Bab 2 Pulang

Saat makan malam anak-anakku terlihat lesu dan tak bersemangat.

" Damar kenapa makananya hanya diaduk-aduk nak,apa kamu tidak kasian sama bundamu ini yang cape masak hum?" Kali ini damar yang lebih terlihat murung berbeda dengan alika yang saat ini tengah menyantap makan malamnya meskipun tak selahap biasanya.

"Bund, kenapa ayah gk bisa ditelfon yaa.Tadi damar coba nelfon ayah tapi tidak bisa." Anakku trlihat sangat kecewa tak biasanya damar bersikap seprti ini padahal tadi siang damar sendri yang memberi pengrtian pada adiknya.

"Sabar ya sayang mungkin ayah sedang sibuk atau sedang dalam perjalanan. Damar kan sudah besar nak,damar tau ayah bekerja untuk siapa.Sekarang habiskan makan malamnya nanti kalau tengah malam ayah sampai bunda janji bakal bangunin damar dan alika.Tuh lihat adik kamu hampir habis makananya, sekarang giliran damar, ayo nak apa mau bunda suapin. Sinii siniiii..." Aku berusha tertawa mengibur anak-anakku kendati hatiku terus merasa gelisah.

" Iiih kaka damar kaya bayi masa iya kalah sama adek, kaka damar manja, kaka damar kaya bayi wleee wleeee." alika trus menggoda kakanya sehingga membuat senyum damar terbit di bibirnya lantaran melihat tingkah adiknya yang menggemaskan.

Tanpa anak-anakku tau aku meneteskan airmataku. Fikiranku melanglang buana memikirkan segala kemungkinan yang terjadi pada suamiku diluar sana, namun hati ku trus meyakinkanku jika aku harus bersabar dan aku harus percaya jika suamiku baik-baik saja dan tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.

Setelah anak-anak selesai makan aku masih duduk termenung di meja makan. Aku belum ada niat untuk beranjak karna aku juga belum makan malam. Aku masih berharap suamiku pulang dan kami bisa makan malam bersama. Entah mengapa hati kecilku mengatakan jika suamiku sebentar lagi akan pulang.

Ditengah kemelut hatiku tiba-tiba aku mendengar suara deru mobil suamiku. Aku bergegas menuju jendela dan melihatnya dibalik tirai untuk memastikan apakah itu benar-benar suamiku atau bukan. Lama aku melihatnya namun aku tak kunjung melihat suamiku turun dari dalam mobil ,entah apa yang dia lakukan didalam sana. Karna penasaran aku gegas membuka pintu karna aku juga ingin menyambut suamiku saat dia turun dari mobil.

Lama aku menunggu ahirnya suamiku turun, aku berniat menghampirinya namun dia membrikanku kode dengan tanganya agar aku tetap diam ditempat. Awalnya aku merasa heran namun aku tak mau memikirkan hal lain yang jelas aku sudah sangat lega karna ahirnya suamiku pulang dalam keadaan sehat dan baik-baik saja tanpa kurang satu apapun.

" Bunda belum tidur?" Sapa suamiku sembari merengkuh pinggangku. Sektika rasa gelisahku hilang berganti dengan perasaan bahagia.

" Bunda nungguin ayah, entah mengapa bunda merasa ayah sbentar lagi akan pulang dan benar saja ayah pulang. Ayah sudah makan?" Tanyaku sembari berjalan beriringan masuk kedalam rumah.

Namun saat aku menutup pintu dari dalam aku mendengar suara pintu mobil ditutup.

"Looh yah, ayah datang dengan orang lain? kenapa gak disuruh masuk yah?" tanyaku dan aku hendak berbalik badan karna aku benar-benar mendengar suara pintu mobil yang tertutup.

" Bunda salah denger kali sayang, ayah sendrian ko. Kan bunda tau tadi ayah sendri mana mungkin ayah ajak orang malam- malam begini kalaupun ada pasti kan turun bareng ayah. Bunda masak apa ayah laper nih." Mas lujeng mengalihkan pembicaraan kami hingga aku melupakan suara itu.

" Ayaah, kenapa lama sekali ini juga sudah lewat dari waktu yang ayah janjikan. Ayah tau anak-anak sangat merindukan ayah, bahkan alika dan damar tidak makan dengan baik." kemudian aku mencritakan bagaimana anak-anak selama mas lujeng pergi, tak ada hal yang mencurigakan mas lujeng bahkan mendengarkan dengan baik, tak ada yang berubah semua tetap sama mas lujeng sampai terbahak saat aku menceritakan tentang kenakalan dan tingkah anak-anaknya.

" Oh ya yah, cermin meja rias dikamar kita pecah terkena bola anak dari tetangga seblah itu si dimas!" ujarku sembari menyuapi suamiku makaan. Aku memang terbiasa menyuapi suamiku makan saat kita hanya berdua saja dimeja makan, namun saat ada anak-anak suamiku makan dari tanganya sendri.

" Apa dimas?" mas lujeng sedikit terkejut saat aku menyebut nama dimas.

" Iya yah dimas anaknya mba wulan, besok kita beli yang baru ya yah boleh kan? kebetulan bunda ada sedikit tabungan dari sisa uang belanja." Aku memang sengaja menabung karna ingin mengganti meja riasku yang sudah usang.

" Terserah bunda saja jika mau ganti yang baru, em apa bunda memarahi dimas karna sudah membuat cermin meja rias bunda pecah?" pertanyaan mas lujeng sebenernya sangat wajar namun entah mengapa aku merasa sedikit tersinggung dengan pertanyaan itu.

" Ayah, apa bunda pernah marah saat anak-anak merusak barang mlik bunda atau prabotan rumah?" Suamiku hanya menjawabnya dengan gelengan kepala.

Aku menghela nafas sebelum melanjutkan apa yang ingin aku sampaikan, ini hal sepele tapi entah mengapa hatiku begitu sensitif saat suamiku menyebut nama dimas apa lagi dengan pertanyaanya yang seakan meragukan sikapku terhadap anak-anak.

" Yaaah bagaimana bisa bunda marah dengan anak orang lain smentara anak-anak bunda pun memiliki kenakalan yang sama. Dan lagi dimas tidak sengaja melakukan itu mana mungkin bunda marah. Bunda mengatakan ini hanya ingin membritahu ayah, bukan berati bunda marah." Stelah mengatakan itu aku merasa sedikit kecewa namun aku tetap duduk menamani dan menyuapi suamiku makan.

" Ya sudah besok ayah ganti yang baru, uang bunda lebih baik bunda simpan saja. Besok bunda bisa pilih sesuai yang bunda inginkan. Ayah kenyang bund, ayah mau bersih-bersih bunda beresin meja makan dulu ayah tunggu dikamar ya sayang!" Cuuup. Setelah mencium keningku mas lujeng pergi kekamar dan kepergian mas lujeng menyisakan beribu pertanyaan dalam benakku.

Hatiku trus bertanya-tanya mengapa mas lujeng seprti ini. Perkara cermin yang pecah saja mas aku merasa ini suatu hal yang besar, mengapaa mas lujeng ingin menggantinya dengan uang pribadinya padahal aku sendri sudah mengatakan jika aku sudah memiliki uang untuk memblinya. Bukan tentang uangnya namun ini tentang sikap mas lujeng yang membuatku merasa ada yang lain dari sikapnya.

Mas lujeng bersikap seolah dia yang merasa harus bertanggung jawab atas cermin yang rusak itu. Hal itu mengingatkanku pada s5tiap kejadiana anak-anak saat merusak barang-barangku atau prabotan rumah. Mas lujeng pasti akan menggantinya dengan uang pribadinya karna dia merasa bertanggungjawab atas apa yang anak-anaknya lakukan. Mengapa dengan dimas dia melakukan hal yang sama? Sikap mas lujeng seprti teka-teki yang membuatku begitu penasaran.

Terpopuler

Comments

Raisa anti

Raisa anti

sprtinya ada yang gak beres sama si suami Karlina

2024-10-16

1

Raisa anti

Raisa anti

akhirnua pulang juga suami karina

2024-10-16

1

Utayiresna🌷

Utayiresna🌷

Dari cara berbicara nya pun ku tahu😌

2024-02-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!