Jennifer terpaksa berbohong

"Masih kurang minumnya?" Walau serius tapi Eldar ngga bisa menghilangkan garis senyumnya.

"Cu cukup," sahut Skylar gugup sampai tergagap. Dia sudah merasakan panas di wajah sampai lehernya

Skylar melihat gelas jus milik pasien tampan itu yang udah dia habiskan.

"A aku pesankan buat kamu, ya,", gugup Skylar menolehkan kepalanya ke arah pegawai kantin.

"Ngga perlu. Sepertinya aku sudah dijemput," tolak Eldar sambil membaca pesan di ponselnya.

"Aku duluan." Eldar langsung bangkit dari duduknya. Dia ngga bisa membiarkan maminya menunggu lama.

"Maaf, ya," ucapnya lagi agak ngga enak sambil melangkahkan kakinya lebih cepat. Tapi dia sempat melihat anggukan dan senyum dokter itu walau hanya sekilas.

Saat Skylar masih termangu di kursinya, memikirkan yang sudah terjadi, bahunya ditepuk oleh seseorang.

Walau sempat terkejut, bibirnya menyunggingkan senyum senang begitu tau siapa yang datang.

'Jen....!"

Keduanya pun saling berpelukan dengan kekehan pelan.

"Makan sendirian aja?" tanya Jennifer setelah menguraikan pelukan mereka.

"Sama teman." Ngga mungkin Skylar mengaku kalo tadi dia makan bersama pasiennya. Temannya bisa menggodanya abis abisan, apalagi kalo tau pasien itu tampan dan menjadi idola para tim medis rumah sakit ini.

"Ditinggal gitu?" Jennifer mencibir.

"Biasa, tugas negara memanggil."

"Laen kali jangan biasa in kencan sama dokter atau perawat, deh. Mending sama pasien aja," nasihat Jennifer. Mereka terlalu sibuk dengan dunianya.

Nah lho. Pupil mata Skylar membesar.

Andai kamu tau, Jen, Jen. Aku tadi habis makqn siqng sama pasien idola dokter dan perawat di sini.

"Kamu ngapain ke sini?" Skylar mengalihkan topik pembicaraan. Agak aneh melihat sahabatnya datang ke rumah sakit.

"Tante sama Om sehat, kan?" tanya lagi malah jadi kepikiran yang aneh aneh.

"Sehat sehat semua, kok. Pengen ketemu kamu aja."

Sorry, Sky, aku ngga bisa kasih tau kamu.

Jennifer masih ngga ngerti, kenapa mami memperingatkannya agar ngga kasih tau tentang Eldar pada Skylar saat dia memberitaunya kalo Skylar sudah kembali ke kota ini.

Jayden juga mengatakan hal yang sama.

Padahal dia mau memberitau semua orang kalo Skylar sekarang sudah menjadi dokter di rumah sakit ini.

Bukannya kebetulan yang bagus, jadi Skylar bisa lebih memprioritaskan perhatiannya pada Eldar. Walaupun tantenya pasti sudah menomer satukan perawatan kakak laki lakinya itu.

"Syukurlah." Skylar terdiam sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Hatinya resah. Dia ingin bertanya keadaan Eldar. Sampai hari ini dia belum ketemu teman kecilnya dulu lagi. Padahal dia sudah bertemu Jayden dan Erland. Juga Biyan. Tapi anehnya Eldar menghilang.

Lidahnya kelu untuk bertanya. Dia masih teringat tatapan dingin yang Eldar layangkan pada pertemuan mereka yang terakhir. Bahkan Eldar ngga mengantarnya ke bandara.

Apa salahnya?

Padahal dia sudah menjenguknya di rumah sakit, tapi malah ngga dipedulikan.

Dia bahkan sudah mengirim surat yang mengucapkan lagi terimakasih atas kebaikannya.

Karena Skylar merasa Eldar merasa kurang tanggap waktu dia mengatakan secara langsung.

"Apa ada kecelakaan?" Jennifer merasa aneh, kantin rumah sakit sedikit lebih rame dari biasanya.

"Iya. Oh, aku harus ke IGD lagi," kaget Skylar langsung bangkit dari duduknya. Dia tersadar, tugas negara menantinya. Gara gara sikap pasien tadi dia jadi blank.

"Ya sudah. Ayo aku antar. Setelah ini aku juga mau pulang."

Skylar menatap sahabatnya bingung.

"Jadi ngapain kamu datang hanya sebentar?"

Jennifer tertawa sumbang. Terpaksa kali ini dia terus terusan berbohong. Untungnya Skylar belum sadar. Mungkin kerjaannya sudah terlalu banyak jadi ngga secermat dulu memaknai ucapan dustanya.

"Sudah aku bilang, kan, kalo.aku hanya ingin melihat kamu pake.jas dokter."

"Hemm....." Walau curiga Skylar ngga bertanya lagi. Prioritasnya hanya pada pasien pasien di IGD saja.sekarang.

*

*

*

"Halo, sayang." Rihana langsung mendekap Eldar begitu keponakannya datang.

Eldar tertawa kecil. Maminya Erland ternyata ikut menjemputnya bersama maminya.

"Bagaimana keadaanmu? Apa kamu beneran sudah sehat?"

"Suda tante," kekeh Eldar begitu pelukannya terurai. Membalas tawa tantenya.

"Kamu dari mana?" Daiva mengusap lembut kening putranya. Heran dan cemas, ketika memasuki kamar perawatannya, putranya ngga berada di sana.

"Kantin, Mam."

"Ngga ketemu Jennifer?"

Kening Eldar terlipat.

"Dia ke kantin?"

"Iya, nyusul kamu katanya," jelas Rihana.

"Mungkin saat kamu pergi, Jennifer baru datang," kata Rihana lagi mengambil kesimpulan.

"Mungkin begitu," respon Daiva setuju dengan pemikiran Rihana.

"Om Alex ngga ikut, tante?"

"Lagi meeting bareng papi kamu. Nanti sore dia ke rumah, pengen ketemu kamu," senyum Rihana lagi.

Eldar terkekeh pelan.

"Bentar lagi Jennifer ke sini," sambung Daiva setelah mendapatkan balasan singkat dari keponakannya.

"Aku telat, ya," seru Puspa begitu masuk ke kamar inap Eldar.

"Ngga," jawab Daiva dan Rihana berbarengan. Suara tawa pun berderai.

"Eldar, kenapa kamu ngga ngajak Biyan?" Puspa menepuk gemas pundak Eldar.

Seengganya, ada Biyan yang bakal nyetir atau mengingatkan Eldar jika dia terlalu banyak minum alkohol. Seperti yang biasa dilakukan oleh Eldar terhadap sepupu sepupunya.

"Kapan kapan, Tante."

"Pokoknya jangan sendirian lagi kalo ke club." Puspa kembali mengingatkan.

"Iya, tante," senyum Eldar lagi.

"Kami mengkhawatirkanmu," ungkap Puspa jujur. Tangannya kembali menepuk lembut bahu Eldar.

*

*

*

"Maaf, aku ngga bisa menerima perjodohan ini," tolak Alexander Monoarfa tegas.

"Kenapa? Bukannya Erland dan Skylar dulu berteman dekat?" tanya Geraldy-papi Skylar ngga terima ditolak.

Alexander menghela nafas panjang. Sekian lama ngga ketemu, datang datang malah menawarkan perjodohan konyol.

"Skylar sudah menjadi dokter sekarang," jelas Geraldy bangga.

Setelah memutuskan kembali ke kota ini, Geraldy menemui salah satu sahabat lamanya. Ngga sengaja bertemu Erland, lahirlah keinginannya untuk menjodohkan putra putri mereka. Menurutnya mereka serasi sekali.

Ngga disangka Alexander menolak. Wajar saja, dia ngga mempersiapkan apa pun. Hanya mencetuskan ide dadakan tapi berkembang jadi harapan.

"Skylar memang anak yang pintar," puji Alexander tulus.

"Kenapa kamu menolak, Lex?"

"Aku ngga ingin memaksakan keinginanku pada putra tunggalku. Kami ingin Erland menikah dengan orang yang dicintainya."

"Aku mengerti. Tapi menurutku, mencintai Skylar sangat mudah. Kamu tau, waktu kami di Amsterdam, banyak laki laki yang jatuh cinta padanya," tukas Geraldy berusaha mengerti akan keinginan Alexander.

Putrinya sangat cantik dan pintar. Sangat didamba banyak laki laki untuk diperistri. Pasti Erland juga begitu jika sudah bertemu dengannya.

Alexander tersenyum tipis melihat kegigihan sahabat lamanya. Tapi dia ngga bisa langsung menerimanya. Semua tergantung Erland. Dia yang akan menjalaninya. Juga pendapat istrinya-Rihana.

"Kamu sudah bertemu dengannya?"

"Belum."

"Aku mengundang kalian makan malam ke rumahku. Sekalian kita bicarakan hal itu dengan mereka."

"Sorry Geral. Aku harus bicarakan dulu pada Erland dan istriku. Setelahnya baru kita akan makan malam bersama atau tidak."

"Oke. Sorry, karena terlalu memaksa. Saat melihat putramu, aku langsung menyukainya." Walau kecewa papi Skylar-Geraldy berusaha menerima keputusan Alexander.

Dia salah dari awal. Harusnya dia mengundang makan malam tanpa mengatakan niatnya untuk menjodohkan anak anak mereka. Mungkin kalo begitu Alexander akan lebih tertarik dan akan menerima undangannya.

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

seru aku suka 👍😍

2023-11-30

2

SAP

SAP

yuk kak update

2023-11-22

1

Zea Rahmat

Zea Rahmat

jgn sampe mau alex Terima kasiannya el.. aku ikutin alur km aja thor drpd esmosi akuh🤣🤣🤣😂😂😂😂😂

2023-11-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!