" Maaf nak karin ibu gda maksud buat nguping. Ibu hanya tak sngaja mendengar tadi ibu kesni mau ajak wulan pulang. " Ucap bu anik
" Ya bawa anak ibu pulang dan silahkan berkemas. Ibu sudah dengar semuanya kan jadi saya tidak perlu menjelaskan appun lagi. " Ucap karin stelah itu karin masuk kedalam dan mulai mengemas semua barang-barangnya.
" Ayo pulang nak! " Ucap bu anik pada wulan.
" Sialan gara-gara dia semua jadi kacau seprti ini. Lalu apa yang harus aku pertahankan lagi dari pernikahan ini. " Ucap wulan, masih bisa didengar oleh bu Anik.
" Wulan! " Sentak bu anik
" Apa kamu menikah dengan lujeng hanya demi sbuah kedudukan? Sebatas itu perasaan kamu sama suami kamu? Sebagai seorang istri kamu harus mendampingi dia wulan! Ini salah kamu, coba kamu dulu dengerin omongan ibu jangan pindah kesni. Kalau sudah begini siapa yang mau disalahkan? " Ucap bu anik merasa geram dengan putrinya yang seolah tak bisa menerima kenyataan.
Dua orang itu keluar dari rumah karin dengan trdiam dan larut dalam fikiranya masing-masing.
Sementara didalam kamar damar dan alika tampak murung. Alika sudah tau semuanya dari damar, entah bagaimana cara damar menyampaikan semuanya sama adiknya yang jelas dua anak itu sudah faham dengan kondisi yang ada.
" Bun, kaka gak mau tinggal sama dimas dan bu wulan. Kita cari kontrakan lain aja bund kita hiduo bertiga. Ayah terserah kalau mau sama bu wulan dan dimas. Ayah kan gak sayang lagi sama kaka dan adek." Ucapan damar trdengar begitu menohok hati karina.
" Damar! Dari mana kamu belajar berbicara seprti itu? Apa dari bunda mu? Ayah tidak menyangka anak ayah bisa berbicara seprti itu dan membnci ayahnya sendri. Apa itu yang kamu pelajari disekolah? " ucap lujeng, tanpa spengetahuan mereka lujeng tak sengaja mendrngar obrolan karin dan anak-anaknya.
Sebenarnya bukan sebuah obrolan melainkan keluhan damar dan alika yang tak mau tinggal satu atap dengan ibu dan saudara tirinya.
" Apa begitu cara kamu berbicara dengan anak kamu mas? Tidak kah kamu tau sedalam apa luka mereka karna masalah kita? Tidakkah kamu menyadari betapa mereka merasa kehilangan ayahnya." Ucap karin tepat didepan wajah lujeng dengan suara lirih karna tak mau anak-anaknya mendengar.
" Ck, selalu itu yang jadi alasan kamu mencecarku karin! " ucap lujeng dengan wajah masamnya.
" Memang begitu adanya mas! " ucap karin,stelah mengatakan itu karin pergi meninggalkan lujeng yang masih terlihat kesal dan tak trima dengan apa yang karin ucapkan.
Damar dan alika menyeret kopernya keluar kamar, mereka brdiam diri brusha menyimpan semua kenangan-kenangan selama dirumah itu dalam hatinya.
Berat memang sangat berat, alika dan damar lahir dan tumbuh didalam rumah itu hingga detik ini. Rasanya seprti mimpi buruk bagi mereka jika harus meninggalkan rumah yang selama ini menjadi tempat berteduh dan berbagi kasih sayang. Apa lagi stelah ini dia harus tinggal bersama dimas dirumah yang bahkan mereka tidak tau sbesar apa dan ada dimana.
" Damar, alika sudah slesai berkemasnya. Maafin ayah ya nak! " ucap lujeng sembari merentangkan tanganya berharap disambut oleh anak-anaknya.
Damar dan alika tampak cuek dan berjalan melewati lujeng begitu saja.
" Damar,alika kalian marah sama ayah nak? "Maafin ayah nak. " Seru lujeng sembari mengejar damar dan alika.
" Kalau ayah gak nikah sama bu wulan hal ini tidak akan terjadi. Damar benci ayah! " Ucap damar stelah lujeng sudah berhasil menggapai putranya.
" Damar! " Wajah lujeng trlihat sangat kecewa mendapati putranya berbicara demikian.
lujeng beralih kealika yang kini tengah menatapnya begitu dalam.
" Alika sayang, kamu gak marah kan sama ayah? Mau kan ayah peluk? " Ujar lujeng sembari mengusap lembut kepala putrinya. Alika diam tak bergeming, diamnya alika dianggap suatu kemenangan oleh lujeng karna dia menganggap putrinya berpihak kepadanya.
" Jangan sentuh alika lagi, ayah sekarang udah jadi papanya ka dimas. Bukan ayah alika sama ka damar lagi. Ayah selalu bkin bunda nangis, alika benci ayah. " lujeng mematung, hatinya terasa tersyat bahkan putri yang biasa begitu dekat dan manja kepadanya sekarang sudah bisa berkata demikian.
" Kamu liat mas,tanpa aku jelaskan appun anak-anak sudah bisa menilai dan melihat bagaimana hubungan orangtuanya. " Ucap karina yang tak sengaja mendengar.
" Bunda, ayah tau ayah salah mafin ayah bund. Ayah tidak bisa memilih salah satu diantara kalian. Ayah sangat menyayangi kalian berdua. Ayah juga tidak pernah membedakan antara dimas damar dan alika. Bund ayah mohon kasih mereka pengrtian jika ayah sangat menyayangi mereka. " Lujeng trlihat memohon pada karina bahkan lujeng berlutut didepan karina.
" Ternyata kamu sama sekali tidak tau dengan apa yang dirasakan anak-anak dan juga aku mas. Sudahlah, aku sudah siap pergi tolong izinkan aku tinggal bertiga saja dengan anak-anak. Aku tidak mungkin bisa hidup satu atap dengan wulan. " Ucap karina.
" Tidak bund, ayah mohon dicoba dulu nanti kalau memang tidak bisa kita cari kontrakan lain. Jangan pisahin ayah sama anak-anak bund. " Kali ini lujeng tampak lebih tenang.
Karina diam dan meninggalkan lujeng begitu saja, menyusul anak-anaknya yang sudah menunggunya diluar.
Berbeda dengan suasana dirumah karin, wulan justru tengah merencanakan sesuatu diotaknya.
" Mama kenapa senyum-senyum sendri ma. Maa nanti bilang sama papah kalau dimas gak mau satu kamar sama damar dan alika. Dimas mau kamar dimas sendiri. " Ucap dimas pada ibunya.
" Kamu tenang saja nak, tidak akan mama biarkan kamu berbagi kamar atau hal appun dengan anak-anak karina. Anak mama harus jadi yang utama gada yang boleh mengambil hak kamu. " ucap wulan, tanpa sadar wulan sudah menanamkan sifat serakah pada putranya.
" Dimaas, jangan dengarkan ibu kamu. Semua harus berbagi, kasian papa kalian. Mereka kan saudara kamu. Damar kaka kamu dan alika adik kamu. " Ucap bu anik yang tak stuju dengan apa yang wulan ajarkan pada anaknya.
" Diem buu! ibu gak perlu ikut campur sama urusan aku. Gara-gara karin aku juga dipecat dari kerjaanku, dia harus bisa membayar mahal dengan apa yang sudah dia lakukan. " ucap wulan dengan seringai diwajahnya.
Entah apa yang akan dilakukan wulan namun dari gelagatnya dia tengah merencanakan hal licik untuk membuat karin susah.
Dua taxi datang dan berhenti dihalama rumah karina. Wulan yang mendengar deru mobil taxi itu gegas keluar dan membawa barang-barangnya.
" Ibuuu dimas ayo masuk dulu mama mau panggil papah biar papah ikut kita! " Ucap wulan sembari melirik karin.
" Papah dibelakang aja sama damar dan alika, mama sama dimas dan ibu. " Triak lujeng sembari memasukan koper kedalam bagasi.
" Gak, mama gak mau tau papa harus ikut mama Titik! "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Raisa anti
jangan ikut Karin kasian anak-anak kamu
2024-10-20
1
Raisa anti
ibu laknat wulan
2024-10-20
1
Raisa anti
sakit skali hati alika
2024-10-20
1