Bab 18 Asam Garam kehidupan

Kondisi Vino kembali memburuk. Aku bergantian dengan Pandu menjaganya di Rumah Sakit.

Aku sudah mengabari Mas Prabu tentang kondisi Vino yang memburuk setelah kemoterapi terakhir tiga bulan lalu.

Namun chat dariku hanya di baca, telepon pun tak diangkat.

Ketika aku tanyakan pada Mantan Ibu mertuaku, beliau  hanya mengatakan:

"Prabu sudah bilang, kalau kamu menikahi orang lain dan tidak bersedia rujuk dengan dia, maka Prabu tidak akan perduli lagi pada Vino, dan pesan Prabu jangan memintanya untuk donor sum-sum tulang belakang, dia tidak bersedia."

Aku terpukul mendapat kata-kata tak berperasaan itu. Aku tidak meminta apa pun dari mereka, aku hanya ingin mereka tetap menyayangi Vino, karena darah Mas Prabu mengalir di tubuh anak itu.

Hanya Mbak Lisna yang datang menjenguk dan memberikan support untuk kesembuhan Vino. Dia menyesali kekerasan sikap Ibunya dan Mas Prabu.

Mbak Lisna mengatakan, Prabu sudah berhenti bermain perempuan karena kembali bertemu mantan cinta pertamanya sebelum menikah denganku.

Mereka bertemu saat Mas Prabu ditugaskan perusahaannya ke luar negeri. Kata Mbak Lisna dulu saat Mas Prabu kuliah  gadis itu masih SMA. Mereka tidak sempat pacaran lama karena si gadis keburu pergi ke luar negeri. Mas Prabu bahkan tak pernah tahu dimana alamat kekasihnya. Siapa keluarganya, namun dia sangat jatuh cinta pada gadis itu. Prabu ditinggalkan begitu saja tanpa jejak dan klue apa pun, patah hati pada cinta gadis itu menjadikan Prabu sosok playboy kelas kakap yang kemudian mengejar gadis lugu, yaitu aku. Entah apakah cerita Mbak Lisna hanya untuk membenarkan perbuatan jahat adiknya pada banyak wanita.

Aku hanya mengatakan turut bahagia mendengar cerita Mbak Lisna bahwa Mas Prabu berhenti berbuat dosa besar dengan menjinahi banyak wanita.

Namun saat Mbak Lisna menyinggung masalah pengobatan Vino aku mengatakan sejujurnya kalau semuanya dibiayai aku dan Pandu tanpa campur tangan Mas Prabu, walaupun sangat menyedihkan mengingat Mas Prabu bukan orang miskin yang tak punya apa-apa sehingga tega mengabaikan putranya, ketika Mbak Lisna pamit aku berpesan agar jangan menyalahkan aku kalau sampai tidak lagi mengabari kondisi Vino pada Mas Prabu dan Ibu, karena mereka sudah jelas-jelas mengatakan tak perduli pada putraku. Bahkan Mas Prabu juga mengatakan tak akan ikut bersusah payah mengambil resiko untuk mendonorkan sum-sum tulang belakangnya.

Mbak Lisna memahami keputusanku dan memintaku tetap tegar merawat putraku.

Setelah dirawat lebih kurang satu Minggu, Vino mulai membaik. Namun aku masih sangat khawatir. Hampir setiap hari aku dibayangi rasa takut kehilangan. Takut terjadi apa-apa dengan buah hatiku.

Saat Pandu mengatakan ingin memiliki anak dariku, rasanya sangat tidak nyaman bagiku. Bukannya aku tak mau melahirkan keturunan suamiku, namun kondisi Vino sungguh membuat energi dan emosiku terkuras.

Dan sepertinya Pandu memahami ketakutan akan mengabaikan putraku karena kehamilanku. Pandu meyakinkan kehadiran buah hati kami tidak akan mengurangi cintanya pada Vino. Terkadang Pandu tak lagi mengungkit keinginannya, Namun demikian setiap ada kesempatan dia selalu bilang jangan menggunakan kontrasepsi tanpa seijinnya. Namun jujur aku tetap bersikeras menunda kehamilan. Pandu terlihat sedikit kecewa walaupun tidak ditunjukkannya.

Mama dan Papa  secara tersirat juga mengharapkan  ingin memiliki cucu secepatnya, aku merasa berada di dalam pressure luar biasa yang membuat rasa stress ketika memikirkannya. Terlebih kondisi Vino tak jua stabil. Pandu tetap sangat menyayangi dan perhatian pada Vino. Bahkan lebih dari memperhatikan dirinya sendiri.

Ibu dan Tante Neneng yang kuceritakan masalah ini memarahiku karena diam-diam meminum pil KB. Beliau sangat mendukung harapan suamiku segera memiliki anak. Aku merasa tak satu pun bisa menyelami perasaanku.

Sesekali saat libur aku datang bersama Pandu dan Vino ke rumah mertuaku. Biasanya aku akan memasak berdua dengan Mama mertua dan berdiskusi tentang tanaman dengan Papa. Sesekali Papa mengajakku ke kebun di belakang rumah yang cukup luas dengan berbagai  tanaman, termasuk ada bunga anggrek dengan bermacam-macam jenisnya.

Kadang walaupun tanpa Papa, aku datang sendirian merawat dan membenahi tanaman baik di pekarangan depan atau belakang. Ada kebahagiaan tersendiri saat melakukannya.

Malam itu nahas buatku, Pandu memergoki aku memegang pil KB, dia marah besar. Bukan dengan kata dan amarah yang membabi buta. Dia hanya pindah tidur di kamar Vino. Selama tiga hari dia tak mau menyapaku. Hingga aku menyerah dan meminta maaf serta berjanji akan mematuhi keinginannya. Aku hanya bisa berdo'a semoga tidak akan terlalu lelah menjaga dan merawat Vino di saat hamil.

Mama mertuaku mengatakan sudah melakukan persiapan untuk melakukan test pada beberapa orang di yayasan maupun perusahaan beliau untuk mencari kecocokan dengan Vino. Beliau bilang tidak akan membiarkan cucunya berada dalam ketidak pastian. Namun seandainya mereka semua tidak cocok, Papa punya cara terakhir untuk memaksa Mas Prabu dan keluarganya melakukan test.

Hatiku sangat lega, setidaknya mertuaku berada di pihakku memperjuangkan kesembuhan putraku.

Aku tak punya alasan untuk menolak hamil lagi. Mereka semua sangat menyayangi putraku melebihi ayah kandung dan keluarga kandung Vino.

Dan satu bulan setelah tak lagi meminum pil KB, aku mulai morning sick dan sering memaksa Pandu melakukan hal-hal yang membuat Pandu heran. Seperti membeli ice cream di tengah malam dan ice cream itu harus buatan Pandu,  suamiku membeli adonan ice cream di supermarket 24 jam. Ketika ice cream jadi aku malah cuma mencium aroma ice cream itu dan sudah puas. Pandu tertawa tergelak melihat kelakuan anehku.

Ketika kami mengantar Vino chek up, sekalian aku memeriksakan diri ke dokter.

Walaupun aku yakin memang sedang  hamil, karena dulu juga seperti ini, bedanya dulu Mas Prabu tidak perduli keinginan  apa pun yang ku ucapkan. Dia selalu bilang kebiasaan ngidam ibu hamil cuma sebuah cara bagi wanita untuk mengerjai suaminya.

Berbeda dengan Pandu, dia sangat menikmati ngidamku dengan hati bahagia. Dia bilang berasa deg-degan menjalani momen ini. Dan benar aku hamil 4 Minggu. Pandu memelukku erat dan mengucap terima kasih karena bersedia mengandung anaknya. Aku menitikkan air mata haru.

Bukan hanya Pandu yang bahagia kedua orang tuanya juga sangat bahagia.

Terlebih adik Pandu, dia bahkan sempat VC denganku hanya untuk mengucapkan selamat. Terkadang aku berpikir Keysha tidak asing bagi penglihatan ku, seperti pernah ku lihat entah dimana.

Saat tengah malam buta Vino kembali drop, Pandu memintaku jangan panik, dia membawa Vino ke UGD dan setelah mendapatkan pertolongan pertama dia dibawa ke ruang perawatan. Aku diminta Pandu untuk istirahat di rumah saja karena Vino telah ditangani dengan baik oleh team dokter terbaik. Aku lega dan pagi sekali suamiku menjemputku untuk menjenguk Vino.

Pandu benar-benar ayah siaga

Tak terdengar sedikit pun dia mengeluh.

Pandu menitipkan gawainya padaku karena harus ke WC. Sebuah norif masuk:

Sebuah foto yang membuatku tertegun.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Tri Widayanti

Tri Widayanti

apakah Keysa yg waktu itu bercumbu dgn Prabu ya

2020-11-06

2

Siska Feranika

Siska Feranika

Cerita yg keren...

2020-10-19

1

dreamlight

dreamlight

Keysa mantan prabu kali ya

2020-10-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!