Episode 2 Aku Harus Bangkit

episode 2 Aku Harus Bangkit

Malam itu Mas Prabu pulang larut malam, setelah kusiapkan air hangat untuk mandi dan baju gantinya, kutinggalkan dia sendirian duduk di ruang tengah karena Vino terbangun.

Saat selesai menidurkan putraku, aku kembali ke ruang tengah namun langkahku tertahan. Kudengar suamiku tertawa cekikikan namun ditahan. Aku penasaran dan mengintip dengan berjalan mengendap di belakangnya.

Darahku tersirap ketika sekilas kudengar namaku disebut.

Aku berjalan semakin mendekat agar bisa mendengar lebih jelas apa yang  sedang dia bicarakan.

Seketika kerongkonganku tercekat. Apa yang diucapkannya sangat menyakitiku

"Ah Ratih gampang, aku juga sudah ngga selera sama dia sayang, yang kurasakan saat bersama dia di tempat tidur terasa hambar. Dia ngga sepintar kamu Sin, Dia ngga bisa mengurus dirinya dengan baik, engga enak blas Tih, aku ngga bisa menikmati, beda banget sama kamu sayang, asal kamu tahu ya, Mas selalu membayangkan tidur sama kamu saat sedang bersama Ratih."

Tubuhku menggigil, air mataku tertahan, dadaku sesak perih menyayat perasaan. Teganya kamu suamiku, bahkan aib ku sebagai istrimu menjadi bahan untuk menjadikan kekasihmu percaya aku pantas dikhianati.

Aku tak pernah tahu sejak kapan kamu menyelingkuhi aku, namun satu hal yang aku tahu, kamu berzina dengan wanita lain dan mengumbar keburukan aku sebagai istrimu, bahkan itu aib di tempat yang seharusnya menjadi rahasia pasutri, ingin aku menghampiri Mas Prabu dan memprotes kelakuannya, namun aku berpikir tak ada gunanya aku menanyakan dan protes padanya, karena aku akan selalu salah di depannya. Aku akan semakin dihinanya.

Perlahan aku kembali masuk ke kamar, kututup mulutku dengan telapak tangan. Aku menangis dan tergugu sendirian.

Puas menangis aku duduk di depan cermin. Ku lihat sosok ringkih dan kuyu di pantulkan cermin di hadapanku.

Betapa menyedihkannya keadaanku. Kehidupan pernikahan membuatku tak lagi memiliki kebahagiaan. Bahkan sebaliknya hanya rasa sakit dan luka selalu ditorehkan lelaki yang sangat ku cintai ini.

Dengan sedih kulepaskan cincin pernikahanku dan kumasukkan kedalam dompet.

Hati ini telah patah dan hancur berkeping. Rasa sakit ini tak lagi mampu kutanggung. Penghianatan Mas Prabu telah mencengkram cintaku hingga tak lagi berbentuk.

Walaupun malam ini aku telah tahu suamiku selingkuh, dan berzina aku tak akan begitu saja pergi dan  meninggalkan dia dalam kondisi diri ini hina dina penuh penderitaan, di bukit kehancuran. Aku akan pergi saat aku bisa mengangkat kepalaku tegak dan berdiri kukuh di atas kakiku sendiri.

Masih ku tatap jemariku yang lentik, ku lihat tak lagi dilingkari cincin kawin dari suamiku.

Cincin kawin ini sudah tidak ada harganya lagi bagiku, esok akan aku jual untuk modal mencari pekerjaan. Bagiku pernikahan ini telah musnah, bukan karena aku tidak ikhlas menerima nafkah yang sangat menyedihkan nominalnya, oleh lelaki mapan ini, tapi karena aku tak sanggup lagi menerima luka penghianatan ini. Di dalam pernikahan syarat utama bagiku adalah kesetiaan.

Sesungguhnya aku bukan wanita yang tak berpendidikan sehingga rela menerima perlakuan semena-mena suami.

Aku lulusan D3 Broadcester. Sebelum menikah dengan Mas Prabu aku bekerja di sebuah Production House yang lumayan besar, tugasku sebagai Editor, baik untuk iklan ataupun sinetron, hanya satu tahun aku bekerja Mas Prabu melamarku dengan perjuangan yang sangat romantis dan teramat manis.

Yah, dulu dia memang lelaki yang teramat manis, romantis dan penuh cinta. Bahkan setetes hujan saja tak diijinkan nya untuk menikam kulitku.

Namun semua sifat aslinya baru terlihat saat kami sudah memiliki Vino. Setelah aku melahirkan Vino, tabiatnya berubah cuek. Dia lebih sering menghabiskan waktu di luaran, lebih suka menghabiskan waktu bersama teman dan lebih bahagia memainkan gawainya.

Kehadiranku tak lagi berarti untuknya. Dia selalu berusaha menjauh bahkan terkadang terkesan sangat cuek.

Suamiku bahkan tak lagi mengingat hari pernikahan kami, seperti malam ini. Yang dia lakukan adalah melukai dan terus melukaiku hampir setiap saat baik dengan sikap atau pun kata-kata.

Langit diatas kepalaku seakan telah runtuh menenggelamkanku di dalam kesedihan tak terukur.

Ketika aku merasa sangat lelah menangis, kutelungkupkan kepalaku di bantal. Aku ingin segera malam ini berakhir. besok aku harus bangkit dan membuktikan bahwa lelaki ini tak pantas menyakitiku.

Kudengar langkah Mas Prabu masuk kedalam kamar. Dia meminta aku bangun dan sudah kuduga, tanpa foreplay dia memaksaku melayani nafsunya tanpa pernah melihat seperti apa ekspresi wajahku saat bersamanya. Dia hanya ingin menjadikan aku pelepasan dari nafsu tertahan pada kekasih haramnya. Yah aku hanya boneka baginya

Setelah selesai dia akan selalu protes dengan kondisiku. Aku diam tak bergeming. Hatiku telah mati. Aku tak lagi perduli pada hinaan dan ejekannya.

Dua hari setelah kejadian ketika  aku memergoki dia bicara dengan selingkuhannya di telepon, aku menjual cincin kawinku tanpa diketahuinya. Aku  melamar banyak pekerjaan sesuai disiplin ilmu,  melalui online.

Dan pagi itu ketika

Ketika sinar mentari menyeruak di kisi dedaunan, aku gendong Vino untuk kubawa ke rumah ibu mertuaku, lengkap dengan popok, susu dan botol susunya. Suamiku masih belum bangun tidur. Dia masih terlelap dalam buaian mimpi indah bersama wanita yang disebutnya dengan lirih saat melepaskan hasratnya padaku tadi malam.

Yah tadi malam di menyebut nama Sinta dalam puncak pelepasannya. Walau lirih namun terasa seperti terjangan ribuan duri menusuk jantungku.

Aku hanya diam pura-pura tidak mendengar. Kepedihan itu tak bisa terlukiskan dengan kata-kata.

Ibu mertua kaget ketika kutitipkan Vino, aku bilang aku akan wawancara kerja di salah satu station TV swasta. Semula beliau tidak setuju direpotkan Vino, tapi tiba-tiba berubah pikiran.

"Silahkan Ratih, tapi ingat! kamu harus bayar ibu ya buat jagain Vino, kalau kamu sudah kerja."

Aku tersenyum dan mengangguk.

Dengan pakain sederhana yang paling terbaik yang aku punya di lemari pakaianku, aku ikut test di TV swasta itu.

Tekad di hati ini hanya satu, aku harus bangkit.

Aku harus berdiri dan kalau bisa berlari untuk meraih bahagia diri ini.  Kalau suami tak mampu membahagiakanku, tak lagi setia padaku, yang harus kulakukan adalah mencari sendiri bahagia itu. Meratapi tanpa berbuat apa pun hanya akan membuatku semakin terpuruk dan hancur.

Aku tidak akan membuat perjuangan Ibuku menjadi sia-sia ditangan lelaki dzalim ini.

Aku menelepon Ibuku dan menanyakan kesehatannya juga mengabarkan kalau aku akan bekerja lagi. Ibu terharu dan mendukungku. Beliau berpesan agar aku jangan menelantarkan anak dan suamiku walaupun aku bekerja.

Aku hanya mengiyakan. Mungkin seandainya ibu tahu apa yang telah menimpa putri semata wayangnya, ibu tak akan mengijinkan aku lagi untuk mempertahankan Mas Prabu.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

lebih baik lepaskan saja saja suami seperti itu

2023-07-26

0

Kajol

Kajol

anjiiiiiirrrrrr menyebut nm wanita nlain saat pelepasan goblog

2021-08-17

0

Mey Zhiean Fitria

Mey Zhiean Fitria

gini ezt kalau apa2 mertua ikut campur dan si suami malah membela ibunya tanpa tau yg bener yg mana tp meskipun tau pasti di tutupi dan kesan salahnya ke istri terus.

2021-08-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!