...Tak perlu tahu sebuah alasan...
...Kau hanya butuh satu jawaban...
...Jangan pernah memaksa, sesuatu yang tak diinginkan...
...Raisyi Andriana -Hati Bidadari-...
...----------------...
Benar saja, Fadil membayar pesanan sang umma tanpa mengatakan kembali hal-hal yang menyangkut dengan sebuah rasa.
"Kata Umma kembalinya masukan saja ke kotak," begitu ujar Fadil saat Cici menerima selembar uang yang ia berikan.
"Alhamdulillah, semoga bisa membantu orang yang membutuhkan," ujar gadis cantik itu.
"Kalau gitu aku pamit ya, Ci. Assalamualaikum," ucap Fadil seraya memandangi gadis cantik yang saat ini menunduk dan mengangguk.
"Jawab dulu, Ci. Setelah itu, aku akan pergi," kata Fadil lagi.
"Wa'alaikumsallam warahmatullahi wabbarakatuh," jawab Cici dengan senyum yang merekah dan memandang pria itu sekilas.
Fadil mengangguk dan berlalu dari sana. Ia meninggalkan gadis cantik kesayangannya yang dia tak mengerti kenapa kiranya sampai masih saja menolak lamarannya.
Laki-laki itu berjalan pelan dengan hati gang gundah gulana. Dan dalam perjalanannya ia bertemu dengan Caca yang mengendarai motornya. Mengetahui ada Fadil berjalan, gadis cantik itu lantas menghentikan laju motornya.
"Mas Fadil, assalamualaikum," sapa gadis cantik yang saat ini sudah menurunkan kedua kakinya agar motornya tetap seimbang.
"Wa'alaikumsallam, Ca. Mau jemput kakak kamu ya?" jawab Fadil seraya bertanya.
Caca mengangguk, lantas netranya bisa melihat kantong yang berlogo tokonya. "Cie-cie ... Abis nemenin kakak aku ya," ujar gadis itu lagi.
"Hm, sayangnya di tolak terus. Kakak kamu punya pacar ya?" lagi-lagi Fadil bertanya.
"Enggak ada, kak Cici nggak pernah deket sama siapapun, dia itu memang aneh, semua cowok dia tolak. Sampai mama bingung dengan sikapnya itu," jelas Caca lagi.
Fadil tertawa, "kamu malah gibahin kakak kamu, sudah sana temenin bidadariku," ujar pria muda itu.
"Idih, dasar pangeran yang tertolak." Caca kembali menghidupkan motornya. "Assalamualaikum." sambung gadis itu seraya menjalankan kembali kendaraan roda duanya.
"Wa'alaikumsallam," jawab Fadil seraya memandangi kepergian motor Caca.
"Bisa beda gitu, antara kakak dan adik." ujar pria tampan itu yang lantas menyambung perjalanan nya.
Awalnya Fadil sengaja untuk jalan kaki, ia pikir ia bisa membantu menutup toko dan menemani Cici pulang. Namun pada kenyataannya, ia harus kecewa karena sikap Cici yang baik namun selalu menolak rasa yang ia miliki.
"Padahal usia 25 adalah usia yang pas untuk menikah, kenapa dia belum mau, ya?" tanya Fadil entah pada siapa. Pasalnya jalanan yang ia lewati begitu sepi. Maklum saja, hujan baru saja reda, jadi jangankan orang dewasa, anak-anak yang biasanya lari-lari di jalan pun tak ada.
"Lumayan jauh loh, Ci. Dari rumahku ke toko, tapi kamu setega itu pada diriku."
Ya ampun, sepanjang perjalanan Fadil benar-benar seperti orang gila, selalu saja bicara sendiri. "Lihat saja nanti, Ci. Aku akan menggunakan jalur yang paling ampuh," katanya lagi. "Jalur langit," sambung pemuda itu dengan senyum yang merekah.
"Ya Allaah, bantu hambamu ini ya."
"Doa di sepertiga malam seusai shalat, Fadil. Bukan sambil jalan." Fadil terkesiap saat ternyata dirinya sudah sampai di depan rumah dan Ummanya sudah ada di teras menunggunya.
Pria itu tersenyum ke arah sang Umma dan mendekat. "Umma denger?" tanyanya konyol.
"Suara kamu keras banget loh, Dil. Nggak malu apa?" jawab sang Umma.
Fadil hanya bisa tertawa, ia benar-benar tak sadar sudah banyak bicara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Nenieedesu
semangat kak sudah aq favoritkan jangan lupa mampir di novel aq kak
2023-12-14
0