" Apa cerai? Tidak karin, aku tidak akan menceraikan kamu. Kita jalani saja seprti ini, selama bertahun-tahun aku nyatanya bisa bersikap adil terhadap kalian. Rumah yang sama besarnya, uang sama banyaknya, aku juga membagi waktu dengan adil selama ini. Jadi jangan menentang lagi aku tidak akan menceraikan kamu. " Ucap lujeng dengan tenang tanpa trsulut emosinya sedikitpun.
" Adil kamu bilang mas, apa adil yang seprti ini yang kamu maksud? Dua anak kamu menangis disudut ruangan sementara anak itu yang kamu manjakan, dimana adilnya mas dari mana yang kamu katakan adil!" Bentak karina sudah tak tahan lagi dengan lujeng.
" Maaas, sudahlah jika mba karin minta cerai ya udah ceraikan saja, jadi aku gak perlu berbagi appun dengan dia. Aku kan cape harus berbagi trus sama dia. " Wulan berbicara dengan logat manjanya, itu terasa sangat menjijikan dimata karin. Sesaat karina baru sadar sisi lain dari wulan yang menurutnya menjijkan. Selama ini karin menganggap wulan adalah permpuan baik-baik dan karin trmakan crita bohong dari bu anik.
" Lujeng, apa lagi yang kamu harapkan dari pernikahan kamu dengan karin. Wulan sudah memiliki anak dari kamu, dia lebih cantik dan pintar dibanding karina. Jadi ceraikan saja dia lujeng jadikan anakku istri satu-satunya. Ibu sudah lelah menutupi semua ini dan bersandiwara dengan dia. " Bu anik yang awalnya diam kini angkat bicara dan mulai meracuni otak suamiku.
" Tidak bu, tolong jangan ikut campur. Tak ada yang kurang satu appun dari karin. Aku sangat mencintainya sbelum wulan. Sampai saat ini aku masih mencintainya dan juga dia ibu dari anak-anakku. Aku tak mau brpisah dengan karin, baik karin ataupun wulan aku sama-sama mencintai mereka dengan porsi yang sama jadi mereka tetap harus brada disisiku. Tak ada satupun diantara kalian yang boleh meninggalkanku atau meminga cerai dariku. Itu keputusanku tak bisa diganggu gugat lagi. " stelah mengatakan itu lujeng pergi kekamarnya.
Mendengar perkataan lujeng hati karina semakin sakit, bagaimana tidak suaminya tak mau menceraikanya tapi dia membrikan sbagian ruang hatinya untuk perempuan lain. Tak ada satu orangpun yang rela berbagi suami atapun belahan jiwanya pada wanita lain.
" Ck, semua ini gara-gara kamu mba. Kalau mau minta cerai ya cerai aja gak usah banyak drama. Kan kamu bisa mengajukan sendri kekantor agama, ngapain pake minta sama mas lujeng. Ini mah kan yang kamu harapkan. Dasar munafik, keliatanya aja polos! ayo bu ayo dimas kita pulang, nanti mama bakal masak makanan kesukaan papah, biar papah lebih betah tinggal sama kita dibanding mereka. " Wulan menghentakan kakinya dan pergi dari rumahkku dengan penuh kemaran.
Bu anik menatap tajam saat melewatiku, tatapan Matanya megisyaratkab betapa bencinya dia trhdapku.
" Tunggu saja karin, aku akan melakukan appun agar kebahagiaan anak dan cucuku tetap utuh. " Bisik bu anik didepan wajahku.
Stelah keprgian Merek aku berlari menutup pintu, tubuhku merosot,aku menangis sejdinya. Dirumahku sendri aku diperlakukan seakan aku ini seorang pelakor dan pencuri kebahagiaan istri dan anak lainya. Padahal disni akulah yang sudah dicuri kebahagiaan dan kedamaian rumah tanggaku.
Namun aku tak sepenuhnya bisa menyalahkan wulan dan ibunya karna tentu saja semua itu takan trjadi jika mas lujeng tak pernah membrikan kesempatan itu kepadanya.
" Bunda jangan nagis bund, maafin alika sama kaka damar ya bun. Alika janji gakan kaya tadi lagi, bunda jangan nangis lagi ya bund. Nanti alika bakal marahin ibunya ka dimas sama neneknya ka dimas biar gak marah-marah sama bunda lagi " Hatiku smakin berdenyut mendengar ucapan anakku yang masih sangat polos itu.
" Bunda, adek laper bunda gak jadi masak? " Pertanyaan alika membuatku trgugah.
" Iya nak mafin bunda ya, alika mau dimasakin apa? " Aku bangkit dan mengusap airmataku. Karna kesedihanku aku melupakan anak-anakku yang belum sempat sarapan.
Aku bergegas menuju dapur sementara alika dan damar duduk menungguku membuatkan sarapan dimeja makan. Aku memilih menu yang praktis dan cepat karna aku tak mau anak-anakku menunggu lama. Celotehan-celotehan alika dan tawa damar membuatku kembali bersemangat, aku harus kuat demi anak-anaku. Mereka membutuhkan ibunya, mereka masih sangat belia untuk mengetahui permasalahan yang tengah aku hadapi.
Aku memang tidak boleh menjadi ibu yang egois, aku harus bisa mengesmpingkan perasaanku demi mereka buah hatiku Damar dan Alika.
Saat aku tengah berkuat didapur tiba-tiba mas lujeng datang menghampiriku dia sudah rapih dengan seragam kerjanya.
" Bunda ayah mau berangkat, maaf jika malam ini mungkin ayah tidak pulang. Dimas sedang ingin berlibur kekampung halaman ibunya jadi karna besok libur ayah nanti akan mengantar dan menemani mereka selama dikampung. Ayah udaah siapin semuanya." Stelah mengatakan itu mas lujeng beralih menatap damar dan alika.
" Sayang baik-baik dirumah sama bunda, jangan tidur terlalu malam. Jaga kalian ayah mungkin lusa baru bisa pulang, kalau sempat ayah akan carikan oleh-oleh untuk kalian. " Mas lujeng mencium kening kedua anaknya dan pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dari anak-anaknya.
Alika trlihat begitu lesu dan Kepalanya disandarkan dimeja makan begitupun dengan damar. Aku merasa iba dengan mereka, bagaimana tidak ayahnya memilih pergi dengan dimas sedangkan alika dan damar hanya mendapat janji-janji dari ayahnya.
" Sayang, makananya udah siap ayo makan dulu. " Aku mencoba mencairkan suasana dan mengalihkan perhatian mereka.
" Alika gak jadi laper bund, bunda apa ayah udah gak sayang sama adek dan kaka damar. Kenapa ayah gak pernah ajak adek jalan-jalan. Padahal sore ini ayah udah janji ajak alika ke wahana permainan anak di alun-alun kota. Apa ayah lupa ya bund? Apa betul kaka dimas itu kakanya alika, alika gaak mau bund alika cuman punya satu kaka, kaka damaar. " Mendengar ucapan putriku hatiku seprti teriris, bagaimana tidak. Putri kecilku sudah merasa diabaikan oleh ayahnya, bahkan dia harus berbagi kasih sayang ayahnya dengan tetangga kami.
" Deek, udaah kapan-kapan kita jalan bareng jangan bikin bunda sedih, adek liat kan bunda jadi sedih gara-gara adek. Maafin adek ya bund! " Damarku yang berusia 9 tahun sudah sedewasa itu.
" Sudah-sudah bunda gak sedih ko. Bunda cuman trharu ternyata kaka damar udah dewasa ya udah bisa sebijak itu pemikiranya. Trimakasih ya nak, cup cup cup cup, sekarang anak-anak bunda harus makan dan habiskan makanan kalian kalau tidak mau bikin bunda sedih. " Meskipun ingin aku brusha membendung airmataku agar tak menetes.
" Bunda, dulu waktu ibu wulan belum ada disini ayah masih ayahnya alika dan ka damar. Sekarang setelah bu wulan ada disni ayah jadi ayahnya ka dimas. Apa kita suruh bu wulan pindah lagi aja bun biar ayah kembali jadi Ayahny ka damar sama alika, atauu kita aja yang pindah biar gak sebelahan sama bu wulan dan ka dimas. Nanti kan ayah gak harus dibagi bund. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Raisa anti
wooy kalau kamu cinta gakan kamu duakan Istri kamu
2024-10-18
1
Raisa anti
jangan mau mnding cerai
2024-10-18
1
tamak sekali kau lujeng menikahi 2 wanita😪
2024-02-17
0