Bab 15 Babak baru Kehidupan

Pandu membawaku ke rumahnya tepat di hari libur kami. Pekarangan rumah itu terlihat luas dengan taman bunga di sebelah kiri sementara di sebelah kanan banyak pot dari batu yang besar-besar di dalam nya tanaman obat.

Pandu menghentikan mobilnya ketika kami turun dari mobil gawai Pandu berdering, dari Pak Handoko, salah satu direksi di CNTV.

"Sayang tunggu sebentar ya, aku angkat telepon dulu." pamit Pandu, aku mengangguk. Sambil melihat-lihat tanaman di pekarangan. Ketika sebuah suara menegurku. Lelaki dengan pakaian tukang kebun.

"Non, Tolong ambilkan bunga di pojokan itu, ini alat untuk menggalinya."

Aku melepaskan sepatu dan memakai sendal jepit yang tergeletak di sudut pekarangan, menerima parang kecil yang ujungnya melengkung. Mengambil anak bunga Iris dan membawa dengan tangan kosong tanpa alas kepada Bapak tukang kebon. Kemudian beliau memintaku menanam di dalam media tanam yang sudah disiapkan

"Maaf ya Pak, Bunga Iris kurang pas kalau bapak tanam di tempat rimbun dan terlindung dari sinar matahari, bahkan bunga ini harus terkena sinar matahari 6s/d 8 jam sehari. Di media tanah yang di sebelah kanan Bapak lebih cocok." saranku. Pak kebun mengangguk setuju.

Aku teringat saat berkebun di rumah kami di Bandung. Bahkan pekarangan rumah yang di Jakarta di penuhi bunga indah dan apotik hidup. Ibu dan Tante  Neneng yang mengajariku.

Pak tukang kebun mengangguk.

"Nanam nya pake anakan atau bagus pake rimpang ya?"

tanya beliau sembari mengipas wajah dengan topi bulat kain yang sekaligus bisa membersihkan wajah dari keringat.

"Sini Pak saya bantu ya, mengambil rimpangnya, terus cara menanam rimpangnya juga ngga asal-asalan, ngga usah terlalu dalam, sisakan rimpangnya dipermukaan tanah."

Aku mengambil beberapa rimpang  bunga iris yang hampir mati. Kemudian memindahkan ke media tanah yang terkena sinar matahari. Pak kebon sangat berterima kasih.

"Non, tangannya jadi kotor, maaf ya Non." ucapnya penuh sesal.

"Ngga apa-apa Pak, Kan bisa di cuci di kran itu. Saya suka bercocok tanam apalagi di pekarangan." Pak kebon mengajakku berdiskusi tentang tata letak yang pas untuk beberapa tanaman di pekarangan yang di rawatnya.

Ketika Pandu berjalan hendak menyusulku ke taman,

Pak Kebon pamit dan permisi hendak meletakkan cangkul dan peralatan lainnya ke belakang rumah. Aku mengiyakan.

Setelah mencuci tangan dan kaki aku menemui Pandu yang wajahnya di tekuk.

"Sayang, Pak Handoko meminta perubahan jadwal tayang beberapa Program. Padahal aku lagi sibuk mengawasi syuting kuis live di CNTV. Ada beberapa program baru juga, malah hendak mengutak-atik program yang ratingnya sudah bagus, ada-ada saja."

gerutu Pandu, wajahnya terlihat sangat kesal.

Aku mengelus pundaknya.

"Kita pikirkan besok saja sayang, fokus pada liburan ini, menemui Papa, semoga beliau ngga sedang bad mood kaya kamu."

Pandu tersenyum dan menautkan jemari kami dan membawaku masuk ke dalam rumah.

Bik ART memberi tahu kami ayah sedang mandi. Aku dan Pandu duduk santai sambil mengobrol tentang kondisi Vino. Ketika seorang lelaki  klimis, seperti baru selesai bercukur jenggot dan kumis datang dan duduk di hadapan kami. Pandu mengenalkan kepadaku sebagai Papanya. Sejenak aku tertegun, bukankah lelaki ini sama persis dengan tukang kebun yang baru kubantu di pekarangan barusan, bedanya tukang kebun itu berjambang dan berkumis. Aku speakless.

"Siapa orang tuamu?" tanya beliau singkat.

Ketika aku mengatakan nama orang tuaku, beliau memotong ucapanku.

"Maksud saya siapa mereka di dalam status sosialnya, anggota dewan kah? Politikus, pejabat BUMN atau ..."

Pandu terlihat mulai gelisah tapi ku remas jemarinya dan memberi kode untuk dia diam.

Aku mengatakan kepada Pak Waskito kalau orang tuaku bukan siapa-siapa, hanya orang desa, bahkan ibu telah lama menjanda. Mantan suami Ibu alias ayah  sudah meninggal.

Pak Waskito mulai menanyakan statusku, anakku dan mantan suamiku dan alasan perceraian ku.

"Pa, kenapa pertanyaan Papa ku rasa sangat tidak relevan? Ratih tidak harus membuka rahasia rumah tangganya kepada siapa pun karena ..."

"Justru aku harus tahu agar kita tidak melakukan hal yang sama kepada dia saat dia menjadi menantu di rumah ini!" ucapan Papa membuat aku kembali tertegun. "Menantu di rumah ini? Terdengar seperti ..." Hatiku bergumam.

Aku mengatakan kepada Papa tidak akan menjelekkan keluarga dan  mantan suami, biar bagaimanapun aku memiliki putra dengannya. Biarlah masalah masa lalu ini saya simpan, dan masa depanku tak harus mengisahkan luka masa lalu itu secara gamblang.

Pak Waskito tersenyum.

"Pandu, Papa tidak ..."

"Pandu tetap akan menikahi Ratih Pa, yang menjalani rumah tangga ini aku, bukan Papa!"

Pak Waskito terlihat kesal dan  menggebrak meja, sehingga bibi ART yang hendak mengantar minuman terkejut dan mundur.

"Apa kamu kehilangan kesopananmu? Papa belum selesai berbicara tapi kamu malah memotong dengan sangat tidak sopan? Ratih suami seperti ini yang kamu mau dampingi? Kamu siap menjadi istri lelaki kekanak-kanakan ini!"

Pandu terdiam dan urung menarikku untuk berdiri.

"Papa mau bilang bahwa Papa tidak keberatan Ratih menjadi menantu Papa, lagian Papa juga butuh teman berkebun, ngga kaya kamu dan Mamamu yang ngga perduli pada tanaman, Ratih sangat faham tentang seluk beluk tanaman dan Papa jadi bersemangat menjalani hoby Papa."

Pandu tertegun sejenak sebelum menyadari ucapan Pak Waskito, dia langsung menyebrangi meja dan memeluk Papanya haru.

"Terima kasih Pa." ucapnya bergetar. Papa menepuk pundak Pandu dan menatapku sembari mengedipkan sebelah mata.

"Papa titip bocah ****** ini sama kamu Ratih. Bahagiakan dia, tapi Pandu, kamu wajib menjaga istrimu bertanggung jawab dan mencintai dengan tulus, jangan pernah menyesali keputusan kamu, menikah hanya sekali Pandu, jadilah lelaki yang bisa memegang komitmen, lelaki yang baik itu adalah lelaki yang mengayomi anak dan istrinya, yang setia dan bertanggung jawab sampai akhir, ingat! Ratih punya anak, dan mulai saat kamu mengucap ijab kabul anak itu jadi anakmu juga. Jangan cuma mau sama ibunya saja."

Nasehat panjang lebar Papanya Pandu membuatku menitikkan air mata. Tak disangka ternyata Pak Waskito menerimaku sebagai pilihan putranya.

Papa pamit mau istirahat dan tersenyum padaku, beliau bilang saat jadi mantunya dia mau aku membantunya merawat tanamannya. Aku mengangguk dan mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga.

"Cepat halalkan, jangan kelamaan pacaran!" ucap Papa sembari memukul bahu Pandu. Pandu tertawa dan mencium tangan Papa, aku mengikuti. Setelah Papa masuk ke kamarnya, Pandu memelukku sembari membelai rambutku dengan penuh cinta.

Aku membalas pelukannya. Dan kami terpaksa saling melepaskan karena bibi ART membawa minuman kembali ke arah kami dan turut mengucapkan selamat.

Pandu penasaran kenapa Papa mengatakan aku tahu banyak tentang tanaman, ketika kuceritakan Pandu tertawa tergelak.

Pandu mendekatiku di sofa dan mencium pipiku sekilas.

"Ratih, kita segera menikah ya, aku sudah ngga tahan ingin terus berduaan denganmu."

Pandu menarik tanganku hingga terjatuh di pelukannya. Diciumnya  pucuk kepalaku. Rasa hangat menyeruak sanubari ini.

"Besok kita mulai segalanya ya? Mulai mencari WO, gedung, mengurus surat menyurat di KUA dan ..."

Aku mencium pipinya dengan tersipu. Pandu menangkup wajahku. Dan memiringkan wajahnya, aku terpejam namun ketika baru saja wajah kami saling mendekat, suara Bibi ART membuat kami saling menjauh.

"Maaf Den, kalian mau makan apa?"

Kami berdua tertawa geli. Bibi ART yang bernama Mbok Nah tersenyum dengan ekspresi bingung.

********"***"**************

Pandu dan keluarganya telah melamarku pada Ibu dan Tante Neneng. Persiapan pernikahan hampir 80%.

Semua hanya menunggu waktu.

Bersambung

Apakah pernikahan mereka berjalan tanpa masalah, atau sebaliknya, ikuti terus cerita ini.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

mantap ayah Pandu..bagi lampu hijau buat Pandu..

2023-07-27

0

Liez Felicia

Liez Felicia

good job Thor..

2020-12-02

1

Siti Nurjannah

Siti Nurjannah

ah bibi ganggu saja 🙈🙈🙈🙈

2020-11-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!