Aku nggak punya keinginan seperti itu," jawab Cici sembari menggelengkan kepalanya.

Firda yang ada di sana hanya bisa mengembuskan napas lelah. Sedari tadi calon kakak iparnya memang selalu menjawab dengan kalimat konyol, seperti benar-benar tak menginginkan segalanya. Padahal, itu semua adalah impian setiap perempuan.

"Kak, aku ke toilet sebentar ya." Firda beranjak dari duduknya dan pergi setelah memberikan ponsel sang kakak pada si pemilik.

Sembari menunggu datangnya makanan yang mereka pesan, Cici sembari menidurkan kepala ke atas meja, dengan lengan sebagai bantalan. "Kamu nekad banget sih, Dil," begitu ujarnya pelan.

"Aku bukan nekad, tapi selalu serius kalau kamu lupa, Ci," kata Fadil dengan senyum yang begitu lebar, seraya memandangi kepala sang calon yang tertutup jilbab.

"Kalau nanti aku kabur di saat hari H gimana?" tanya Cici lagi lebih pelan. Netranya setia memandang ke arah toilet, takut-takut calon adik iparnya datang dan mendengar apa yang dia katakan.

"Nggak papa. Kamu nggak akan bikin malu aku, kalau kamu kayak gitu," jelas Fadil. "Justru kamu akan bikin malu mama dan adikmu," sambung pria itu.

Cici terdiam, mencerna apa yang dikatakan calon suaminya itu.

"Kenapa kamu maksa banget, kamu tahu 'kan kalau aku nggak ada rasa sama kamu."

"Aku tahu, banget malah. Tapi, aku yakin banget sih, nanti setelah menikah, kamu bakalan klepek-klepek sama aku," kata Fadil sembari menahan tawa.

"Kamu aneh, cinta ku sudah tumpah pada Sang Pencipta dan nggak jatuh sedikitpun ke kamu, tapi kamu malah berharap kayak gitu." ujar Cici lagi seraya menegakkan duduknya karena ada pelayan restoran yang datang mengantarkan makanan pesanan mereka.

Fadil diam karena tangannya sibuk membantu pelayan restoran itu. Membagi mana pesanan Cici dan mana pesanan sang adik, pun dengan pesanannya. "Makasih ya, Mas," ujarnya pada sang pelayan restoran.

"Kamu yang aneh, Ci. Kamu lupa kalau Allaah Maha Membolak-balikkan hati?" pria itu kembali bertanya dan melihat ke arah wanita yang saat ini tengah melihat ke arah lain.

"Dan kamu tahu, kalau kamu itu sudah salah beranggapan," sambung Fadil.

Cici menoleh ke arah Fadil, "maksudnya?"

"Kamu nggak cinta sama Allah karena kamu sudah mendahuluinya dengan beranggapan bahwa semua laki-laki sama, kamu memiliki ketakutan yang luar biasa, padahal kamu tahu, Allaah adalah satu-satunya yang harus kamu takuti. Rasa sakit yang dibuat manusia, akan di balas keindahan oleh Allah Ta'ala. Kamu nggak perlu mengkhawatirkannya."

Cici menelan ludahnya dengan kasar, menoleh kembali ke arah lain karena bayangan Firda yang mendekat sudah terlihat. Apa yang dikatakan Fadil membuatnya kembali berpikir tentang apa yang sudah ia pikirkan selama ini. Benarkah, atau salah? Begitu pertanyaan yang ada di dalam otaknya.

Bukan tak sengaja Fadil berkata seperti itu, karena semalam ia benar-benar bertanya sendiri segala alasan yang membuat calon istrinya itu tak ingin menikah. Dan dengan sedihnya, calon mertuanya mengatakan alasan berpisahnya dirinya dengan suaminya waktu dulu. Sampai menceritakan bahwasanya, ia mengetahui segalanya dari anak pertamanya.

Saat itu juga, fadil semakin yakin bahwa dia bisa membuat rasa takut di dalam diri wanita itu hilang. Ia akan berusaha membuat Cici yakin, bahwa tidak semua laki-laki sama seperti papanya.

"Udah datang ya, makanannya?" Firda duduk kembali di tempatnya. Sebenarnya tadi anak cantik itu tak benar-benar ke toilet, ia hanya ke arah sana untuk berbagi pesan dengan teman maupun Umma, karena jujur saja menemani dua sejoli yang tak terlibat dalam cinta itu susah.

"Udah, ayo makan. Setelah ini kita harus pergi lagi, bicara jadwal prewedding, soalnya waktunya udah mepet banget." ujar Fadil yang lantas di setujui dua wanita yang ada di sana.

Terpopuler

Comments

Uba Muhammad Al-varo

Uba Muhammad Al-varo

semoga saja kebuka hatinya Cici dan bisa membalas cinta nya Fadil.

2023-12-30

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Seusai Hujan
2 Bab 2 : Jalur Langit
3 Bab 3 : Ada apa?
4 Bab 4 : Rasa Takut Itu Masih ada
5 Bab 5 : Flashback
6 Bab 6 : Terpikirkan 1
7 Bab 7 : Terpikirkan 2
8 Bab 8 : Maaf Umma
9 Bab 9 : Ampun Umma
10 Bab 10 : Membujuk
11 Bab 11 : Perasaan Yang Berbeda
12 Bab 12 : Berjuang
13 Bab 13 : Tentang Brownies
14 Bab 14 : Tentang Cici
15 Bab 15 : Tempat Pulang
16 Bab 16 : Tak Percaya
17 Bab 17 : Masih Tak Percaya
18 Bab 18 : Kotak Beludru
19 Bab 19 : Biasa Saja
20 Bab 20 : Lelah
21 Bab 21 : Istighfar
22 Bab 22 : Sepasang Anting
23 Bab 23 : Buah Tin
24 Bab 24 : Tak Sengaja
25 Bab 25 : Cangkul
26 Bab 26: Pelukan (1)
27 Bab 27 : Restu
28 Bab 28 : Pelukan (2)
29 Bab 29 : Oleh-oleh
30 Bab 30 : Prewedding
31 Bab 31 : Selembut Kapas
32 Bab 32 : Suvenir
33 Bab 33 : Pengajian
34 Bab 34 : Tidak Bisa
35 Bab 35 : Malam Sebelum Akad
36 Bab 36 : Menunggu Wali Datang
37 Bab 37 : Akhirnya Tiba
38 Bab 38 : Demi Kita
39 Bab 39 : Gaun Biru
40 Bab 40 : Terimakasih Umma
41 Bab 41 : Istirahat Sendiri
42 Bab 42 : Segitiga
43 Bab 43 : Papa Pulang
44 Bab 44 : Perhatian
45 Bab 45 : Mengalir
46 Bab 46 : Memunggungi
47 Bab 47 : Pindah
48 Bab 48 : Semilir Angin
49 Bab 49 : Pikiran Buruk
50 Bab 50 : Tak Ingin Memiliki
51 Bab 51 : Patah Hati
52 Bab 52 : Selamat Tidur Cantik
53 Bab 53 : Penasaran
54 Bab 54 : Saling Menyuapi
55 Bab 55 : My Angel
56 Bab 56 : Boleh Tidak?
57 Bab 57 : Pelukan Hangat
58 Bab 58 : Berangkat
59 Bab 59 : Bimo
60 Bab 60 : Belum Rindu
61 Bab 61 : Kembali Merasakan
62 Bab 62 : Hamdan Dan Angel
63 Bab 63 : Habun
64 Bab 64 : Tidur Di Waktu Yang Sama
65 Bab 65 : Dilema Caca
66 Bab 66 : Salah Bicara
67 Bab 67 : Memikirkan
68 Bab 68 : Ingin Mencintai
69 Bab 69 : Cara Mencintai
70 Bab 70 : Belum Sepenuhnya
71 Bab 71 : Mencoba Cara
72 Bab 72 : Makan Bakso Berdua
73 Bab 73 : Junior?
74 Bab 74 : Pertama Kali Mengamati
75 Bab 75 : Ada Untukmu
76 Bab 76 : Belum Bisa
77 Bab 77 : Rea Kecewa
78 Bab 78 : Rencana Menantu Dan Mertua
79 Bab 79 : Mengakui Perasaan
80 Bab 80 : Beda Rasa
81 Bab 81 : Rasa Itu
82 Bab 82 : Masih Malu-malu
83 Bab 83 : Lamaran Sederhana (Bagian 1)
84 Bab 84 : Lamaran Sederhana (Bagian 2)
85 Bab 85 : Sederhana
86 Bab 86 : Mimpi Indah
87 Bab 87 : Gara-gara Mimpi
88 Bab 88 : Bertanya
89 Bab 89 : Pengajian
90 Bab 90 : Menggoda (Bagian 1)
91 Bab 91 : Menggoda (Bagian 2)
92 Bab 92 : Malu-malu
93 Bab 93 : Sah
94 Bab 94 : Suasana Ramai
95 Bab 95 : Menuju Gol
96 Bab 96 : Malam Pertama
97 Bab 97 : Jemput Papa
98 Bab 98: Mampir
99 Bab 99 : Rumah Baru
100 Bab 100 : Akhirnya
101 Bab 101 : Jalan Malam
102 Bab 102 : Ada Yang Berbeda
103 Bab 103 : Bahagia Fadil, Ketakutan Cici
104 Bab 104 : Morning Sickness
105 Bab 105 : Kembali Merasakan Dekapan Itu
106 Bab 106 : Empat Bulan
107 Bab 107 : Hidup Masing-masing
Episodes

Updated 107 Episodes

1
Bab 1 : Seusai Hujan
2
Bab 2 : Jalur Langit
3
Bab 3 : Ada apa?
4
Bab 4 : Rasa Takut Itu Masih ada
5
Bab 5 : Flashback
6
Bab 6 : Terpikirkan 1
7
Bab 7 : Terpikirkan 2
8
Bab 8 : Maaf Umma
9
Bab 9 : Ampun Umma
10
Bab 10 : Membujuk
11
Bab 11 : Perasaan Yang Berbeda
12
Bab 12 : Berjuang
13
Bab 13 : Tentang Brownies
14
Bab 14 : Tentang Cici
15
Bab 15 : Tempat Pulang
16
Bab 16 : Tak Percaya
17
Bab 17 : Masih Tak Percaya
18
Bab 18 : Kotak Beludru
19
Bab 19 : Biasa Saja
20
Bab 20 : Lelah
21
Bab 21 : Istighfar
22
Bab 22 : Sepasang Anting
23
Bab 23 : Buah Tin
24
Bab 24 : Tak Sengaja
25
Bab 25 : Cangkul
26
Bab 26: Pelukan (1)
27
Bab 27 : Restu
28
Bab 28 : Pelukan (2)
29
Bab 29 : Oleh-oleh
30
Bab 30 : Prewedding
31
Bab 31 : Selembut Kapas
32
Bab 32 : Suvenir
33
Bab 33 : Pengajian
34
Bab 34 : Tidak Bisa
35
Bab 35 : Malam Sebelum Akad
36
Bab 36 : Menunggu Wali Datang
37
Bab 37 : Akhirnya Tiba
38
Bab 38 : Demi Kita
39
Bab 39 : Gaun Biru
40
Bab 40 : Terimakasih Umma
41
Bab 41 : Istirahat Sendiri
42
Bab 42 : Segitiga
43
Bab 43 : Papa Pulang
44
Bab 44 : Perhatian
45
Bab 45 : Mengalir
46
Bab 46 : Memunggungi
47
Bab 47 : Pindah
48
Bab 48 : Semilir Angin
49
Bab 49 : Pikiran Buruk
50
Bab 50 : Tak Ingin Memiliki
51
Bab 51 : Patah Hati
52
Bab 52 : Selamat Tidur Cantik
53
Bab 53 : Penasaran
54
Bab 54 : Saling Menyuapi
55
Bab 55 : My Angel
56
Bab 56 : Boleh Tidak?
57
Bab 57 : Pelukan Hangat
58
Bab 58 : Berangkat
59
Bab 59 : Bimo
60
Bab 60 : Belum Rindu
61
Bab 61 : Kembali Merasakan
62
Bab 62 : Hamdan Dan Angel
63
Bab 63 : Habun
64
Bab 64 : Tidur Di Waktu Yang Sama
65
Bab 65 : Dilema Caca
66
Bab 66 : Salah Bicara
67
Bab 67 : Memikirkan
68
Bab 68 : Ingin Mencintai
69
Bab 69 : Cara Mencintai
70
Bab 70 : Belum Sepenuhnya
71
Bab 71 : Mencoba Cara
72
Bab 72 : Makan Bakso Berdua
73
Bab 73 : Junior?
74
Bab 74 : Pertama Kali Mengamati
75
Bab 75 : Ada Untukmu
76
Bab 76 : Belum Bisa
77
Bab 77 : Rea Kecewa
78
Bab 78 : Rencana Menantu Dan Mertua
79
Bab 79 : Mengakui Perasaan
80
Bab 80 : Beda Rasa
81
Bab 81 : Rasa Itu
82
Bab 82 : Masih Malu-malu
83
Bab 83 : Lamaran Sederhana (Bagian 1)
84
Bab 84 : Lamaran Sederhana (Bagian 2)
85
Bab 85 : Sederhana
86
Bab 86 : Mimpi Indah
87
Bab 87 : Gara-gara Mimpi
88
Bab 88 : Bertanya
89
Bab 89 : Pengajian
90
Bab 90 : Menggoda (Bagian 1)
91
Bab 91 : Menggoda (Bagian 2)
92
Bab 92 : Malu-malu
93
Bab 93 : Sah
94
Bab 94 : Suasana Ramai
95
Bab 95 : Menuju Gol
96
Bab 96 : Malam Pertama
97
Bab 97 : Jemput Papa
98
Bab 98: Mampir
99
Bab 99 : Rumah Baru
100
Bab 100 : Akhirnya
101
Bab 101 : Jalan Malam
102
Bab 102 : Ada Yang Berbeda
103
Bab 103 : Bahagia Fadil, Ketakutan Cici
104
Bab 104 : Morning Sickness
105
Bab 105 : Kembali Merasakan Dekapan Itu
106
Bab 106 : Empat Bulan
107
Bab 107 : Hidup Masing-masing

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!