Tepat jam 12 malam saat semua orang terlelap tidur karina membangunkan anak-anaknya. Damar dan alika yang memang terbiasa cepat jika dibangunkan langsung bangun dan duduk saat diusap kepalanya oleh sang ibu.
Stelah memastikan rumah benar-benar aman karin dan anak-anaknya keluar dari jendela.
" Maaf ya nak jika bunda mengajari kalian seprti ini. Ingat jangan pernah dicontoh ini dilakukan saat dalam keadaan darurat saja. " Ucap karin saat berhasil mengeluarkan anak-anaknya.
Kinasih membantu karin mengeluarkan damar dan alika dari jendela karna posisi jendela memang sedikit lebih tinggi hingga damar dan alika harus ada yang menunggunya dari bawah. Kinasih sudah stay dibawah jendela karna sebelumnya mereka sudah membuat kesepakatan.
" Allhamdulillah terimakasih bu kinasih,jika bukan karna ibu saya tidak mungkin berhasil keluar dari rumah ini bu. " Ucap karin setelah mereka berhasil turun dan kini mereka harus berjalan keujung jalan karna mobil jemputan dari bu Fatma sudah menunggu.
Sengaja mobil berhenti diujung jalan karna tak mau wulan dan yang lainya mendengar deru dari mobil tersebut.
" Ibu hati-hati ya, saya mau kembali kerumah dan besok pagi saya akan berpura-pura tidak tau tentang kepergian ibu. Pegang ini dan telfon saya jika ada apa-apa. Nanti jika ada waktu saya akan tengok ibu kesana. " Ucap kinasih sembari memberikan selembar kertas yang sudah ia tulis nomor ponselnya.
" Terimakasih bu. " Karin berhambur kepelukan kinasih sembari mengusap air matanya.
" Sama-sama, ya udah sana bu kasian sopirnya nunggu lama. " Karin buru-buru jalan menuju tempat dimana mobil menunggu. Sementara kinasih masuk rumah setelah memastikan tak ada satu orang pun yang melihatnya. Kampung itu memang terbilang kampung yang sangat sepi saat malam hari. Mayoritas penduduknya bekerja diperkebunan milik juragan danang sebagian lagi berada diperantauan. Tak heran jika saat malam datang kondisi kampung itu sangat sunyi dan sepi.
" Bu karin? " Panggil sopir keluarga danang yang tadi sore juga sudah mengantar karin pulang.
"Ah iya pak, maaf membuat bapak menunggu lama. Maaf juga sudah merepotkan bapak. " Ucap karin.
" Tidak apa-apa bu ini sudah jadi tugas saya. Mari bu silahkan masuk, biar kita cepat sampai dan anak-anak ibu bisa istirahat. Besok pagi saya antar ibu buat daftarin anak-anak ibu kesekolah yang sama dengan anak saya. " Ucap sang sopir yang biasa dipanggil dengan nama pak pur karna nama panjangnya adalah purnomo.
Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk sampai kerumah peninggalan suaminya hajah fatma karna jaraknya memang tak terlalu jauh. Rumah sederhana berbentuk joglo khas rumah dipedesaan namun sudah dipoles sedemikian rupa hingga rumah itu nampak indah dipandang mata .
Rumahnya nampak bersih dan rapih karna dijaga dengan baik bahkan setiap harinya disapu dan dibersihkan oleh seseorang yang memang ditugaskan secara khusus oleh ibu hajah fatma.
" Nah kita sudah sampai bu, ini kuncinya barang-barang ibu biar saya bantu bawa kedalam. " Ucap pak pur dengan sopan.
" Ayo nak turun pelan-pelan adek biar bunda gendong. Kasian dia pasti masih ngantuk. " Ucap karin sembari membuka pintu mobil untuk damar dan mempersilahkan damar turun terlebih dahulu karna karina harus menggendong alika yang tidur dengan nyenyak.
" Bun apa kita tinggal disini sekarang? " ucap damar saat mereka sudah menginjakan kaki diteras rumah.
" Iya nak, kita dikasih tempat tinggal gratis sama bu hajah. Besok kalian bunda kenalin sama bu hajah yang udah nolong kita. Ayo damar bantu bunda buka pintu. " Ucap karin sembari memberikan kunci rumah itu pada damar. Sementara pak pur sudah berpamitan karna dia memang masih ada pekerjaan lemburan dari sang majikan. Sebagai ucapan terimakasih karin memberikan selembar uang seratus ribuan pada pak pur dan pak pur menerimanya dengan rasa syukur.
*****
Pagi-pagi sekali wulan sudah bangun tak seprti biasanya yang selalu bangun siang namun kali ini wulan terbangun saat menjelang subuh.
" Heem tumben mba karin belum bangun, biasanya jam segini dia udah sibuk didapur. Duhh mana laper lagi, semalem cuman makan dikit. " Wulan membuka tudung saji yang ternyata sama sekali tak ada sisa makanan.
Wulan membuka kulkas berharap dia menemukan sisa bahan masakan yang karin beli. Ada niat curang dalam diri wulan untuk memasak bahan makanan itu dan memakannya didalam kamar bersama anak dan ibunya. Namun nihil saat wulan membuka kulkas sama sekali tak ada sisa bahan makanan.
Wulan meradang saat membuka kulkas dan ternyata kosong tak ada appun yang bisa ia mask. Karna kesal ia ingin melampiaskannya pada karin.
Brak brak brak
Wulan menggedor pintu kamar karin dengan kencang.
" Mbaa karin, mbaaa keluar mbaa! " teriak wulan.
Brak brak brak
" Mbaa karin, damar, alikaa banguun! " Karna tak ada sahutan sama sekali dari dalam wulan menendang pintu dari luar.
Braaaaak
" Papaaaah! " Wulan semakin histeris saat tak mendapati siapapun didalam kamar itu. Sontak seisi rumah dibuat kalang kabut karna teriakan wulan bahkan lujeng sampai menabrak pintu karna merasa hawatir terjadi sesuatu pada wulan.
" Astaga mama! Kenapa si triak-teriak dan bikin heboh sepagi ini? " Ucap lujeng sembari mengerjap ngerjapkan matanya.
Tak hanya lujeng dimas bahkan berjalan dalam keadaan mata terpejam.
" Maaah ada gempa bumi atau gunung meletus kenapa mama teriak-teriak dimas ngantuk maa! Hoaam "
Anik hanya diam mematung tanpa berkomentar apapun karna anik sudah melihat jika kamar karin ternyata kosong.
" Karin pah, damar, alika, karin damar, alika. Kosong gada pah kosong! " Ucap wulan.
" Maaah yang jelas kalau ngomong kosong, karin kosong maksudnya apa si mah? " lujeng lantas menerobos masuk dan semakin bingung saat melihat karin dan anak-anaknya tak ada ditempatnya.
" Maah, kemana karin dan anak-anak? " lujeng justru balik bertanya pada wulan.
" Mungkin kabur! " Celetuk anik dengan wajah tanpa ekspresi.
" Kabur? Maksud ibu karin dan anak-anak kabur dari rumah begitu? Kapan? kemana bu? " taya lujeng.
" Mana ibu tau lujeng? Ibu hanya bilang mungkin, Mana ada istri yang mau dimadu dan harus tinggal dengan madunya. Harus mengalah dala segala hal, tinggal disudut rumah dan selalu harus mengalah. Kamu tidak adil lujeng! " Ucap anika tanpa tau perkataanya menyinggung hati putrinya.
Wulan yang merasa tak terima dengan ucapan ibunya yang terkesan membela karin mendekati ibunya.
" Maksud ibu aku yang harus ngalah begitu, aku yang harus tinggal disudut rumah, jadi pembantunya mba karin! Ibu mikir bu! Aku anak ibu, bukan dia bu."
" Sudah-sudah kenapa jadi kalian yang ribut sii! " geram lujeng yang semakin pusing mendengar perdebatan ibu dan anak tesebut. Semetara dimas lebih memilh menutup telinga dan kembali tidur kekamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Raisa anti
belaga kaya majikan gak sadar diri udah kere
2024-10-22
1
Raisa anti
beruntung Karin dapat tetangga macam Kinasih
2024-10-22
1