Bab 17 Dia Cintaku

Pandu menatap gawainya berkali-kali sejak makan siang hingga kembali ke CNTV. Aku merasa ada yang tidak biasa dari raut wajahnya.

Sebelum aku bertanya dia telah mengulurkan gawainya.

Aku mengerutkan kening, adiknya Pandu, Keisya mengirimkan foto seorang wanita cantik yang berjalan diantara kerumunan, wanita berambut panjang, berkulit putih dengan kaca mata hitam lebar. Aku menatap wajah suamiku penuh kebingungan.

Pandu seperti memahami.

"Dia Kania, yang menculikku saat masih remaja dan sempat membuatku tenggelam dalam traumatik parah." gumam Pandu pelan.

"Mantan kekasihmu?" tanyaku ragu. Pandu mengangguk.

Aku hanya merespon dengan senyuman, dan hendak keluar dari mobil ketika Pandu menahan tanganku.

"Aku sangat membenci wanita ini, namun kamu tahu aku penasaran kenapa dia tega menculikku hanya untuk tebusan tak berharga. Dan kenapa sekarang dia muncul? Setelah kami semua mengira dia mati."

Aku melihat kecemasan di sorot mata lelaki penuh cinta itu.

Aku berpikir teganya wanita itu menghianati Pandu, seorang lelaki dengan karakter Good Man ini.

"Sayang, aku yakin ada jawaban di setiap pertanyaan."

Ku genggam jemarinya yang terasa basah oleh keringat.

Ku tarik dia kedalam pelukanku.

Pandu meletakkan kepalanya di bahuku. Rasa sayangku padanya kian besar. Lama kami hanya berpelukan setelah akhirnya memutuskan untuk segera bekerja. Pandu mengantar hingga masuk ke ruanganku. Pandu hendak pergi ketika tangannya kutarik. Dia berbalik dan menunduk menatapku.

"Jangan khawatirkan tentang Kania dan lupakan kemarahanmu padanya. Lihatlah, kamu berkeringat dingin sayang. Nanti sore saat aku konsultasi, kamu harus ikut terapi kecemasan ya."

Pandu mengangguk dan dia menunduk menatap mataku.

"Ratih, kamu mencintaiku?" tanyanya lembut.

Aku mendekat dan kedua telapak tanganku berada di dadanya.

"Aku mencintaimu sayang, lebih dari diriku sendiri."

Mata Pandu berkaca-kaca, dia menunduk dan mengecup bibirku intens. Setetes air mata menetes di pipinya. Lelaki tegar dan kuat itu tiba-tiba terlihat sangat rapuh.

Aku sadar, selama ini hanya Pandu yang selalu mengungkapkan dan menunjukkan cintanya padaku.

Masa lalunya mensketsa alam bawah sadarnya, bahwa tidak ada cinta yang tulus dihidupnya. Penghianatan orang yang sangat dicintainya dulu bukan penghianatan sederhana. Namun tindak kriminal yang hampir merenggut nyawanya.

Pandu belum melepaskan ciumannya padaku, ketika pintu ruanganku diketuk, ternyata Pak Jaya dan Mas Dion. Aku dan Pandu saling menjauh.

"Astaga, pengantin baru yang sedang kasmaran, sehingga semua tempat terlihat seperti kamar tidur bagi mereka." seloroh Pak Jaya. Kami tertawa mendengar ucapannya.

Pandu pamit, aku mengikuti Pak jaya keruang editing. Dan meninggalkan ruanganku. Pekerjaan demikian melelahkan bagiku. Estafet dengan team editing melakukan finishing pada produk sinetron striping. Terlalu banyak adegan tak layak tayang dan adegan tak pantas dikonsumsi remaja.

Dan kelelahan tampak pula di raut wajah suamiku. Dia terlihat sangat mengantuk. Aku membiarkan dia terlelap di kursi penumpang, dan aku membawanya langsung ke tempat konsultasi kami.

Saat hendak membangunkannya, aku mendengar dia mengerang. Seperti menahan amarah tak terbendung.

Kutepuk wajahnya namun dia terkejut dan menangkap tanganku, matanya membuka dan ketika bertatapan dengan mataku seketika sorot mata yang berubah kelam itu menjadi kembali teduh.

"Sudah sampai sayang, maaf ya."

Aku menahan bahunya ketika dia hendak keluar dari mobil.

"Kamu baik-baik saja 'kan?"

Ku tangkup wajahnya dengan kedua telapak tanganku. Kutatap lekat pada bola matanya. Pandu tersenyum dan mengangguk.

"Don't worry honey, i'am fine." sahutnya sembari mengusap pipiku dengan lembut.

***********************"

Terapiku telah selesai, namun saat kulihat Pandu di ruangan hypno terapi, aku terkejut. Dia terus meracau dan mengepalkan tangannya.

Psikiaternya bilang Pandu terjebak di dalam perasaan cinta namun kecewa bercampur dengan ketakutan saat dirinya terikat dalam kobaran api, terlebih melihat wanitanya mati dalam kejaran polisi.

Psikiater itu memang yang merawat Pandu sejak awal. Dia bertanya kepadaku, apakah ada pemicu hingga Pandu mengingat kembali masa lalunya dan  kembali terluka.

Aku menceritakan bahwa Adiknya yang study di Amerika mengirimkan foto gadis bernama Kania, gadis yang menyebabkan Pandu trauma, dan kemungkinan besar Kania masih hidup.

Psikiaternya berpesan agar aku maksimal menjaga hatinya agar dia benar-benar yakin dicintai sungguh-sungguh.

Dan psikiaternya juga bilang, sangat bagus Pandu mampu kembali mencintai dengan tulus, dia berangsur sembuh dan tak lagi terkurung di dalam kesakitan tak Terperi itu.

Kehadiran sosokku menarik dia keluar dari persembunyian dan kesepian. Aku benar-benar terharu mendengar itu.

Aku masih ingat ketika pertama kali Pandu menyatakan perasaannya padaku, dia juga mengatakan baru sembuh dari luka masa lalu. Aku tidak pernah menyangka masa lalunya demikian traumatik. Aku bertekad  sekeras mungkin untuk sembuh dari luka pernikahan pertamaku. Demi suamiku.

Saat kembali dari terapi kami berdua mampir ke swalayan untuk membeli beberapa keperluan, ketika kami berpapasan dengan Sinta, mantan istri Mas Prabu. Dia memelukku dan meminta maaf atas kesalahannya. Aku memaafkan dia dan mengatakan bukan salah dia, karena sesungguhnya lelaki lah yang memutuskan untuk setia ataukah selingkuh.  Lagipula aku bahagia sekarang bersama jodoh yang Allah pilihkan. Sinta juga mengatakan selama menjadi istri Prabu, dia selalu di selingkuhi, bukan cuma dengan satu wanita. Yang lebih menyakitkan, ibunya selalu menyalahkan Sinta yang tak mampu memelihara diri dan rumah tangganya.

Sinta menyesal telah menyakitiku. Karena saat itu menimpanya dia baru menyadari betapa besar rasa sakit yang kuterima

Ketika Sinta berlalu, Pandu merengkuh pundakku dan berbisik di telingaku.

"Kebuktikan sayang, bukan kamu yang salah dan kekurangan, tapi mental Prabu saja yang ngga bener, bukan cuma kamu yang mengalami hinaan dan cacian, tapi Sinta yang tadinya dipujanya di hadapanmu, kini malah terbuang dan mengenaskan."

Aku mengangguk dan tersenyum pada suamiku.

"Berhenti terus merasa rendah diri. Oke?"

"Oke, sayang, karena suamiku setulus dan sebaik kamu, insyaallah aku akan berubah dari burung Pipit menjadi cendrawasih."

Pandu tersenyum menatapku.

Ku selipkan jemariku pada jemarinya dan ketika melihat deretan barang keperluan dapur dan juga Pampers balita yang sedang discount, kutarik Pandu berlari untuk ikutan rebutan. Pandu tertawa geli melihat tingkahku yang mulai terlihat seperti emak-emak pemburu discount lainnya.

"Yakin mau ngajak suamimu di kerumunan emak-emak begini?"

tanyanya dengan ekspresi sangat lucu. Aku tertawa geli.

"Biarin, biar kamu nolongin aku berebutan Pampers di depan tuh, nanti keduluan emak yang lain."

Dan sukses, kami dapat sekeranjang dorong belanjaan dengan discount dan barang dengan buy one free one.

Pandu juga sempat rebutan dengan emak-emak yang ngotot mengklaim barang itu dia duluan yang pegang. Aku benar-benar gemes melihat suamiku.

Dan saat memasukkan belanjaan kedalam bagasi mobil, Pandu ngedumel.

"Tobaaat ngajak kamu ke swalayan yang lagi ada discount dadakan gitu. Berasa jadi lelaki dzolim aku rebutan sama emak-emak."

Aku tertawa geli mendengar ucapannya. Sampai di dalam mobil kami saling tatap kemudian tertawa bersamaan.

Ku sapu keringat di dahinya dengan tissu.

"Makasih suamiku, kekasihku." ucapku sembari membenahi rambutnya yang sedikit acak-acakan.

"Sama-sama sayangku, istriku, pacar halalku."

Dan kami menautkan pelukan sayang sembari tertawa bahagia.

Ketika mobil memasuki pekarangan rumah kami, aku melihat Mama mertuaku, Bu Lestari duduk di teras sembari menyuapi Vino makanannya. Ada Ibuku dan Tante Neneng juga. Vino terlihat sangat akrab dengan neneknya.

Ketika melihat kami datang, dia menghambur kepelukan Pandu. Aku meminta ART mengambil belanjaan dari dalam begasi mobil, kemudian ikut duduk di teras.

"Ratih, Vino bagaimana? Kemoterapi yang diberikan ada kemajuan? Kalau sampai harus memerlukan transplantasi sum-sum tulang belakang, kita harus punya strategi menghadapi keluarga mantan suamimu, biar mereka ngga memerasmu secara mental, apalagi kalau sampai menggunakan alasan itu untuk mengancammu."

Ibuku membenarkan kata-kata Mama mertuaku.

Selain strategi beliau juga menyarankan kami mulai mencari orang lain untuk di test kecocokannya dengan Vino. Pandu setuju.

*****************************

Ibu dan Tante Neneng bermalam di rumah kami, Mama mertuaku sudah pulang selepas Isya.

Aku mendekati suamiku yang baru selesai mandi dan sedang mengambil piyama tidur yang kuletakan di ranjang. Kupeluk dia dari belakang, ku letakkan kepalaku di pundaknya. Pandu membuka tanganku yang memeluknya, dia berbalik dan menciumiku penuh gairah. Bisa kurasakan dia sangat menginginkan aku.

Perlahan aku mulai rileks dan saat semua itu terjadi aku merasakan segalanya begitu indah. Cinta suamiku telah menyembuhkan luka psikologisku,  setelah tiga bulan menemaniku terapi, dan selama itu dia menanti tanpa mengeluh. Dan hari ini kami telah menyempurnakan pernikahan kami. Ini malam pertama setelah tiga bulan yang penuh kesabaran.

Hingga kami tak henti terus mendaki keindahan hingga puncak tertinggi. Sentuhan semburat matahari menerobos kisi jendela di antara gerai gorden yang tersingkap.

Aku tersenyum menatap suamiku yang tertidur pulas. Hari ini hari libur kami berdua.

Aku membiarkan dia terlelap, karena selepas shalat subuh kami kembali berlarian kepuncak keindahan tak tergapai oleh nalar. Aku hendak beranjak untuk segera mandi, namun tanganku disentakkan suamiku hingga aku kembali jatuh ke pelukannya. Dia tersenyum dan nenindihku sembari mengecup keningku dan mengucap terima kasih karena bersedia menjadi istrinya. Wajah Pandu mendekat, aku terpejam, namun pintu kamar kami di gedor Vino yang berteriak memanggil Papanya.

Aku tertawa dan segera membenahi pakaian begitu pun Pandu. Kami masih tertawa sembari berbenah tempat tidur dan segera membukakan pintu untuk malaikat kecil kami.

Bersambung bab 18

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

ya kasian Pandu baru boleh buka puasa..

2023-07-27

0

Wawat Rahmawati

Wawat Rahmawati

malam pertama setelah 3bulan pernikahan 🤭

2021-08-26

0

Siska Feranika

Siska Feranika

Puas bacanya seneng banget...

2020-10-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!