episode 6 Tekad

Sepulang dari CNTV seperti biasa aku ke restoran untuk mencuci piring. Tidak terasa melelahkan karena aku menyukai semua yang kini kujalani. Ketika pekerjaanku usai, aku hendak beranjak pergi ketika seseorang dari arah parkiran melangkah ke arahku, dia Pandu. Aku mengerutkan kening. Lelaki tinggi tegap dengan rambut lurus dan kulit putih ini selalu berpakaian modis dan wangi, mengingatkan aku pada Mas Prabu, suamiku.

"Ratih, aku sengaja menunggumu di sini, memang sengaja mengikuti kamu, karena kamu selalu menolak aku antar."

Aku tersenyum pada lelaki yang telah ku anggap seperti sahabatku. Pandu tersenyum lembut melihat penampilanku yang Saat ini terlihat sederhana, rambutku diikat jadi satu kuangkat ke atas, dengan sedikit rambut menjuntai di kiri dan kanan pipiku. Menggunakan topi senada dengan warna kaosku, Pakaian yang kukenakan adalah kaos berkerah dengan lengan pendek bertuliskan nama restoran. Sepatu yang kugunakan Adidas entah KW berapa. Namun sangat nyaman untuk aktifitas ku sebagai tukang cuci piring.

"Maaf Mas, sela ini aku ngga mau diantar karena aku wanita yang sudah  bersuami." ucapku pelan dan menunduk.

Pandu terdiam dan sesaat kemudian mendekat ke arahku dan  berujar.

"Oh, maafkan aku Ratih, aku kira kamu single Mom atau gadis yang ngga punya kekasih, kulihat kamu selalu sendirian dan ngga pernah ada yang mengantar atau menjemputmu meskipun sudah hampir tiga bulan kamu bekerja, dan lagi kenapa kamu bekerja di sini lagi, apa gaji di CNTV kurang?"

Aku mengangkat wajahku dan tersenyum ramah.

"Ngga apa-apa Mas, aku maafkan, dan masalah kerja di sini aku punya alasan tersendiri,oh ya, aku pulang dulu, bus menuju ke arah rumahku sudah datang."

pamitku sopan. Pandu mengangguk dan memintaku hati-hati di jalan.

Aku tertegun melihat ke arah kiri di jendela bus, terlihat mobil Pandu terus mengikutiku. Atau cuma perasaanku saja? Mungkin saja karena searah. Karena saat aku turun di halte dekat komplek perumahan mewah rumah Mas Prabu, aku tak melihat mobil Pandu di sekitar jalan itu.

Saat sampai di rumah Mbak Lisna sedang ngobrol dengan suamiku, mereka menatapku sekilas ketika aku datang. Lalu Mbak Lisna meminta aku duduk. Aku duduk di samping Mas Prabu.

Mbak Lisna bilang akan tetap membantuku menjaga Vino, tapi masalahnya suaminya tidak mau direpotkan, kecuali aku membayar sejumlah uang. Suaminya mau kami membayar mereka seperti gaji baby sitter profesional. Aku terdiam tapi Mas Prabu berujar.

"Kamu yang bayar Tih, kan kamu yang melepas tanggung jawab."

Aku hanya diam, tidak menyahuti ucapan Mas Prabu.

"Tapi Mbak tahu 'kan, Ibu yang pegang uang Mas Prabu, penghasilanku hanya cukup buat berobat dan keperluan aku dan Vino, jadi ..."

Mbak Lisna tersenyum

"Baik Tih, aku minta sama Ibu saja, nanti aku telepon ya."

Aku mengangguk dan kulihat suamiku tidak menanggapi lagi, dia sibuk dengan games di gawainya.

"Tih, ibu bilang aku boleh dapat bayaran walau cuma satu juta sih, tapi kalau aku minta bayaran jagain Vino, kamu ngga dapat lagi jatah 400rb, cuma sembako plus dibayarin PLN dan PAM saja. Gimana?"

Aku mengangguk dan hanya tersenyum manis, yah tidak masalah buatku, yang penting Ibu hanya berurusan dengan Mbak Lisna. Memang wajar bila membayar Mbak Lisna dengan uang adiknya, Tidak ada yang gratis di dunia ini, apalagi menjaga anak kecil usia dua tahun pasti cukup merepotkan, Lagipula gajiku melebihi gaji suamiku sebenarnya, walaupun tiga bulan pertama aku hanya dapat setengah dari gaji full, jadi aku tidak butuh uang dari suamiku. Rasanya memang sudah tidak berasa punya suami.

Tanpa kehadiran resmi Sinta di rumah tangga kami saja, Mas Prabu sudah acuh pada nafkahku, apalagi saat ini dia telah resmi memiliki dua istri.

Mas Prabu tidak menggubris keputusan yang aku dan Mbak Lisna ambil. Dia tetap fokus pada andoidnya.

**********************************

Enam bulan sudah aku bekerja, saat libur aku ikut aerobic dan perawatan di salon, tentunya diam-diam. Aku juga mulai menabung.

Tentang hubungan suami istri, aku sangat senang Mas Prabu tidak pernah memintanya lagi saat ku katakan aku harus sembuh hingga tiga bulan. Dia lebih sering menghabiskan waktu dengan maduku.

Walaupun Gaji suamiku dikuasai mertuaku, Sinta tetap dapat jatah bonus, insentive bahkan uang bensin Mas Prabu, bahkan juga uang lembur dan uang perjalanan  luar kota.

Mas Prabu tidak berkutik dengan istri mudanya, aku tidak merasa cemburu lagi pun sakit hati, karena cintaku sudah musnah untuk suamiku. Aku tidak berpikir lagi untuk bertahan.

Namun malam ini Mas Prabu mendekatiku yang sedang membersihkan wajah di depan cermin, dia mencium tengkukku sangat mesra, aku bergidik, entah mengapa perasaanku terhadap sentuhannya tak lagi nyaman. Aku merasa jijik.

"Hentikan Mas, aku ..."

"Mau alasan apalagi Tih, haid lagi? Atau dokter masih melarang? kamu itu istriku, kewajiban kamu melayaniku, jangan sampai Allah murka karena kamu durhaka pada suamimu."

Aku berdiri dan menepis tangan laparnya Mas Prabu yang menggerayangi tubuhku.

"Kamu itu cuma mengambil dalil yang menguntungkan buatmu Mas, kamu lupa sebelum kamu menikahi Sinta, kamu berzina dengannya, aku jijik kalau ingat itu Mas!"

Mas Prabu mendorongku ke tempat tidur dengan kalap. Dia seperti lelaki yang tak lagi punya kewarasan.

"Aku merindukan kamu Tih, kamu sekarang terlihat sangat menggairahkan, lebih menggairahkan daripada Sinta, aku ngga mau kamu menolak ku kali ini."

Dan malam itu terpaksa aku melayani nafsunya yang sudah di ubun-ubunnya.

Mas Prabu tersenyum senang setelah berhasil mendapatkanku.

"Kamu beda banget Tih, kamu bikin Mas ketagihan." ucapannya yang terdengar di telinga ini bukan sebagai pujian, aku malah merasa dilecehkan. Istri baginya hanya pemuas nafsu ketika si istri cantik dan terawat, namun dia tidak sedikit pun berusaha untuk membuat istrinya menjadi sehat dan bisa memberi kepuasan baginya, aku benar-benar semakin tak memahami sikap suamiku, jujur aku merasa terdzalimi. Mas Prabu kembali hendak memelukku.

Aku mendorongnya sekuat tenaga, Mas Prabu hanya tertawa puas dan sesaat kemudian dia tertidur pulas.

*****************"*****

Aku sedang bersiap untuk berangkat kerja ketika gawaiku berbunyi, dari Ibuku, ibu kandungku. Namun ketika ku angkat ternyata yang menelepon Tanteku, istri almarhum paman

"Ratih, ibumu sakit, barusan pingsan,  sudah dibawa ke RS sekarang, cepat pulang ya."

Berita pendek yang membuatku berlari ke kamar, kulihat Mas Prabu hendak bersiap berangkat.

"Mas, Ibuku masuk RS ..."

Mas Prabu hanya menoleh sekilas padaku.

"Ya terus?" tanyanya cuek.

"Tolong antar aku ke terminal Bis antar kota Mas." pintaku kalut.

"Pergi sendiri Tih, aku ada meeting penting, oh ya jangan minta biaya pengobatan sama aku ya, aku ngga akan kasih sepeser pun, jadi jangan coba untuk ..."

Aku berlari meninggalkan Mas Prabu, saat di taxi gawaiku berbunyi lagi, dari Tante lagi.

"Tih, jangan terburu-buru ya, ibumu sudah ditangani dokter ahli, Tante ngga mau kamu sampai kenapa-kenapa."

Aku sedikit merasa lega, dan tiba-tiba teringat tugas editingku untuk ditayangkan malam ini, setidaknya ibuku sudah aman, aku tak ingin mendapat cap negatif karena meninggalkan pekerjaan tanpa pesan.

Ku minta sopir taxi menuju CNTV.

Selesai tugasku, aku meminta izin keluar dan mengatakan ibuku sedang di RS di daerah Bandung.

Diluar dugaan HRD mengijinkan bahkan aku boleh ijin sementara merawat ibuku.

Ketika hendak keluar dari gedung bertingkat tempatku bekerja, sebuah suara menahanku.

"Ratih, biar kuantar, jangan menolak dengan alasan suamimu, aku tidak akan bertanya kenapa dia tidak mengantarmu. Tapi kamu karyawan baru terbaik milik CNTV, jangan menolak ya, oh ya jangan takut ada Dian, bagian lighting dan Rita bagian program, kebetulan mereka juga mau ke Bandung."

Aku mengangguk lemah. Pikiranku kalut. Kulihat di mobil Pandu sudah ada Rita. dan Dian.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

moga Ratih bisa bersama Pandu

2023-07-26

0

Adam Nadira

Adam Nadira

mana kopi sianida'nya ....
mau q kasih ke prabu

2021-01-14

4

Tri Widayanti

Tri Widayanti

Astaghfirullah..suami apaan itu

2020-11-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!