Kekesalan Jennifer

Jennifer mengantarkan Skylar sampai di depan pintu ruangan instalasi gawat darurat.

"Ya udah aku pulang dulu," pamit Jennifer.

"Oke. Nanti aku hubungi kalo aku senggang," lambai Skylar sambil memasuki ruangan IGD yang sepertinya sudah menjeritkan namanya tiada henti.

Jennifer hanya balas melambai. Jennifer dapat merasakan kesibukan tim medis sekarang. Walau mungkin lebih parah tadi pagi saat korban kecelakaan tanpa henti diantar oleh ambulance.

Jenmifer terus melangkah sambil pikirannya membayangkan kesibukan Jennifer dan teman temannya. Kecelakaan bis pagi tadi cukup viral juga. Ternyata korbannya rata rata di bawa ke sini. Untungnya belum ada korban meninggal, semuanya selamat walaupun harus sesegera mungkin mendapat pertolongan.

BUGH

Saat dia berbelok ke arah ruangan VVIP, Jennifer ditabrak oleh satu tubuh laki laki tinggi besar.

Dirinya terhuyung tapi masih bisa menyeimbangkan tubuhnya hingga tetap berdiri kokoh. Tapi laki laki itu malah sekarang udah jatuh di lantai.

Lemah banget, sih, decih Jennifer sambil berjongkok di dekat laki laki itu yang sudah terduduk dengan sukses.

"Kamu ngga apa apa?"

"Kamu ngga ngeliat saya jatuh?" Laki laki muda dengan jas dokter itu agak nge gas menjawab

Eh, sialan, maki Jennifer kesal dalam hati.

Bukannya minta maaf, dengusnya lagi dengan mata menyipit.

Tanpa mempedulikan Jennifer, laki laki itu segera bangkit sambil memijat bokongnya. Lumayan juga rasanya setelah mencium lantai pualam ini.

"Laen kali kalo jalan hati hati. Untung saya yang kamu tabrak. bukan pasien yang luka parah. Coba aja kalo pasien, apa ngga kasian. Sebelum mendapat pertolongan, dia pasti udah dipanggil ke alam baqa," omelnya panjang lebar.

Jennifer speechless mendengarnya

Apaan sih. Ngga nyambung banget. Lebay, omelnya geram dalam hati sambil berdiri dengan menengadahkan kepalanya menatap angkuh pada laki laki bermulut ceriwis yang berada di depannya.

Ketampanannya ngga akan bisa menolongnya dari umpatan kasar yang akan dilayangkan Jennifer bentar lagi.

"Apa?" ketusnya balik menatap galak pada Jennifer.

"Kamu itu banyak ngomong! Cerewet! Tapi lemah! Ngga ada tenaganya!"

SKAK MATH

Laki laki yang Jennifer yakin juga seorang dokter itu sampai ternganga melihat Jennifer yang habis mengatainya dengan kata kata yang ngga difilter. Matanya pun melotot seperti akan menelan gadis itu hidup hidup.

Jennifer ngga mempedulikannya. Dia langsung berjalan pergi. Dan dengan songongnya Jennifer menabrakkan bahunya pada lengan dokter itu.

Kedua kaki dokter itu bergeser akibat dorongan yang cukup kuat diberikan oleh Jennifer.

"Dasar lemah," ejeknya sambil memalingkan wajahnya dengan seringai mengejeknya sambil melangkah pergi. Sengaja membakar emosi dokter lemah itu.

Laki laki itu menatapnya geram. Kalo saja ngga ada tugas operasi yang sedang menunggunya, pasti akan dilayani gadis kurang ajar itu. Kalo perlu akan dia tunjukkan kekuatannya yang sebenarnya.

Tadi itu dia lagi kelelahan setelah menangani banyaknya operasi di hari ini karena rekannya malah cuti.

Sialan! Sialan! rutuknya dalam hati.

Awas aja kalo ketemu lagi, makinya penuh dendam dalam hati.

*

*

*

"Kamu dari mana, sayang? Lama banget nyari Eldar," tawa Rihana begitu melihat keponakan cantiknya datang

"Eldar sudah di sini dari tadi," sambung Puspa juga dengan deraian tawanya.

Daiva dan Eldar mengulum bibir menahan senyum kala melihat wajah manyun Jennifer.

"Tadi aku ketemu dokter sinting, Mam. Sebel, deh," rajuk Jennifer sambil bergayut manja pada maminya-Daiva.

"Uluh uluuuh.... siapa dokternya? Kamu tau ngga namanya? Nanti suruh tante Kirania pecat," goda Puspa mengompori. Rihana tertawa mendengarnya, sudah hapal adatnya. Sedangkan Daiva hanya menggelengkan kepalaya.

Gimana putrinya ngga sering bertingkah semaunya. Tantenya selalu mempermudah jalannya mencapai tujuannya. Rihana dan Puspa hanya memiliki satu saja anak laki laki. Karena itu mereka memanjakan Jennifer dengan amat sangat.

Di keluarga besar mereka hanya ada dua saja anak perempuan. Anak Daiva dan Xavi serta anak tunggal Nidya dan Fathan. Selain itu anak laki laki semua.

Jadilah keduanya menjadi anak kesayangan.

"Oh iya, tante. Aku lupa lihat name tagnya," sungut Jennifer merasa sudah berlaku bodoh banget.

"Dokter apa?" Puspa.masih saja melayani kekesalan Jennifer.

"Ngga tau juga, tante," manyun Jennifer sangat menyesali kebodohannya. Padahal dia punya kuasa buat ngasih SP bahkan mecatin dokter cerewet itu.

"Ya, udah, nanti suruh Eldar cari, ya," goda Puspa lagi dengan ilmu andalannya, melempar segala penyelesaian pada Eldar.

Eldar tertawa pelan. Sudah tau bakal dia yang kena.

"Sudahlah, sayang. Lagipula cuma dicerewetin. Mungkin dia kecapean. Maafin, ya," bujuk Rihana dengan menahan tawanya

"Tapi masih kesal, tante," rajuknya lagi.

"Ya, nanti dicariin lewat rekaman cctv. Kejadiannya dimana?" iseng saja Eldar menanggapi. Tapi dalam hati juga penasaran, secerewet apa dokter itu mengomeli adik manjanya.

"Eldar," geleng Daiva menahan senyumnya.

"Yes, El. Kamu memang abang kesayangan akuhh." Kali ini wajahnya sudah ngga manyun lagi. Senyumnya pun terkembang manis.

Tawa pun pecah.

Dan mereka pun pulang semakin telat, karena menunggu Eldar mendapatkan rekaman cctv di tempat kejadian. Bahkan Kirania yang penasaran ikut menonton video rekaman cctv yang berhasil didapatkan Eldar.

"Nah, itu dia orangnya, Tante," seru Jennifer dengan wajah kesalnya.

Mereka semua mengamati video tanpa suara itu dengan serius.

"Tapi dia kelihatannya lagi capek loh, sayang," bujuk Rihana yang melihat dokter muda itu keluar dari ruang operasi.

"Tapi dia mengomeli aku, tante. Tuh, dia sedang ngomelin aku."

"Tapi udah kamu bales, kan," senyum Eldar yang melihat betapa perkasanya Jennifer mendorong lengan dokter itu saat melewatinya sampai terhuyung.

"Dokternya lemah banget," komentar Puspa dengan melebarkan senyumnya melihat keberanian Jennifer.

"Nama dokternya siapa? Kamu tau, Kiran?" tanya Puspa lagi.

"Dokter Fadel. Kaget juga dia bisa ngomelin kamu, sayang," kekeh Kirania. Terbayang wajah dokter muda Fadel yang kalem dan ngga banyak bicara tapi bisa memarahi ponakannya cukup.lama.

"Pasti dia malu, Jen," sambung Daiva berusaha mendinginkan hati putri manjanya yang mazih panas.

"Tapi mulutnya lemes banget, mam."

"Kalo gini kamu juga salah, Jen. Apalagi terakhiran kamu malah sengaja dorong dia," bujuk Eldar akhirnya membuka suaranya, karena melihat adiknya masih ngga terima.

"Masa, sih, El."

"Coba aja kamu ngga nyenggol dia, bisa aku bantu," tukas Eldar dengan wajah seriusnya.

"Dia juga bisa ganti ngelaporin kelakuan kamu loh," lanjut Eldar lagi.

"Masa?" Jennifer mulai terpengaruh. Dalam hati lagi lagi dia menyesali kebodohannya.

Gagal sudah memecat dokter itu.

Rihana, Puspa dan Daiva sama sama memalingkan wajahnya ke arah lain dengan senyum lebar.

Syukurlah, case closed.

*

*

*

"Kamu sudah ketemu lagi dengan Skylar?" Alexander menatap putranya saat mereka sudav selsai menikmati makan malam di rumah.

"Sudah, Dad."

"Skylar sudah di sini?" senyum Rihana mengembang, teringat betapa akrabnya anaknya dan juga keponakannya dengan anak perempuan kecil itu dulu.

"Tadi Geral menemuiku di perusahaan." Alexander sedang menimbang nimbang bagaimana cara mengatakan keinginan Geraldy pada anak dan istrinya.

Rihana dan Erland diam menyimak, menunggu kelanjutan omongan Alexander.

Biasanya kalo begini, pasti ada sesuatu yang penting, batin keduanya dalam hati. Sudah paham watak Alexander.

"Erland, bagaimana perasaan kamu dengan Skylar?"

"What's?" Rihana dan Erland spontan menjawab dengan ekspresi terkejut dan bingung.

Alexander tersenyum

"Jawab aja, Er. Daddy dan mami mau de--."

"Alex, kamu berniat menjodohkan putra kita dengan Skylar?" potong Rihana yakin dengan arah pertanyaan suaminya.

"Geral yang ingin. Tapi aku belum menerimanya. Aku tunggu jawaban Erland."

Kini tatapan Alexander dan Rihana terfokus pada Erland yang nampak tenang.

"Aku cuma anggap dia teman saja, Dad." Pikirannya menerawang pada kejadian belasan tahun yang lalu, saat Eldar mati matian menyelamatkan Skylar yang tenggelam.

"Syukurlah," jawab Rihana lega.

"Lho, kiraian kamu suka kalo Skylar jadi menantumu?" Akexander malah bingung dengan respon istrinya.

"Aku memang suka dengan Skylar. Tapi kita ngga bisa memaksa Eldar, kan."

Tapi aku ngga suka dengan sifat arogan papinya, lanjutnya dalam hati. Teringat lagi curhatan Daiva padanya dulu.

Papi Skylar bukannya berterimakasih, malah seperti menyesal karena Eldar lah yang menyelamatkan putrinya.

Dia juga sangat menyayangj Eldar. Apa pun yang membuat keponakannya sedih, akan membuat dia bisa marah.

"Oke, daddy ngga akan memaksa," senyum Alexander membuat anak dan istrinya juga ikut tersenyum.

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

like 👍

2023-12-01

1

𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf ariistaᴳ᯳ᷢ🍁❣️

𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf ariistaᴳ᯳ᷢ🍁❣️

Erland Thor.. ☺

2023-11-25

1

Zea Rahmat

Zea Rahmat

jgn buat patah hati el dong thor... kasian hidup nya udh merana jgn di tambah percintaan nya...

2023-11-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!