Episode 4 AkuHarus Bangkit

Episode 4 Aku Harus Bangkit

Kehancuran sudah tak mampu kulukiskan dengan kata, hanya air mata terus mengalir deras di pipi ini.

Rasa terhina, tersia-sia, tercampakkan. Bahkan belum kering luka penghianatan itu, Mas Prabu kembali menorehkan luka baru yang tak kalah pedih ke jantungku.

Mas Prabu mempertemukan aku dengan Sinta, dan dengan tega dia bicara:

'Sekarang kamu faham 'kan kenapa aku lebih memilih Sinta? Kalian bagai langit dan bumi, makanya Tih kamu harus ikhlas menerima Sinta sebagai madumu, daripada cerai."

Aku menatap wajah Mas Prabu dengan linangan air mata yang menyerupai tirai. Mengapa lelaki yang sangat kucintai ini tega mengatakan hal menyakitkan, tega menyakitiku sepanjang pernikahan. Inikah wujud cinta sesungguhnya.

Andai bisa, aku ingin menenggelamkan lelaki ini kedasar neraka. Aku tidak rela atas semua kesakitan ini. Atas penghinaan ini. Atas penghianatan yang kejam ini.

Sore ketika Ibu mertua datang bersama Mbak Lisna dan adik bungsu Mas Prabu. Mereka datang bukan hendak menghibur wanita yang tengah terpuruk ke dasar jurang kepahitan ini. Justru sebaliknya, mereka datang untuk memberi cuka dan garam pada lukaku yang masih menganga dan pedih.

"Ratih, aku juga sudah bilang sama kamu, rawat dirimu! sekarang udah kejadian begini kamu ngga ada guna menangis."

Mbak Lisna menatapku dengan tatapan jengah

"Merawat diri perlu uang Mbak, aku bukan hanya ngga pernah memegang uang belanja tapi juga ngga pernah punya uang untuk keperluan pribadi, apalagi untuk merawat diri, uang 400rb setiap bulan yang selama ini diberikan oleh ibu hanya untuk susu, Pampers dan lauk seadanya. Saya menahan diri selama ini karena ..."

"Tunggu, Ratih, apa maksudmu?"

Mbak Lisna terbelalak menatapku. Wajahnya seketika pias.

"Maksudmu Ibu yang pegang semua uang gajinya Prabu? Koq ibu ngga pernah ngomong? Ibu hanya bercerira ketidak becusan Ratih melayani Prabu. Astaghfirullah Ibu?"

Mbak Lisna menatap Ibu dengan sorot mata penuh tanya.

"Ya wajar dong, ibu mati-matian membiayai sekolah Prabu hingga sarjana, lagi pula semua kebutuhan pokok mereka udah ibu penuhi. Apa yang salah?"

Mbak Lisna menggelengkan kepala.

"Ya salah dong Bu, Prabu punya anak istri, kalau sudah begini ..."

Diah adik ipar bungsu tertegun menatapku.

"Mbak, kerja dong, biar ngga tergantung sama suami, masa ngarepin Mas Prabu aja."

Ucapan Diah menyentak jantungku bagai tusukan sembilu. Terasa pedih.

"Nanti kalau kamu sudah nikah seperti Mbak Lisna kamu akan faham situasi ku dik."

Ibu melotot, kekesalannya menggunung, terlihat dari cara dia menatapku.

"Kamu nyumpahin Tih? Sudah jangan lempar kesalahan pada orang lain, intinya kamu itu istri yang gagal total, suami selingkuh sudah setahun koq baru tahu sekarang, menyedihkan! Introspeksi dirimu jangan nyalahin Ibu, atau nyalihin siapapun!" bentak Ibu dengan suara lantang. Ibu bahkan mengungkit kondisi ranjangku dengan Mas Prabu. Ibu bilang wajar suamiku mencari yang lebih baik pelayanannya di tempat tidur. Dalam kalimat Ibu jelas mengatakan aku lah yang salah. Aku wanita yang tak mampu memuaskan hasrat biologis suamiku, sehingga dia pantas mencari perempuan lain.

Aku diam tak bersuara lagi, perasaanku remuk redam, mbak Lisna menepuk pundak ku yang tergetar oleh kesedihan yang membuncah.

"Tih, Mbak merasa ikut bersalah dengan kejadian ini, besok kalau kamu butuh seseorang buat ngejagain Vino, antar ke rumah Mbak ya."

Aku mengangguk , setidaknya ada seseorang yang kini memahami situasi ku.

*****###

Di semua sosmed Mas Prabu berhamburan foto mesra mereka berdua, dengan caption "istri keduaku" seakan tidak lagi memandang perasaanku yang sungguh tersakiti.

Mas Prabu memang tidak membuang foto kebersamaannya denganku, namun semua itu membuatku semakin perih.

Begitu bodohnya aku, setahun diselingkuhi suami, aku tidak menyadari. Rasanya waktu yang kuhabiskan bersamanya adalah waktu yang sia-sia.

Hanya satu hal yang kusyukuri dari pernikahan ini, kehadiran Vino. Selebihnya hanyalah kesakitan dan penderitaan lahir dan batin.

Walaupun banyak netizen menghujat kepada Sinta sebagai pelakor di sosmed Mas Prabu, tapi dukungan itu tidak serta merta mengubah kondisi rumah tanggaku menjadi lebih baik. Mas Prabu semakin jarang pulang.

Aku sudah sangat terpuruk dan hancur lebur, tak ada  yang bisa kujadikan alasan untuk tetap bertahan. Kini aku muak melihat wajah laki-laki itu, lelaki yang selama ini kucintai sepenuh hati.

Malam menjelang, begitu hampa tak berwarna ketika kubuka kotak perhiasan masa remajaku. Ada sebuah kalung cantik milikku satu-satunya yang kubeli dari gaji pertama. Aku akan gadaikan kalung itu. Ada gelang emas model lama yang diberikan ibu saat aku SMA, ini juga terpaksa harus kugadaikan.

Besok saat masuk bekerja hari pertama aku harus bisa tampil modis agar bisa mendongkrak rasa percaya diri memasuki dunia kerja yang akan kuhadapi.

Aku harus bangkit. Aku tidak perduli lagi dengan lelaki itu. Cintaku seakan kering dan layu.

Ketika begitu banyak ibu muda yang bercerai setelah suami kedapatan selingkuh, cerai dalam keadaan kusut masai oleh derita, aku memilih untuk bangkit dulu, akan kubuat dia mengemis kembali cintaku, dan saat itu terjadi, aku akan melepaskan dia dengan kejam. Dia harus merasakan sakit yang kini kurasakan.

Disinilah aku, di pelataran parkir sebuah Studio TV Swasta yang sangat terkenal di Indonesia.

Mencoba berjuang demi peruntungan masa depan dan kebahagiaan. Aku harus meninggalkan masa kelamku selama  tiga tahun lebih di peristri lelaki yang tidak  pernah bisa menjadi dewasa. Lelaki yang masih disetir ibunya bagai anak remaja ingusan.

Lelaki kebanggan keluarganya, sehingga semua sikap dan tingkah lakunya selalu dibela.

Hari ini aku melangkah dengan percaya diri menuju pintu masuk ketika seseorang mensejajari langkahku.

"Bagus dik, sekarang kecerdasan kamu lebih menyeruak dari pada kemarin, semangat ya, oh ya saya Pandu, selama masa magang satu bulan kamu dan ketiga karyawati baru berada dibawah bimbinganku."

Aku mengangguk dan mengucapkan terima kasih, dia berlalu meninggalkanku dengan langkah lebarnya.

Lelaki dengan kaki jenjang, kumis tipis berkulit putih, dan tampak seperti lelaki cool ini selalu ramah kepadaku, walaupun sangat tidak acuh terhadap yang lain. Mungkin dia iba melihatku kemarin berpakaian buruk namun  terlihat sangat menonjol dengan kemampuanku.

Semangat hidupku kembali bersemi. Harga diriku yang terinjak dan hina di bawah telapak kaki suami yang semestinya melindungi dan mencintaiku kini menggeliat.

Tunggu Mas, saat segalanya membaik, aku akan meninggalkanmu selamanya.

Ketika bunga di taman yang kau semai benih dengan harapan dan cinta  itu layu, bukankah seharusnya kamu menyadari, ada yang salah dengan caramu merawatnya.

Temukan pupuk, sirami lalu benahi tempat tumbuhnya, bukan kau cerabut bunga itu dengan kejam dan mengganti dengan bunga yang baru.

Dan hari ini semuanya kumulai dengan senyum. Aku tak mau terhina dan tersakiti hingga menua. Aku tidak akan memberikan sedikit pun waktu untuk dilecehkan lagi oleh mereka.

Ketika putramu begitu berharga di matamu, maka putri orang lain yang menjadi menantu mu juga sangat berharga bagi orang tuanya.

Terpopuler

Comments

Lee

Lee

keren tata bahasa nya kak. heran kok like nya dikit

2021-08-12

0

Danendra Faiz

Danendra Faiz

semangat ratihh
suami macam apa ituu..ihhh

2021-08-07

0

Aise

Aise

baguss ratih jd prempuan hrs kuat...
semangatt thorr...😀😀

2021-02-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!