Ketika aku masuk ke dalam cafe. Seorang wanita yang masih terlihat sangat cantik melambaikan tangan. Penampilannya sangat elegan.
Dia mempersilahkan aku duduk.
"Kamu Ratih, wanitanya putra saya Pandu, saya Lestari, Mamanya Pandu."
Wanita yang masih terlihat sangat cantik di usianya yang mungkin di atas 50 tahun itu tersenyum ramah dan mempersilahkan aku duduk.
"Jangan tegang Ratih, saya bukan jenis emak-emak rempong di luaran sana yang bakalan mempersulit calon istri putranya."
Calon istri? Aku dan Pandu bahkan belum pacaran, kenapa Ibunya mengatakan calon istri, aku merasa sangat malu, hatiku tiba-tiba berdegup lebih kencang lagi.
Ibu Lestari memanggil pelayan dan memesan beberapa menu makanan ringan, roti abon, onion ring, chicken fingers. Coffe latte untuknya dan americano Coffee untukku. Aku terpana dan hanya bisa menatapnya bingung.
Sepertinya Bu Lestari memahami kebingunganku.
"Jangan khawatir Ratih, Pandu bukan anak mama yang menceritakan segala sesuatu pada mamanya. Saya menemukan semua yang kamu suka di coretan yang dibuatnya. Kamu tahu, dia juga belajar memasak sayur lodeh kesukaan kamu. Dia berubah semenjak bertemu kamu."
Tiba-tiba wajah Bu Lestari tersaput mendung.
"Kenapa Bu?" tanyaku gelisah.
"Dulu Pandu sangat mencintai wanita yang salah. Wanita yang hanya mengincar hartanya. Dia diculik oleh wanita itu bersama temannya. Pandu hampir mati di dalam kebakaran hebat. Bisa kamu bayangkan Ratih, trauma seperti apa yang sudah dilaluinya, bahkan di depan matanya dia melihat mobil wanita itu tercebur ke sungai dengan riam yang ganas dalam kecelakaan tunggal saat dikejar polisi. Pandu tak pernah ceria lagi sejak itu, tapi bertemu denganmu, dia keluar dari trauma pada wanita."
Lama Bu Lestari hanya diam tanpa kata.
"Tapi saya hanya seorang janda yang memiliki satu orang putra usia 2 tahun lebih Bu. Saya juga baru bercerai. Dan karena mantan suami saya, Pandu terlibat kesulitan."
Bu Lestari tersenyum dan menyentuh jemariku.
"Bagi saya yang terpenting adalah kebahagiaan putra saya, tidak penting statusmu, tentang mantan suamimu, lelaki itu pantas mendapatkan pukulan Pandu, biarkan saja, Pandu tahu yang harus dilakukannya. Tugasmu hanya membahagiakan dia. Dan saya mau setelah iddahmu selesai, kalian menikah. Saya melihat kalian berciuman di ..."
Bu Lestari tertawa renyah melihat wajahku, mungkin saja terlihat merona merah karena aku merasa pipiku hangat.
Tidak disangka apa yang kami lakukan sebelum bertemu Bu Lestari, terlihat oleh beliau. Sungguh rasanya malu tak tertahankan.
Setelah menghabiskan kopi dan cemilan di atas meja, kami berpisah. Bu Lestari memasuki mobilnya, sedangkan aku kembali ke CNTV.
Hari ini aku melihat sisi berbeda dari sosok seorang mertua. Meskipun rasa trauma ini kental membungkus sanubari yang terkoyak, namun wanita yang menjadi ibu dari lelaki bernama Pandu ini sungguh membuatku sedikit bernapas lega.
Cinta? Aku belum merasakan ini sebagai cinta, tapi aku merasakan hatiku mulai dialiri perasaan hangat. Namun ini terlalu cepat bagiku. Biarlah waktu akan menjawabnya.
**********************""""
Saat jam makan siang, Bu Lestari menghubungiku untuk mengajakku mengunjungi Pandu. Aku bergegas turun ke loby dan ku dapati Bu Lestari berbicara dengan Mitha dan salah satu direksi di CNTV. Mitha mengatupkan rahangnya dengan ekspresi sungguh berbeda dari biasanya ketika melihat kehadiranku.
Bu Lestari yang melihat kehadiranku tersenyum.
"Mari Pak Handoko dan Mitha, saya pamit, yang saya tunggu sudah datang." Bu Lestari menggamit lenganku dan membawaku berlalu. Pak Handoko tersenyum padaku aku pun mengangguk pada beliau, Mitha masih terlihat sangat tak bersimpati padaku.
Sesampai di mobil terlihat seorang berpakaian seragam biru tua membukakan pintu buat kami.
Aku dan Bu Lestari duduk di kursi belakang.
"Mitha tidak menyukai kamu Ratih, saya bisa lihat itu, wajar karena dia sangat menyukai Pandu."
Bu Lestari menatapku lembut.
"Saya tahu itu Bu, dan jujur saya merasa sangat tidak enak karena ..."
Bu Lestari menggeleng dan tersenyum.
"Cinta itu keluar dari hati yang terdalam, tidak bisa dipaksakan, kalau Pandu menyukai Mitha pastilah sejak dulu sebelum kamu hadir."
Aku semakin mengagumi sosok Bu Lestari, Pandu benar, beliau terlihat tulus seperti Pandu.
"Tapi Ratih, ayahnya Pandu bukan pria yang gampang menerima orang lain di dalam keluarganya. Dia sangat pemilih. Untuk itu saya minta sama kamu, sabar dan tetap di sisi Pandu."
Aku tercenung dengan hati terasa berkabut. Meskipun hubunganku dengan Pandu belum menuju keseriusan, karena rasanya kegagalan yang belum lama kulalui sangat menghantuiku.
"Bu, jujur, sebenarnya kami belum sampai tahap memikirkan untuk ..."
"Saya tahu, kamu pasti trauma karena memiliki pernikahan tidak bahagia, tapi saya percaya, Pandu mampu mengenali yang mana benar-benar wanita yang diinginkannya, tentang ayahnya, biar Ibu akan coba melembutkan hatinya."
Bu Lestari menepuk punggung tanganku. Sungguh perasaanku bercampur antara haru, bahagia dan takut.
Rasanya di hati ini terselip beban yang menindih perasaan dengan ketat. Susah untuk bernapas.
Aku belum mampu mencintai, belum sanggup memiliki rasa percaya, sehingga harapan Ibu Lestari untuk membahagiakan Pandu terasa menjadi beban tersendiri.
****""""""************
Aku dan Bu Lestari mengunjungi Pandu yang berada di kantor polisi untuk pemeriksaan. Langkahku goyah namun tetap kupaksakan
Di sana aku terpaku bisu, dua orang yang membuatku apatis terhadap pernikahan duduk di sana. Bu Lestari memintaku masuk duluan menemui Pandu yang sedang memberikan keterangan kepada penyidik.
Karena Ayah Pandu menelepon Bu Lestari.
Ragu aku masuk dan seperti dugaanku Mas Prabu menghampiriku
"Ini akibatnya kalau kamu keras kepala tidak mau rujuk. Apa sulitnya Tih, aku akan segera menceraikan Sinta, apalagi keberatan kamu untuk kembali! Aku janji Tih, ngga akan mengkhianati kamu lagi."
Mantan Ibu mertuaku menghampiri. Beliau menuduhku sudah selingkuh dengan Pandu jauh sebelum bercerai. Beliau bilang tak mungkin aku sedekat itu dengan Pandu sehingga Pandu nekad membelaku bahkan rela berurusan dengan polisi.
Aku tertawa sumbang.
"Ibu terlalu mencintai Putra sendiri, sehingga menutup mata dengan semua keburukan Mas Prabu, bahkan kini ..."
Belum selesai ucapanku, Bu Lestari datang dan menarikku ke sisinya.
"Putra saya tidak serendah itu Bu, dan wanita ini cukup banyak menanggung rasa sakit, rupanya bukan cuma karena kelakuan putramu, tapi juga kelakuan Ibu sepertinya."
Bu Lestari membawaku hendak menemui Pandu, ketika mantan ibu mertuaku terkejut dan mendekati Bu Lestari.
"Ya Ampun, Ibu Waskito?"
Bu Lestari mengangguk dan menahan tanganku.
"Bu saya member VIP di salah satu salon milik Ibu, saya juga anggota yayasan Peduli Kasih yang ibu bina, mungkin Ibu ngga pernah mengenal saya, tapi saya sangat mengagumi sosok Ibu yang bukan saja pengusaha terkenal tapi juga ketua yayasan besar."
Tampak mantan mertuaku salah tingkah sendiri.
Bu Lestari tersenyum ringan, dan mengatakan terima kasih karena sudah mengaguminya.
Bu Lestari pamit untuk menjenguk Pandu.
Terlihat Mas Prabu diseret Ibunya keluar dari ruangan.
Dan aku berjalan dengan Bu Lestari menemui Pandu dan pengacaranya yang baru selesai memberikan keterangan.
Pandu mencium punggung tangan Bu Lestari dan mencium pipinya, dan tanpa kuduga, Pandu beralih mendekatiku dan mencium pipiku.
Bu Lestari tersenyum melihat ulah Pandu. Aku terdiam. Rasanya jengah dan bingung datang bersamaan.
Pandu diijinkan pulang dengan jaminan dari pengacaranya, namun wajib datang saat menerima panggilan, status Pandu sebagai tersangka membuat Mas Prabu di atas angin.
Pandu terus menggenggam tanganku saat berjalan ke luar dari kantor polisi.
Tanganku terasa berkeringat.
"Pandu, ayahmu mau ketemu denganmu, ajak Ratih sekalian. Ingat, jangan bicara terlalu keras padanya, kamu tahu persis watak ayahmu!"
Pandu mengangguk, tapi dia bilang Bu Lestari duluan yang pulang karena Pandu ingin berbicara serius denganku.
Wanita cantik paruh baya yang sangat murah senyum itu mengangguk dan membiarkan Pandu membawaku dengannya.
********************
Pandu menatapku lekat saat berhadapan di cafe outdoor berlatar taman yang sangat indah.
"Sayang, aku ngga memaksamu untuk menerima perasaanku, tapi aku memaksamu untuk menikah denganku, besok aku akan bicara dengan Ibu dan Tantemu, masa iddahmu sisa seminggu lagi kan?"
Aku menggeleng, air mataku menggenang dan hatiku terasa sangat mengambang.
"Aku belum mampu membuka hati ini Pandu, terlebih keluargamu bukan keluarga biasa, sementara kamu tahu aku orang biasa, rakyat kebanyakan, yang berjuang dan merangkak hanya untuk ..."
Pandu menggeleng.
"Aku mencintaimu tulus Ratih, jangan pikirkan keluargaku, aku akan melindungi kamu, cinta bisa hadir seiring waktu berjalan dalam hubungan yang halal itu, aku ngga mau Prabu terus mendekatimu."
Aku menunduk, pandu mengangkat daguku dengan telunjuknya.
"Beri aku waktu sedikit lagi untuk berpikir Du, tolong."
Pandu mengangguk., Dapat kulihat kekecewaan di bening matanya meskipun bibirnya tersenyum.
Gawaiku berbunyi, dari Tante Neneng.
"Ratih, Vino sakit, demam tinggi, malah sekarang mimisan."
"Ya Allah, apa lagi ini? Ratih segera pulang Tante, bilang baby sitternya siapkan untuk ke RS."
Aku berdiri dan Pandu terheran. Ketika ku jelaskan Vino sakit, dia menarik tanganku dan berlari bersama menuju parkiran mobil.
Perasaanku sungguh tidak karuan.
"Tenang sayang, jangan panik oke? Vino akan baik-baik saja."
Pandu meremas jemariku dengan satu tangannya sementara dia tetap konsentrasi pada jalanan di hadapannya. Mobil melaju kencang menembus jalan raya.
Di RS, aku merasa sangat lelah, kami masih menuggu hasil test dan observasi. Vino tertidur. Pandu membawakanku segelas teh panas dan roti.
"Isi dulu perutmu sayang. Takutnya kamu lagi yang sakit, ini sudah malam."
Pandu memaksaku untuk minum, aku menyandarkan kepala pada tembok di depan ruang rawat putraku. Di dalam ada Tante Neneng dan Ibu.
Terasa hangat teh menerobos di kerongkongan ini, namun lebih hangat lagi perasaan oleh perhatian lelaki di hadapanku
Seorang perawat memintaku menemui Dokter di ruang prakteknya. Pandu ikut menemani.
Dan aku merasa seperti tersambar petir ketika Dokter mengatakan Vino terkena leukimia.
Apalagi ini, cobaan seperti apa lagi ini. Perasaanku remuk redam. Dan ketika keluar dari ruang Dokter aku merasakan semuanya gelap. Aku jatuh dalam pelukan Pandu dan perlahan semuanya gelap.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Hairani
sabar tih😃
2022-11-05
1
Sri Agutina
hadehhh
2020-10-29
1
Yuli Ani
😢😢😢😢😢😢😢😢
2020-10-20
2