Drop

Berita malam ini di televisi sangat mengejutkan. Sebuah kecelakaan hebat terjadi di dalam terowongan Madrid, Spanyol.

Tapi nama korban kriris yang sedang dilarikan ke rumah sakit membuat Dewan dan keluarga sangat shock. Itu nama putrinya Aurora dan suaminya.

"Papa," seru Rihana yang malam ini sedang berkunjung ke rumah papanya bersama Alexander, terkejut melihat papanya memegang dadanya.

Awalnya kedatangan mereka karena akan ikut mengantar El ke bandara.

Alexander dan Xavi juga Eldar sudah menahan tubuh Dewan yang hampir jatuh. Kemudian membaringkannya ke sofa.

"Te telpon Ed Edmundo," perintahnya dengan suara terputus putus.

Edmundo adalah daddy dari suami putrinya, Diego Salvatore.

Alexander pun cepat menekan nomernya. Tapi dicoba beberapa kali ngga juga tersambung.

"Sebaiknya kita bawa papa ke rumah sakit," seru Rihana gugup dan panik. Tadi dia sudah memberikan obat jantung pada papanya. Tapi sepertinya ngga berpengaruh.

"Ka kamu ikut papa," ucap Dewan tersendat sambil memegang tangan Rihana erat. Tangan itu terasa dingin sangat menyentuh kulit Rihana.

Xavi yang sudah menyiapkan mobil segera memberi tanda pada Daiva yang masih terpaku. Dia masih sangat terkejut dengan tubuh yang bergetar.

Mobil mewah yang membawa sepupu dan suaminya itu sudah sangat ringsek baik di kiri maupun di kanannya. Dia ngga bisa membayangkan bagaimana parahnya keadaan keduanya.

"Xavi sudah di depan," tukas Daiva tersendat. Matanya sudah berkaca kaca.

Erland langsung membopong opanya. Bersama tante dan omnya mereka bergerak ke arah mobil suv mewah yang sudah terparkir di depan halaman rumah dalam keadaan on.

Alexander membantu Eldar memasukkan opanya ke dalam mobil yang super nyaman itu

Kemudian mereka pun berangkat ke rumah sakit

Tangan Rihana terus digenggam erat oleh Dewan yang sudah mengenakan selang oksigennya

Papanya terlihat sangat drop. Rihana yang menemaninya pun saat ini merasa sangat ngga tenang.

Daiva sudah duluan bersama Eldar.

Putranya dan si kembar sudah dihubungi. Juga Kirania sedang menyiapkan ruang ICU untuk papanya.

Dewan terus memandang wajah Rihana dengan air mata yang perlahan menetes.

Dia sudah tenang jika nanti harus pergi meninggalkan putrinya. Cucunya Erland juga baik baik saja. Begitu juga si kembar. Tapi dia masih berat meninggalkan Eldar.

"Sa sayang...."

"Papa... Jangan bicara dulu," mohon Rihana dengan perasaan ngga menentu. Dia seperti dejavu. Rihana teringat kembali saat mamanya dulu pergi meninggalkannya. Perasaan ini rasanya sama.

Dia takut sekali. Walau sudah ada Alexander dan Erland, tapi dia ingin lebih lama lagi papanya hidup dan menemaninya.

Dewan tersenyum. Putrinya sangat mirip dengan Dilara. Kekasihnya yang sudah lama pergi.

"Pa papa min ta tolong ka kamu jag ga El baik ba ik," ucapnya Dewan tersendat.

"Papa tenang. Kita semua akan jaga El." Rihana mengeratkan genggaman tangannya.

Suaranya sudah bergetar menahan tangis.

Dewan tersenyum.

"Pa papa sa sayang kamu dan Erland" Satu lengkungan manis terukir di bibir Dewan. Kemudian matanya perlahan menutup.

Jantung Rihana seakan ditarik paksa melihat papanya yang seakan sudah siap pergi menyusul maminya.

"Alex! Xavi! Cepatlah," seru Rihana dalam tangisnya.

Alexander yang masih berusaha menelpon papa mertua Aurora terkejut. Suara Rihana yang bercampur tangis dan kepanikan itu membuatnya saling tatap dengan Xavi yang secepatnya menekan gas. Untung Eldar yang berada di depan sudah membuka jalan dan ini juga sudah agak larut. Jadi kondisi jalan ngga terlalu macet.

Tubuh Rihana semakin bergetar karena papanya tetap memejamkan matanya.

"Jangan seperti ini, Papa."

Ngga lama kemudiaan mobil mereka sampai di depan rumah sakit. Petugas medis dan Kirania sudah berada di sana.

"Tante," seru Eldar saat membuka pintu mobil.

Dia tergugu melihat wajah tantenya yang sudah basah oleh air mata. Jantungnya berdetak cepat melihat opanya sudah diam ngga sadarkan diri dengan selang oksigen yang berada di hidungnya.

Eldar segera meraih tubuh opanya dan meletakkannya di atas brankar yang sudah di siapkan. Erland dan si kembar yang barusan datang pun segera berlarian ke arah brankar opanya.

Erland merengkuh bahu mamanya yang sudah tampak lunglai dengan air mata ngga behenti turun dari pipinya.

Mereka pun segera membantu tim medis mendorong brankar.

"Opa!" seru Jennifer ngga percaya melihat tubuh yang sudah diam ngga bergerak.

Daiva memeluk putrinya yang berdiri mematung dengan wajah pias.

Keadaan benar benar mencekam. Mata Jennifer sempat bertatapan dengan dokter gila yang juga ikut masuk ke dalam ruangan bersama para tim medis lainnya.

Mereka terus berusaha membangkitkan lagi jantung opanya. Keluarga yang menunggu dengan perasaan ngga menentu.

Mereka pun ngga tau keadaan Aurora, sekarang keadaan Dewan malah seperti ini.

Afif dan istrinya juga menyusul setelah Alexander menghubungi keduanya.

Kakak Dewan-Dewina yang tinggal di Tokyo pun sedang menuju bandara bersama suaminya. Opa Airlangga dan Opa Iskandardinata juga sudah tiba di rumah sakit. Istri istri mereka sudah berpulang.

Hati Opa Iskandardinata sangat hancur melihat keadaan putranya. Kabar cucunya Aurora bersama suami dan cicitnya juga masih simpang siur. Mertua cucunya pun ngga bisa dihubungi. Seakan keadaan di sana sedang genting.

Seseorang menelponnya, karena belum sampai di bandara. Eldar tersadar, dia lupa sama niat liburannya.

Eldar pun membatalkan semuanya. Walaupun dia sudah membayarnya kontan d awal pemesanan.

Ngga seberapa buatnya kerugjan ini. Keadaan opanya sangat mengkhawatirkan. Juga mami kandungnya, yang belum ada kabar apa pun. Itu jauh lebih penting.

Melihat kecelakaan yang menimpa mami dan suami barunya, Eldar tau ini bukan kecelakaan biasa. Seperti ada kesengajaan. Mungkin konspirasi musuh atau saingan bisnis mereka.

Apalagi keduanya kritis. Papi tirinya, selain ketua mafia besar, juga merupakan pengusaha sukses. Mereka orang terkaya nomer tiga di dunia berdasarkan data dari majalah enterpreneur yang sangat terkenal.

Eldar menghampiri kakek buyutnya yang tampak lebih tua setelah nenek buyutnya tiada.

Belum sempat dia berkata sepatah kata, kakek buyutnya sudah memeluknya erat.

Iskandardinata sudah tau apa yang terjadi pada Eldar. Dia merasa ngga berguna karena ngga bisa melindungi cicitnya hingga El berniat pergi dan menjauh dari nama besar keluarga yang malah menghancurkannya.

Mungkin kalo putranya Dewan ngga masuk rumah sakit, Ekdar sudah pergi.

Setelah menunggu dengan perasaan ngga menentu, akhirnya tim medis mengabarkan kalo Dewan dalam keadaan koma.

Eldar membawa kakek buyut, tante dan maminya buat menemui opa mereka.

Hati Eldar bagai teriris ketika melihat selang selang yang berada di tubuh opanya.

Tapi ada satu yang menggetarkan hatinya, wajah opanya terlihat tenang dan damai. Satu senyum menyeruak di bibirnya. Seakan opanya memang sudah bersiap untuk pergi tapi masih tertahan akan sesuatu.

Mungkin opanya masih menunggu kabar mami kandungnya. Eldar merasa hatinya berdenyut sakit.

Sementara itu di luar, Jennifer menyandarkan tubuhnya sambil memejamkan matanya. Menyesal mengapa ngga berada di rumah menemani opanya. Dia tadinya bersama Jayden baru selesai mengikuti meeting dan bersiap ke bandara, menunggu kedatangan El.

Dia ngga bereaksi ketika merasa bangku panjang yang didudukinya bergoyang. Dia merasa pasti Jayden dan anggota keluarganya yang lain duduk di sana.

Tanpa membuka mata, dengan perasaan lelah dan sedih, Jennifer menyandarkan kepalanya pada bahu orang yang duduk sebelahnya itu.

Dia merasa takut sekali kalo opanya meninggal. Opa dari maminya berada di Jepang. Sedangkan dari papinya di Perth. Hanya Opa Dewan, opa tantenya yang selalu menemani hari harinya.

Jennifer merasa nyaman, walau orang di sampingnya ngga mengeluh seperti biasa saat dia gelendoti. Cuma ada satu yang mengganggu pikirannya. Harum parfum yang dia hidu sangat berbeda.

"Jay, kamu ganti parfum, ya. Tapi lebih enak bau yang ini, sih. Yang biasa baunya norak."

Jayden ngga menjawab. Tapi Jennifer ngga peduli. Harum tubuh laki laki ini begitu menghanyutkan. Tumben Jayden pintar memilih parfum.

"Jen, kamu lagi ngapain?"

Jennifer merasa aneh mendengar suara Jayden yang agak berjarak di telinganya segera membuka matanya.

Jayden?

Dia terkejut melihat Jayden yang berada di depannya dengan wajah kesal.

Kemudian mengangkat wajahnya dengan jantung berdegup keras, menatap pemilik wajah tempatnya bersandar.

Mati aku! batinnya terkejut ber kali kali lipat.

Ternyata dia bersandar di bahu dokter yang dia katain gila.

Terpopuler

Comments

Rahmawati

Rahmawati

kasia opa dewan 😭

2024-01-13

1

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

seru banget part ini, good job, Thor 😍

2023-12-05

1

𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf ariistaᴳ᯳ᷢ🍁❣️

𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf ariistaᴳ᯳ᷢ🍁❣️

😂nah.. nah.. nah. kan jenny asal main sandar aja..

2023-11-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!