bab 6

" Jadi selama ini kamu menduakan aku bertahun-tahun lamanya mas, aku tak menyangka kamu stega itu mas. " Airmataku seakan tak mau berhenti menetes.

" Iya karin, sekarng kamu sudah tau semuanya. Tolong trima wulan seprti adik kamu sendri dan anggap dimas sprti damar dan alika. " Ucap mas lujeng tanpa memikirkan bagaimana hancurnya perasaanku.

" Semudah itu mas? Semudah itu kamu memintaku menerima permpuan itu stelah kamu menyakitiku bertahun-tahun. Tidak kah kamu fikirkan bagaimana perasaanku mas. Aku benci kamu mas! "

" Kariiin tunggu, kariin maafkan aku kariiin! " Teriak mas lujeng saat aku pergi kekamarku.

" Hiks sakit sekali rasanya mas, kenapa kamu begitu tega menyakitiku mas. Apa salahku apa kurangku selama ini mas. " Aku bergumam seorang diri didalam kamar. Dadaku terasa sangat sesak, hatiku begitu perih dipaksa harus menerima kenyataan pahit ini.

Rumahtangga yang aku bangun bertahun-tahun yang aku fikir baik-baik saja ternyata sudah hancur bahkan tanpa spengtahuanku. Kapal yang aku fikir hanya terombang-ambing diterpa badai dan gelombang nyatanya sudah karam dan tenggelam bersama luka yang suamiku torehkan.

Aku dihianati, aku disakiti, aku dikecewakan dan aku dihancurkan berkeping-keping tak brsisa.

" Bodooh karin, kamu bodooh, hiks hiks mengapa selama ini kamu tidak tau betapa bejat dan busuknya suamimu hiks hiks. " Tubuhku lemah sampai aku limbung dan merosot dibalik pintu. Memgapa suamiku begitu tega, semua penghianatan dan perbuatan busuknya terkemas rapih dalam balutan kasih sayang yang semu.

Mataku terpaku saat aku melihat sisa serpihan cermin yang pecah dikamarku. Seketika otakku seakan mengomando untuk mengambilnya dan mnorehkan dipergelangan tanganku.

Akal sehatku hilang, perlahan aku mengambil serpihan cermin itu. Aku harus mati dari pada hidup dalam bayang-bayang penghianatan suamiku sendri. Hanya itu yang ada dalam otakku.

Aku memejamkan mataku dan bersiap menggoreskan tajamnya serpihan kaca itu kepergelanggnku, namun hati kecilku seakan mengatakan jangan. Aku melempar serpihan itu kejendela, aku tersadar apa yang aku lakukan tidaklah baik.

" Aaaaaakkkkkkkh, jahat kamu maaaas! "

" Bundaa buun,bundaa ! Damar tau bunda didalam, buka pintunya bund! " Teriakan damar membuatku tersadar jika masih ada anak-anak yang perlu aku jaga dan aku dampingi.

" Iya nak, masuklah! " saat aku membuka pintu aku melihat wajah polos putra-putriku. Hatiku semakin berdenyut. Bagaimana aku akan menjelaskan pada mereka tentang ayahnya yang memiliki putra lain selain mereka dari ibu yang lain. Betapa hancurnya hati mereka saat tau kenyataan pahit ini.

" Bunda nangis, kenapa ayah nakal yaa? " Celetuk alika saat melihat mataku yang sembab.

" Bunda kelilipan sayang, alika sama damar tidur sama bunda disni mau? " sektika anak-anakku brhambur kepelukanku.

Sejak suamiku mengatakan kebenaran tentang hubunganya dengan tetanggaku aku menajadi lebih pendiam. Tak ada lagi obrolan ataupun tegur sapa antara aku dan suamiku. Terlebih dengan tetanggaku, semakin hari mereka semakin berani menunjukan statusnya didepanku. Bahkan suamiku sering menginap dirumah sebelah tanpa meminta izinku. Tak hanya itu bahkan stiap ahir pekan mereka selalu pergi jalan-jalan tanpa mengajak anak-anaku damar dan alika.

Suatu pagi entah disengaja atau memang wulan ingin memanasiku dengan memprlihatkan kemesraanya bersama suaminya yang statusnya masih menjadi suamiku.

" Eh mba karin, mba mau belanja sayur? " sapa wulan saat aku baru saja keluar dari rumah.

Aku sama sekali tak ada niat untuk menjawab, aku hanya melihatnya sekejap lalu aku melanjutkan lagi langkahku.

" Buun masak yang banyak yaa hari ini wulan libur masak dan mau makan dirumah bunda. Nanti ayah tambahin uang belanjanya. " Teriak suamiku dari teras rumah wulan, kebetulan suamiku memang menginap dirumahnya sejak 2 hari lalu.

" Iya " Hanya kata itu yang keluar dari mulutku. Aku tak habis fikir dimana otak mas lujeng yang memintaku menyiapkan makanan untuk maduku.

Sesamainya ditempat pak ujang para ibu sudah ramai menggunjingku, dikampung kabar baik ataupun buruk tersebar dengan cepat tanpa perantara. Mereka seprti cctv kampung yang selalu tau gerak gerik tetangganya bahkan hal sekecil appun.

" Bu karin tumben sendrian biasanya bareng bestie! " ucap bu imah yang sudah terkenal sebagi ratu julid.

" Iya bu. " Aku hanya menjawab singkat karna tak ingin membuat obrolan menjadi kemana-mana.

" Buu apa betul kalau bu wulan istri kduanya ayahnya si damar? berati bu wulan madunya ibu dong! Ko mau-maunya sii ibu dimadu, mana tinggal sebelahan apa gak perih tuh mata tiap hari ngeliat kemesraan suaminya sama perempuan lain? " Bu wiwit yang baru saja datang tiba-tiba menyela tanpa basa basi.

" Kalau ibu sudah tau kenapa mesti ditanyakan lagi bu? " jawabku sambil mengambil beberapa sayuran, fokusku jadi buyar alhasil aku hanya asal mengambil sayuran karna aku menjadi bulan-bulanan ibu-ibu yang sedang berbrlanja disni.

Memang beberapa hari aku sengaja tida belanja sayur, aku lebih memlih membli makanan dari warung makan dibanding harus masak karna aku ingin menghindari pertanyaan pertanyaan dari para tetanggaku yang julid.

Namun sampai kapan aku harus bersembunyi dibalik kebenaran suamiku yang memiliki istri lain. Aku harus melanjutkan hidupku, aku harus memikirkan anak-anakku.

Namun nyatanya aku belum siap, aku masih merasa sakit saat mendengar mereka membicarakanku.

" Bu karin kenapa gak minta cerai aja sii, ko mau-maunya dimadu. Kalau saya mah udah minta pisah tuh punya laki modelan pak lujeng. " Deeg ucapan bu asti membuatku tersadar. Iya mengapa aku tidak menggugat cerai suamiku. Mengapa aku bertahan dalam pernikahan yang sudah hancur.

Cermin yang retak mungkin masih bisa diprbaiki meski meninggalkan bekas bayang-bayang namun hubungan yang hancur takan bisa dibangun lagi . Kepercayaan yang kubrikan untuk suamiku sudah dihancurkan seprti cermin kamarku yang dihancurkan oleh dimas.

" Pak ujang sudah ini saja belanjaan saya! " aku menyerahkan kantong plastik yang brisi beberapa sayuran dan lauk. Stelah membayarnya aku pergi begitu saja tanpa mendengarkan ocehan ibu-ibu yang ada disitu.

Beberapa orang prihatin dan iba terhadapku, namun beberapa orang menilaiku dengan buruk atas penyelewengan suamiku. Aku dibilang tidak becus jadi istri, tidak bisa menjaga keutuhan rumah tangga, tidak bisa menyenangkan suami dan masih banyak hal yang mereka ucapkan dan begitu menyakitkan untuk aku dengar.

Sepanjang jalan aku tringiang-ngiang ucapan bu asti. Sesampainya dirumah ternyta wulan, bu anik dan dimas sudah ada diruang keluarga bersama anak-anakku. Mereka trlihat seprti keluarga yang bahagia, dimas dan mas lujeng bercengkerama. Sementara kedua anakku menyaksikan kebahagiaan mereka dari sudut ruangan. Tak ada yang memprdulikan anak-anakku, baik wulan atapun ayahnya mas lujeng.

" Bundaaa, hiks hiks " rengek si bungsu saat melihatku masuk kedalam rumah.

Perlahan aku mendekati mereka dengan dada bergemuruh. Tekatku sudah bulat, aku ingin berpisah dengan suamiku.

" Buun kenapa lama sekali belanjanya, dimas udah laper bund kasian lo dia biasa sarapan pagi-pagi sekali. " ucap mas lujeng saat melihatku mendekatinya.

" Kamu kasian dengan anak itu tapi kamu tidak kasian dengan anak-anak kamu? Mereka seprti anak tiri yang dibiarkan disudut ruangan menyaksikan kebahagiaan kalian? Otak kamu dimana mas, dimana hati nurani kamu sebagai ayah! Aku minta cerai mas! "

Terpopuler

Comments

Raisa anti

Raisa anti

ya ampun gitu amat

2024-10-18

1

Raisa anti

Raisa anti

jahat skali

2024-10-18

1

Raisa anti

Raisa anti

prgi aja karin

2024-10-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!