Perlahan jari lentik itu meraih benda kecil berbentuk kotak itu, dengan rasa yang berdebar dan merasa aneh karena ini bukanlah keinginannya ia pun membuka tempat yang sudah jelas apa isinya.
Satu titik mata berkilau saat sinar lampu menyorot ke arah permata kecil itu. Bibir Cici tersenyum saat mendapati sebuah cincin indah itu. "Harusnya ini bukan untukku, Dil. Karena aku sebenarnya tak menginginkan ini."
Namun perlahan, tangannya mengambil dan mencoba memasukkan ke dalam jari manis sebelah kiri. Pas dan terlihat sangat cantik. Manis sekali di tangan mulus itu.
"Huh ...."
Gadis itu mengembuskan napas sembari istighfar, laku menutup kembali kotak itu. Seusai itu, ia lantas berdiri dan kembali masuk ke kamar, tentu saja ia akan menaruh tempat kecil itu di dalam lemarinya.
Sesuai petunjuk sang mama, gadis itu lantas mencari surat-surat penting. Menurut, ya ... Kini gadis itu hanya bisa menurut tanpa bisa menuntut.
[Assalamualaikum, calon istri. Tolong siap-siap, sebentar lagi aku dan calon adikmu sampai.]
Pesan itu belum di buka oleh Cici, hanya di baca lewat jendela notifikasi. Apakah Cici tersenyum? Tidak. Gadis itu biasa saja, tak merasa suka atau malu-malu. Ia justru hanya menggelengkan kepalanya heran lada tingkah temannya itu.
Ya, walaupun Fadil memang calon suaminya, tapi gadis itu belum bisa merasakan rasa yang aneh. Terlebih rasa yang menurus ke cinta. Ia masih merasa bahwasanya Fadil adalah temannya saja.
Usai dengan mengambil yang akan di perlukan, ia juga membawa baju lain yang nantinya akan di pakai untuk foto. Ya, foto berlatar belakang biru.
Lucu, jika biasanya para perempuan akan sangat senang, antusias bahkan merasa tak karuan. Tidak dengan Cici. Bahkan seusai beres, ia langsung duduk di teras menunggu kedatangan orang yang akan membawanya pergi. Karena kebetulan, Rea dan Caca sudah pergi terlebih dulu. Banyak urusan yang harus mereka selesaikan.
Tak menunggu lama, honda brio warna merah sudah terlihat mendekat. Cici lantas berdiri dan membenarkan tas yang ia sangkutkan di pundak. Kedua manusia yang ada di dalam mobil pun keluar. Berawal dari Firda yang terlihat ceria dan di susul Fadil yang terlihat sekali tampannya.
"Assalamualaikum, Kak Cici." Firda mendekat seraya menyalami tangan orang yang lebih tua darinya itu.
"Wa'alaikumsallam Fir, mau masuk dulu nggak?" tanya Cici.
"Mmmm ..." Firda menoleh ke arah belakang, meminta jawaban dari sang kakak.
"Mending nggak usah, kita langsung saja. Soalnya nanti setelah urus ini, aku masih banyak urusan," ujar Fadil dengan senyum yang merekah.
Cici mengangguk setuju, lalu Fadil memutari bagian depan mobil demi untuk membukakan pintu. Tapi sayang, yang di bukakan pintu malah duduk di bagian belakang. Firda yang melihat itu menahan tawa sembari masuk ke dalam mobil, "jangan lupa di tutupkan ya, Kak," katanya meledek sang kakak.
"Asem," gerutu Fadil gemas.
"Kenapa, Fir?" tanya Cici yang benar-benar tak paham.
"Enggak papa, Kak," jawab Firda seraya memutar setengah badan melihat ke arah sang calon kakak ipar. "Kakak kenapa duduk di belakang?" tanya gadis itu.
"lah terus duduk di mana?" tanya balik Cici.
Fadil yang sudah duduk di dalam mobil hanya bisa tersenyum. "Ya duduk di tempat Firda, Ci. Kamu ini ya nggak sepolos itu juga 'kan?" ujarnya seraya bertanya. Tak lupa mesin mobil pun mulai ia nyalakan dan siap untuk pergi dari pelataran rumah calon istrinya.
"Ya 'kan ada Firda, lagian kenapa harus di depan. Yang penting duduk bukan."
"Iya, benar sekali Kak. Jangan lupa berdoa ya kakak-kakakku agar kita selamat sampai tujuan." seru Firda dengan semangatnya. Dalam hati gadis itu berucap, 'Ampun, belum menikah udah ramai. Semoga seusai menikah keduanya akur dan tentram sampai batas usia mereka, Ya Allaah ... Aamiin.'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Uba Muhammad Al-varo
semoga semua rencana pernikahan Cici sama Fadil lancar tidak ada halangan apa pun.
selalu sehat dan selalu semangat up nya iya Thor 🙏💪💪💪💪💪💪💪
2023-12-29
2
aqil siroj
lanhutttt
2023-12-29
1
Siti Dede
Aamiin
2023-12-29
1