Selalu bikin khawatir

"Tuan muda hanya mengalami geger otak ringan," lapor Dokter Rinto pada Xavi dan Daiva yang buru buru ke rumah sakit setelah mendapat telpon darinya.

Malam itu firasat Daiva sudah ngga enak karena Eldar belum juga pulang. Padahal kata suaminya, Eldar sudah lama meninggalkan ruangan kerjanya

Dia pun meminta Jayden mencari keberadaan Eldar. Tapi ngga lama kemudian dokter di rumah sakit milik orang tua Ansel menelponnya dan mengatakan kalo Eldar sedang menjalani perawatan di sana.

Dengan panik Daiva dan Xavi pergi melihat keadaan Eldar yang katanya mengalami kecelakaan tunggal akibat terlalu banyak minum alkohol. Sangat bukan Eldar yang mereka kenal.

Satu jam sebelumnya.

Jayden langsung melacak ponsel kakaknya itu dibantu Erland. Kebetulan mereka berdua baru selesai meeting setelah mendapatkan telpon dari maminya.

Setelah mendapat posisi dari ponsel Eldar, keduanya meluncur ke sana.

"Tumben dia ngga bisa dihubungi," tukas Erland sambil menoleh pada Jayden

Jayden ngga menjawab. Saudaranya saat ini sedang berada di jalan raya berrdasarkan titik gpsnya.

Sedang apa dia di sana? Patroli ganti tugas polisi?

Jayden menginjak semakin dalam pedal gas mobilnya. Sementara Erland masih terus menelponnya.Tapi tetap saja ngga tersambung.

Saat mendekati lokasi yang ditunjukkan sinyal ponsel Eldar, keduanya saling pandang. Ada banyak polisi dan orang orang di sana. Juga ada mobil derek. Perasaan mereka jadi ngga enak.

Jayden segera menepikan mobilnya. Tanpa kata keduanya secepatnya turun dari mobil dan mendekati kerumunan.

"Ada apa, ya pak?" tanya Erland pada laki laki paruh baya yang masih ada di sana.

Mungkin sejak tadi?

"Kecelakaan tunggal, nak."

Jayden berdebar melihat mobil mewah yang siap di derek.

"Mobil Eldar," bisiknya pada Erland dengan suara bergetar. Dengan cepat kakinya melangkah mendekati salah satu polisi yang ada di sana.

"Korbannya parah, Pak?" tanya Jayden yang cukup ngeri melihat kap depan mobil yang sampai terangkat separuhnya itu

Apa Eldar baik baik saja?

"Sudah di bawa ke rumah sakit."

"Runah sakit mana, Pak?" tanya Jayden ngga sabar.

Polisi itu menyebutkan nama rumah sakit tempat Eldar di rawat.

"Kalian kenal?"

"Dia saudara kami yang sedang kami cari, Pak. Terimakasih, Pak."

"Ohiya, sama sama. Semoga saudaranya ngga apa apa."

"Semoga pak."

Keduanya pun terburu buru berjalan ke mobil.

"Aku bingung mau ngabarin ke mami," ucap Jayden agak panik.

"Tenanglah. Kita lihat keadaan Eldar dulu," kata Erland menenangkan. Dia juga sama bingungnya dengan Jayden.

"Oke."

Baru saja dia membuka pintu mobil, ponselnya bergetar. Dari papinya.

'Ya, papi?"

"....................."

Jayden terdiam kemudian saling tatap dengan Erland yang menatapnya dengan tatapan penuh tanya.

"Oke, papi." Jayden menyimpan ponselnya.

"Ada apa?"

"Papi sudah tau."

"Oke, kalo gitu kita langsung ke rumah sakit," tukas Erland.

endflashback

"Sebenarnya apa yang terjadi pada Eldar. Mengapa dia sampai mabuk alkohol begini," pelan Daiva berucap sambil memandang prihatin pada kening putranya yang terbalut perban.

Xavi merengkuh bahu istrinya

"Seperti ada yang dia pikirkan," ucap Daiva lagi

"Ya. Nanti setelah dia sadar, kita akan mencari tau." Xavi juga penasaran.

Selama ini Eldar ngga pernah berlaku negatif begini. Apalagi mabuk alkohol sampai kecelakaan.

Setaunya Eldar selalu menghabiskan waktunya di ruangan kerjanya. Dia selalu lembur dan pulang jam sepuluh malam. Berangkat juga pagi pagi.

Kenapa tiba tiba dia bisa minum alkohol? Bahkan sampai mabuk.

Selagi Xavi mikir sambil menatap wajah Eldar, satu praduga menyusup dalam pikirannya yang membuat jantungnya berdetak keras.

DEG DEG

Dia dengar? Xavi langsung merasa lemas. Tapi dia menyembunyikan kekhawatirannya dari Daiva.

Lagi pula ini baru dugaannya, belum tentu juga benar.

Tanpa sadar Xavi menghela nafas panjang.

*

*

*

"Ada pasien ganteng loh, Sky," sapa teman satu profesinya yang sedang menjejeri langkahnya. Mereka baru saja keluar dari ruangan istirahat mereka.

"Ohya?" senyum Skyla yang sudah mengenakan jas dokternya.

"Aku belum lihat, sih. Tapi kata Sherly yang shift malam, wajahnya tampan banget."

Skyla tersenyum melihat wajah temannya-Yuma yang tampak berseri seri.

"Dia sakit apa?" Skylar jadi kepo juga.

"Kecelakaan tadi malam."

"Oooh." Wajarlah dia dan Yuma ngga tau. Sore kermarin mereka sudah pulang.

"Mau ikut, ngga?" Kebetulan Yuma pagi ini dapat jatah menjenguk pasien tampan itu.

"Nggaklah. Aku harus jenguk tempat lain," senyum Skylar. Baginya melihat laki laki tampan biasa aja. Kecuali yang satu itu. Dan laki laki kurang ajar yang sudah menciumnya.

Mengingatnya membuat Skylar gusar, kenapa dia rela rela saja dicium laki laki ngga dikenal.

"Oke, nanti aku akan perhatikan baik baik wajahnya biar bisa ngasih tau kamu secara detil," tawa Yuma yang dibalas Skylar.

*

*

*

"Dia benaran tampan. Apalagi waktu matanya terbuka. Jerniiih banget," cerita Yuma menggebu gebu begitu kembali dari jadwal visitnya.

Skylar, Cacha dan Otis yang ada hanya tersenyum tipis. Mereka bertiga memang belum melihat pasien tampan yang sudah menghebohkan tim medis rumah sakit. Karena belum mendapatkan jadwal visit ke pasien yang katanya tampan itu.

Tapi bagi Otis yang merupakan laki laki tunggal dan terjebak berada diantara para perempuan itu, hanya menyimak saja kehebohan Yuma.

"Aku ntar sore baru ada jadwal visitnya. Kamu kapan, Sky?" tanya Cacha yang merasa sangat penasaran melihat ketenangan Skyla.

"Ngga ada," ujarnya santai sambil menatap jam yang melingkar di tangannya. Setelah ini dia akan pulang. Otis nyengir mendengarnya.

"Besok, ya?" kejar Yuma ngga terima melihat ketenangan Skyla. Tapi memang selama dia bekerja dengan Skyla, gadis itu memang cuek dengan tampang pasien.

Memang harusnya seperti itu. Mereka para dokter ngga boleh mengistimewakan pasien berdasarkan keindahan wajahnya saja. Tapi mereka tetap saja manusia yang gampang terpesona, apalagi melihat keindahan menyolok seperti ini.

"Iya, pagi."

"Kamu bakal terpesona besok," pungkas Yuma dengan senyum meyakinkan.

*

*

*

"Kalo mau minum, ajak ajak, dong. Jangan sendirian aja," dengus Jayden dengan kedua tangannya yang dilipat di depan dadanya.

Diajak minum suka nolak, tapi malah pergi sendiri, maki Jayden dalam hati.

"El, kamu itu, ya, kalo udah ngerasa mabok, jangan nyetir sendiri. Kan, bisa telpon Pak Sapta," omel Jennifer sambil menggelengkan kepalanya. Untung airbagnya mengembang dengan sempurna. Jennifer salut juga walaupun mabok, Eldar tetap menggunakan seatbeltnya. Itu juga yang membuatnya ngga mendapat cidera berat.

"Kamu lagi ada masalah?" Erland pun ikut mencecarnya dengan pertanyaan.

"Sorry." Eldar merasa ngga enak hati karena sudah membuat ketiganya khawatir dengan caranya masing masing.

"Setelah kamu keluar dari rumah sakit, kita harus minum bareng," pungkas Jayden. Dia ngga akan menggali apa pun saat ini. Nanti juga akan tau tanpa Eldar memberitau mereka. Jayden yakin, pasti masalah yang membuat Eldar jadi out of control adalah masalah besar dan kompleks.

"Ngawur. Kalo keluar dari rumah sakit, harusnya syukuran. Nyumbang anak panti. Kualat malah minum minum," cela Jennifer memprotes.

Eldar dan Erland tertawa mendengarnya. Sedangkan Jayden hanya mendengus menanggapi kata kata kembarannya.

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

nah, bener nih, aku setuju

2023-11-25

2

Zea Rahmat

Zea Rahmat

kasian el di ksh masalah mulu .. blm lagi hujatann netijen

2023-11-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!