Brielle terbangun dari tidak sadarkan diri karena suntikan bius oleh Jimmy. Dia membuka mata perlahan dengan samar-samar mulai jelas terlihat, entah ada dimana dirinya. Sambil mencoba untuk menjernihkan penglihatan dengan terus mengedipkan mata dia mulai menggeliat di tempat tidur.
Setelah jelas dia melihat, dia sedang ada di sebuah kamar. Ya kamar yang terlihat tidak asing. "Ini kamar...uukhhh" Kepala Brielle mulai sakit dia memegang kepalanya dan bangun dari tempat tidur.
"Ini kamarku"
"Apa aku mimpi? tunggu.. ah kepala ku sakit sekali"
Brielle menutup matanya dan mencerna yang terjadi, dia merasa sedang bermimpi.
"Astaga Jimmy!"
"AAAAakkkhhhhhh"
Brielle berteriak, sekarang dia telah sadar. ingatannya mereka ulang kejadian terakhir kali saat bel apartemennya berbunyi kemudian, membuat dia pergi untuk melihat dan saat membuka pintu ada pria bertopi disana yang sialnya ternyata adalah Jimmy asisten kakeknya.
"Sial!"
"Aku lengah"
Brielle sangat kesal dia meremas selimut sekuat mungkin sampai tangannya memerah.
"AaaaasAaa" Berteriak sekali lagi dengan membanting tubuhnya jatuh ke kasur dan menatap langit-langit kamar yang selalu menjadi pemandangannya sebelum tertidur sejak kecil. Kemudian melirik kesamping tempat tidur, mengambil guling dan memeluknya "Aku rindu dengan tempat tidurku, aroma kamar ini sangat enak masih sama seperti dulu"
"Hm' rasanya benar-benar rumah. Astaga apa kau merancau brie ya jelaslah ini rumah, maksudku ah kenapa aku merasa senang bukannya aku harus kesal?"
"Aduh kenapa aku gugup begini, bagaimana ini aku tidak siap bertemu kakek"
"Bodoh! Brielle bodoh"
"Bisa-bisanya kau ditemukan Jimmy, empat tahun dan ya tuhan, apa aku anak kecil? Kenapa harus ditemukan dengan cara seperti ini?"
"Tapi kau juga tidak pernah pulang, brie mau sampai kapan kau seperti ini? Tapi ya sudah terjadi juga"
"Bodoh! Ah aku sangat kesal sampai merancau aneh seperti ini"
Brielle beranjak dari tempat tidur sambil melihat-lihat kamarnya. "Kamar ini masih seperti dulu, dan sangat bersih. Pasti bibi-bibi selalu membersihkan"
Brielle keluar ke arah balkon, untuk mencari udara segar. Dengan merentangkan tangan dan menghirup udara sebanyak-banyaknya begitu dihembuskan dia tersenyum.
"Sangat nyaman dan tenang! Ini memang kamarku, hey lihat kenapa ada banyak orang dibawah" Brielle melihat ada banyak pelayan di area kolam berenang, mereka sedang bekerja dan mendekorasi area itu. Sampai pandangannya mengarah kepada pintu menuju taman belakang
"Oh what?! Apa ada pesta di mansion?"
"Mungkin urusan bisnis, lupakan itu ada yang harus lebih dulu kuselesaikan" Brielle duduk di salah satu kursi di balkon, dia duduk bersila dan terlihat serius.
"Apa kakek marah? Duh aku sangat takut. bagaimana ini, apa aku akan tinggal kembali di mansion? Tapi aku kan punya rumah dan kehidupan ku di Melbourne, semua jauh lebih baik saat disana"
"Dasar Teo bodoh! Karena anak itu tidak teliti, semua ini terjadi. Andai dia lebih awal mencari tahu mungkin kita bisa lolos"
"Tapi tidak juga brie, harusnya kau mengikuti insting untuk segera pergi sampai jejakmu hilang"
Brielle sibuk berbicara dengan diri sendiri, lebih tepatnya memakai dan memarahi dirinya karen situasi yang dialami sangat rumit dan membuat kepala pusing sampai ingin pecah.
"Astaga! Teo! Ya tuhan bagaimana dengan anak itu? Dia mungkin sedang mencari ku, atau apa mungkin Jimmy membawanya"
"Duh bagaimana ya, ponsel ya ponsel.. Brie.. Dimana ponselmu?" Brielle beranjak masuk kembali kedalam kamar dan mencari ponselnya yang entah ada dimana. Dikasur, nakas, pun tidak ada.
Pintu kamar diketuk dari luar entah siapa yang mengetuk. "Permisi nona apa saya boleh masuk?"
Brielle tidak mau menyahut. Bahkan dia kembali duduk dikasur dengan menyilangkan kaki.
Karena tidak ada suara dari dalam, para maid membuka pintu perlahan dan masuk tapi hanya sampai didepan pintu. Karena telah memastikan ternyata Brielle sudah sadar, kemudian maid mengucapkan kalimat permisi, lalu dua orang maid melangkah mendekati Brielle.
"Nona muda! Ternyata nona sudah sadar. Saya akan menyiapkan perlengkapan mandi, apa kau ingin mandi air hangat atau dingin?"
"Air dingin saja aku butuh merasa segar"
"Baiklah nona!"
Saat kedua maid masuk kedalam kamar mandi, Brielle keluar dari kamar dan berjalan menyusuri lorong dan menaiki tangga menuju kamar kakek di lantai atas.
Brielle memegang gagang pintu dan perlahan membukanya dan saat mengintip masuk sepertinya kamar itu kosong. Tiba-tiba ada yang menepuk bahunya.
Ternyata itu Jimmy. Brielle cemberut dan terlihat marah, dia bergerak sedikit menjauh
"Tuan Henry sedang ada di ruang kerjanya menyelesaikan banyak berkas, ada orang dari kantor membawa banyak pekerjaan"
"Jadi kakek sibuk?"
"Tentu nona"
"Hm' Aku marah padamu Jimmy!" Brielle melipat kedua tangan di dada dan sedikit mengangkat tinggi dagunya.
"Saya tahu nona! Maafkan saya. Hanya cara ini yang bisa saya pikirkan saat melihat peluang"
"Entah berapa lama kau membiusku sampai tubuhku rasanya sangat pegal!"
"Maaf nona!"
"Kau ini minta maaf terus, apa kau tidak rindu dengan ku hah?" Brielle memindahkan posisi tangan menjadi berkacak pinggang.
Melihat tingkah nona mudanya Jimmy sedikit menyimpulkan seutas senyum, lalu merentangkan tangannya. Brielle maju dan memeluk Jimmy " Welcome home nona Brielle"
"Ya thanks untuk biusnya Jim, Miss you, Apa kau senang selama aku tidak ada hah? Karena tidak ada yang mengusili mu?" Brielle bertanya dengan mereka yang sedang melepaskan pelukan masing-masing
"Hahaha Tentu nona! Aku sangat senang sampai merasa bosan karena tidak ada yang merepotkan ku dengan aktivitas berbelanja dari satu mall ke mall yang lain"
"Hahahah" Brielle tertawa keras mendengar itu. Ya Jimmy sudah menganggap Brielle seperti anak sendiri dia selalu siap meneman gadis itu kemana pun. Selain melayani tuan Henry, Brielle adalah yang kedua untuk kesetiaannya pada keluarga tempatnya bekerja ini."
"Ayo nona kita mengobrol sebentar sambil menunggu Tuan besar selesai bekerja" Henry mengarahkan berjalan kedepan menuju Ruang keluarga di lantai tempat kamar Henry berada.
setelah sampai dan duduk mereka mulai berbincang. "Apa sedikit takut bertemu kakek, apa dia akan memarahiku?"
"Tuan mana bisa marah kepada nona, justru dia menyalahkan dirinya karena membuat perjodohan tanpa mendiskusikan dengan mu terlebih dulu. Jadi alih-alih takut, temani disisinya, dia merindukan keluarganya"
"Aku?"
"Ya! Siapa lagi"
"Bukankah ada..oh hampir saja aku menyebutkan nama menjijikan itu, apa mereka masih ada di mansion ini"
"Mereka? Oh apa yang kau maksud adalah Nyonya Delitta dan nona Grace?"
"Jimmy! ternyata kau berubah banyak. Sudah sering kubilang aku tidak suka mendengar nama mereka disebut"
"Iya maaf nona Brielle. Mereka tentu ada dan selalu disini, mungkin mereka sedang berbelanja sekarang untuk acara sebentar malam"
"Ohiya hampir lupa, aku tadi melihat dari balkon kamarku, para pelayan sedang membawa barang ke area taman, ada acara besar apa Paman Jimmy"
"Anniversary Group nona muda!"
"Ohhh begitu" Brielle beroh ria
"Yang keberapa?"
"100 Tahun"
"Wah berarti ini pesta besar, pantas saja dua orang penjiat itu pergi berbelanja, dasar hanya bisa menghabiskan uang orang saja"
"Mereka anak dan cucu tuan Henry kalau nona Brielle lupa"
"Anak dan cucu apanya, enak saja. Ulangi ya Paman Jim, A-Nak dan Cu-cun ANG-KAT TITIK"
"Haha iya iya, anak dan cucu angkat tuan Henry" ucap Jimmy dengan suara sengaja dipelankan.
"Nah itu baru benar"
Sementara Jimmy hanya tertawa terkekeh karena tingkah cucu tuannya ini yang masih saja bertingkah seperti anak kecil.
"Ngomong-ngomong Paman Jimmy! Apa kau tidak membawa Teo, apa kau meninggalkannya di Australi?"
"Oh anak itu. Awalnya kukira dia suami nona ternyata dia asisten yang ikut tinggal bersamamu"
"Suami apanya, yang jelas saja Bahakan dia berondong begitu, dia tahun dibawah ku"
"Dia tahun itu tidak jauh nona!"
"Terserah kau saja Paman Jim. Jadi dimana dia?"
"Aku tidak membawanya, dia tidak ada disana saat aku membius nona. Tapi aku meninggalkan surat isinya alasan kenapa kau tidak ada di apartemen dan ada dimana kau seharusnya. Aku juga menyertakan alamat dan nomor ponselku"
"Oh oke baiklah, pasti dia akan menyusul ku kesini"
"Kau benar-benar membuat pusing nona! Empat tahun tuan besar mencari ternyata kau ada di Melbourne"
"hehehhe Siapa yang deluan mencari masalah? Kakek kan Paman Jim?" ucap Brielle sedikit berbisik.
"Baiklah paman, aku akan ke kamar untuk mandi. Nanti setelah kakek sudah selesai bekerja, tolong kabari aku melalui maid"
"Siap nona Brielle"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Alistalita
nah aku kira marah eh ternyata menikmati kangeeen rumah pasti😁
2023-11-29
1