Netranya masih setia memandangi kepergian sang adik. Sementara mamanya sudah pergi dari pagi sekali ke toko kue. Sedangkan dirinya, jadwal hari ini adalah kosong. Tidak ada acara mengajar ataupun yang lainnya. Hari ini ia hanya akan memantau toko online sang adik, dan pekerjaan itu bisa ia lakukan sembari duduk santai di teras rumah.
Barang yang di jual Caca adalah makanan ringan, dan itu semua adalah buatan Cici. Caca hanya bertugas untuk menjual stok yang ada, dan mendapat keuntungan sendiri yang ia ambil sebagai reseller dari kakaknya sendiri. Cici sengaja tak menjualnya sendiri, karena ia ingin berbagi degan sang adik.
Biasanya, cemilan yang ia buat hanya tiga hari sekali, dan itupun dengan bantuan mamanya. Ide bisnis menjual makanan Cici dapat dari neneknya. Sebelum kembali ke hadapan Tuhan, wanita itu berpesan pada dua cucunya agar mengembangkan bisnis saja dan jangan bekerja di luar kota. Supaya kedua kakak-beradik itu tak meninggalkan sang mama yang sendiri. Dan benar saja, semuanya seolah sudah menjadi jalan bagi ketiga wanita itu, bisnis yang mereka jalankan berjalan lancar dan tidak ada hambatan besar.
Cici juga sembari mengajar les secara online, dan pelajaran yang ia bagikan adalah pelajaran agama. Namun, saat ditawari untuk mengajar di masjid, gadis itu tak mau. Entahlah, ia merasa tak tertarik untuk bertemu banyak orang, terlebih jelas akan bertemu banyak pria yang tak ia inginkan.
Cukup di tempat ia mencari pendidik saja. Begitu pikir gadis cantik itu.
...----------------...
Dalam duduknya di teras, gadis cantik itu memikirkan bagaimana rasa yang di miliki pria paruh baya yang menjadi papa baginya.
Kendati memikirkan apa yang ada di dalam benaknya tentang bagaimana keadaan pria itu, ia juga memikirkan tentang sakit yang ada di dalam hati mamanya. Yang mana sakitnya juga ia rasakan sampai sekarang.
"Pa, maaf ya ... Aku memang bukan anak yang baik, tapi papa juga harus tahu, kalau ini semua, luka yang ada ini, papa yang buat," gumam Cici seraya menepuk hatinya yang kembali sakit.
"Aku ingat banget bagaimana waktu itu, sakit itu, sampai membuat mama pun nggak mau kembali merajut cinta. Padahal saat itu, pa. Ada laki-laki yang sangat baik. Tapi mama takut, takut kembali merasakan sakit yang sama seperti yang papa berikan."
"Jika saat ini, aku pun merasakan takut itu, ini semua karena dirimu pa." gadis itu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Di teras ia merasakan kembali rasa itu. Terlebih saat ia mencoba untuk maaf dan mendekat ke papa kandungnya, sayang ... Sakit hati itu membuatnya enggan untuk mendekat.
"Assalamualaikum." suara itu membuat Cici mengusap wajahnya dan mendongak, melihat ke arah suara yang ia dengar.
"Wa'alaikumsallam," jawabnya. Bibirnya tersenyum seketika saat melihat siapa yang datang. Bahkan sampai membuat dirinya berdiri untuk menghormati seseorang itu.
"Sendirian aja kamu, Ci." ujar orang itu, saat sudah berdiri di depan Cici dan gadis itu menyalami dirinya.
"Iya, Umma. Hari ini tidak ada jadwal," jawabnya. "Mari, Umma silakan duduk," ajak gadis itu pada wanita cantik berpakaian panjang dan berjilbab panjang.
Kedua wanita beda usia yang sama-sama cantik itu lantas duduk dan saling memandang, senyum keduanya sama-sama manis, membuat seseorang yang tengah sembunyi di sana, di balik pohon juga turut tersenyum. "Ya Allaah, hamba mencintai diri-Mu lebih dari hamba mencintai diri hamba. Tapi hamba juga mencintai makhluk ciptaan-Mu Ya Allaah, maka, jika memang dia adalah jodohku, permudahkan dan bukakan hatinya agar bisa memiliki rasa yang sama seperti apa yang aku rasa. Karena hanya Engkau Sang Maha membolak-balikkan hati," begitu ucap seseorang itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments