Luka Pernikahan
Episode 1 Bunga yang layu
Kami sudah menikah selama tiga tahun, namun sepanjang pernikahan itu satu kali pun aku tidak pernah melihat gaji suamiku.
Setiap aku bertanya, suamiku bilang dengan cueknya:
"Kamu terima beres aja, yang penting sandang panganmu dan anak kita terpenuhi."
"Tapi aku berhak tahu Mas setidaknya izinkan aku mengelola sendiri rumah tangga kita. Kamu ngga percaya sama aku?"
Seperti biasa Mas Prabu pasti akan menghindar dengan memilih pergi mengajak anakku keluar. Tapi kali ini aku tahan tangannya agar tidak pergi.
Kujelaskan panjang lebar tentang kewajiban suami terhadap istrinya terutama nafkah lahir dan batin. Suamiku melengos seakan tidak menggubris perasaanku.
"Aku ini milik Ibuku Ratih, selamanya, kamu lupa ya aku bisa sesukses dan semapan ini karena ibuku banting tulang mengurusi aku, perjuangan dia ngga mudah Ratih, ngga mungkin setelah aku menikah aku lupa dan mengabaikan beliau, sementara kamu? apa yang kamu berikan padaku ngga sebanding."
Kalau sudah begitu aku hanya terpekur diam, tak ada gunanya mendebat dia. Dia selalu mau menang sendiri, dan aku selalu kalah dan diam tak berdaya. Aku ingin memberikan seluruh kemampuan yang aku punya, memasak apa pun yang enak dan sehat, namun bagaimana aku bisa melakukan itu kalau bulanan Yang kuterima bahkan tak cukup sampai akhir bulan.
Mas Prabu mengurungkan niatnya pergi dan memilih duduk di sofa ruang tengah.
"Kopi Tih, sekalian bikinin cemilan ya." ucap Mas Prabu ringan, kemudian dia kembali hanyut dengan memainkan gawainya.
Aku terdiam, lagi-lagi aku kebingungan, cemilan apa yang bisa kubuat dengan sisa uang 10ribu di kantongku
Ketika aku berucap minta uang untuk membuatkan dia brownies atau pun naga dari atau pun hanya sekedar kue kelepon, dia malah mengatakan
ngga punya uang di dompet. Namun dengan santainya dia pesan online dan dimakan dengan lahap sendirian sembari asyik main games.
Air mataku menetes. Entah sampai kapan suamiku berubah,
Aku sangat lelah dan tak mampu mengikuti rytme kehidupan rumah tangga seperti ini.
Andai saja Ibu mertuaku adil dalam membagikan penghasilan Mas Prabu, aku tidak akan kesal.
Tiap bulan aku hanya dijatah 400rb, diluar PDAM dan PLN. Memang beras, gula, kopi dan gas ditanggung ibu, aku belanja hanya lauk pauk, susu anak dan pampers. Namun itu sangat tidak mencukupi untuk memenuhi standar makanan yang diinginkan suamiku.
Jangankan untuk beli bedak dan pakaian yang pantas, untuk kebutuhan dasar anak saja sudah tidak mencukupi.
Aku ingin berteriak dan memberontak. Tapi aku sungguh tidak berdaya.
Sementara suamiku selalu necis dan wangi, pakaian berganti-ganti, kemana-mana naik mobilnya, kalau lauk sedang tidak sesuai seleranya dia pergi keluar dengan teman-temannya untuk makan.
*************
Aku duduk dimuka cermin, kulihat wajahku kusam tak secantik saat belum menikah dulu, dasterku lusuh, kulitku mulai tidak sehat lagi. Jangankan perawatan di salon seperti saat masih gadis, beli lipstik dan hand body saja yang paling murah sisa menabung uang sisa belanja.
Aku menatap layar ponselku, memang android tapi pulsa dan paket datanya tidak ada.
Sebenarnya aku pandai memasak, pandai merias, namun dengan keterbatasan biaya bagaimana aku akan membuat usaha online dari rumah seperti orang lain.
Hari ini aku menemukan slip gaji suamiku di kantong celananya, 6juta plus insentive 2.5jt. ketika aku mengucap minta jatah bulan ini satu juta, karena pengen buat kue untuk dijual online, Mas Prabu cuma bilang:
"Itu urusan Ibu, kamu ngomong aja nanti sama beliau."
Hatiku perih dan sakit. Bahkan malam ini ketika melayaninya ditempat tidur, aku seakan terpaksa dan ngga bisa ikhlas.
Terlebih dia selalu menghina kalau aku tidak enak. Tidak pintar melayani suami.
Tak terperi rasa sakitku.
"Tih, rawatlah kewanitaanmu, jamuan kek, apalah, biar akunya ngga mikir buat nyari diluaran, aku maunya yang halal, tapi kalau yang halal berasa basi, gimana aku bisa tahan."
Sesak nafasku, sakitnya melebihi dihunjam dengan pisau di jantungku.
"Mas, beli jamu dan sabun sirih itu butuh uang, alasan kamu buat menghalalkan selingkuh ini ngga masuk akal. Aku ngga bisa merawat diri dan stres karena sikapmu, bagaimana mungkin aku merawat diri dengan uang 400rb sebulan, Mas mikir ngga?"
Aku segera beranjak ke kamar mandi, harga diriku sebagai seorang istri terasa diinak-injak.
Di kamar mandi aku menangis sejadi-jadinya. Ku hidupkan shower dan aku berdiri di bawah terjangan air yang mengguyur sekujur tubuhku. Aku sangat tidak menyangka, suami yang sangat romantis ketika pacaran berubah drastis ketika aku sudah dimilikinya. Jangankan kemanjaan dan pemenuhan kebutuhan hiburan, hanya untuk mengisi pulsa dan paket data saja aku harus bicara pada mertua.
Selama ini aku merahasiakan penderitaanku pada ibu kandungku. Kasihan beliau. Ibuku sudah berusaha keras membesarkan dan mendidikku, walaupun beliau single parent, tapi hidupku berkecukupan, Ibuku tak pernah membiarkan aku kekurangan, beliau tetap tegar dan kuat bahkan sampai aku lulus diploma 3.
Aku tidak ingin melihat ibuku kecewa mengetahui anaknya diperlakukan tidak adil oleh suami dan mertua.
**********************
Ibu mertuaku datang, sementara rumah masih berantakan karena belum sempat membereskan, Vino buah hatiku sedang sakit. Tak mau semenit pun kulepas dari gendongan.
"Astaghfirullah Ratih, sibuk apa sih kamu? lantai belum disapu, cucian numpuk, itu juga cucian piring di bak cuci sampai begitu, kamu ini enak Lo ngga kaya ibu dulu, membesarkan tiga anak sendirian, ayah mertuamu sering di luar kota. Bahkan ibu masih bisa bekerja sembari mengurus tiga anak. Kamu cuma punya balita satu aja kelimpungan, hanya di rumah ngga bekerja, tapi rumah sampai seperti kapal pecah gini. Gimana suamimu bisa betah di rumah Tih?"
Omelan ibu tidak kugubris, aku terus mencoba menidurkan Vino di gendonganku.
Rasanya bosan mendengar ucapan yang selalu tak pernah puas dengan semua yang aku lakukan.
"Ini uang bulanan ibu tambah ya, tapi untuk bulan ini saja, bulan depan normal lagi, ini ibu taruh di meja makan. Ingat Tih, jangan salahin suami kalau dia melirik wanita lain, lha wong kamunya ngga becus ngurus rumah, ngga pinter ngurus suami, dia sering makan di luar karena masakanmu itu Lo yang itu-itu saja. Dia bisa bosan Lo Tih, terus itu penampilan kamu tambah hari koq semrawut, suamimu bisa eneg liat dastermu itu."
Aku hanya diam, bukan karena bodoh dan ngga mau membela diri. Aku hanya sedang berpikir untuk membuat ibu dan suamiku menyadari kesalahan yang mereka lakukan padaku.
"Sepulang ibu mertuaku, aku meletakkan Vino di ranjangnya dan menghitung uang yang ibu berikan, 550rb. Aku menghela nafas berat. Aku istri seorang lelaki mapan, namun hidup penuh kekurangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
kasian sekali kau Ratih
2023-07-26
0
Kajol
kaga kuat gw mah punya laki kaya gitu 400 ribu sebulan cukup buat apaan
2021-08-17
0
Esti Trianawati
400 rb sebulan buat jajan anak aja kurang
2021-08-14
0