Semakin hari sikap mas lujeng mulai trlihat lain. Bahkan dihari ulahtahunku dan anakkupun dia lewatkan begitu. saja tanpa ada ucapan, hadiah kejutan atau perayaan.
Tak jarang anakku melihat mobil ayahnya terparkir didepan rumah makan atau dihalam sekolah. Namun aku selalu menyangkal dan membri pengrtian pada putraku jika itu bukanlah ayahnya. Seprti halnya saat ini.
" Bunda tadi kaka liat mobil ayah didepan gerbang sekolah kaka udah sneng banget karna kaka kira ayah jemput kaka dan adek. " Ucap damar kala dia baru saja sampai dirumah.
" Trus gimana nak, kalian pulang sama ayah? " Ucapku penasaran, aku juga masih menunggu kelanjutan crita anakku.
" Tapi bund pas kaka keluar sama adek kaka liat dimas anaknya bu wulan masuk kemobil ayah trus mobil ayah pergi. Kenapa si bun ayah jemput dimas bukanya adek sama kaka? " Wajah damar trlihat sangat sedih, berbeda dengan alika yang tetap ceria karna damar tak mengatakan hal itu pada adiknya Damar lebih memilih tidak membritahu alika tentang apa yang dia liat.
" Kaka yakin itu mobil ayah dan yang naik kemobil itu dimas? " Aku masih brusaha membuat anakku mengingat dengan jelas karna aku tak mau anakku salah menuduh ayahnya .
" Kaka yakin bun itu ayah, kaka kan hafal pelat mobil ayah dan juga goresan dimobil ayah karna terkena sepeda kaka dulu. " Mendengar anakku begitu yakin jika yang dilihat adalah ayahnya aku semakin bingung harus menjelaskan apa. Aku sendri sudah menaruh curiga namun aku sama sekali belum memiliki bukti appun trkait kejanggalan-kejanggalan yang trjdi bebrapa bulan trahir.
Karna tak mau membuat anakku brtanya lebih aku mengalihkan pembicaraan dengan menayakan PR anakku.
" Buun, jangan alihkan pembicaraan jawab damar dulu apa hubungan ayah sama dimas apa ayah damar juga ayaah dimas jawab bun jawab! " Damar trus saja mendesakku untuk menjawabnya.
" Apa yang harus bundamu jawab damar? " Tiba-tiba mas lujeng datang mengejutkan kami.
Damar menatap ayahnya dengan tatapan penuh kemarahan.
" Damar mengapa menatap ayah seprti itu apa kamu tau itu tidak sopan! " Sentak mas lujeng hingga membuatku terkejut karna tak biasanya mas lujeng berkata dengan suara lantang pada damar.
" Ayah turunkan nada bicara kamu. Kamu tau itu bisa merusak mental damar sabar yah sabar!" Aku mengusap lengan suamiku berharap amarahnya reda namun ternyata mas lujeng malah menepis tanganku dengan kasar didepan damar.
" Ayah jangan kasar sama bunda! " triak damar merasa tidak terima bundanya diperlkukan dengan kasar didepan matanya. Aku sungguh sangat menyayangkan sikap mas lujeng yang tak mencrminkan sikap seorang ayah didepan anak lelakinya.
" Damar, jangan berteriak nak! gak baik bicara dengan nada tinggi didepan orangtua sayang. " Perlahan aku mendekati damar yang matanya bahkan sudah merah menandakan betapa marahnya dia dengan sikap ayahnya. Rasa marah dan kecewa yang sudah dia pendam sekian lama seakan sudah tak terbendung lagi.
" Kamu liat anak kamu, ini hasil didikan kamu yang selalu memanjakanya hingga dia tumbuh menjadi anak yang pembangkang. " Baik mas lujeng ataupun damar sudah trsulut api kemarahan hingga mas lujeng tak bisa mengendalikan dirinya dan berteriak didepan anaknya yang masih dibawah umur.
" Jangan salahin bunda, bunda gak salah ayah yang salah ayah sering bikin bunda nangis damar tau ayah diam-diam suka kerumah bu wulan, damar tau ayah sring antar dimas kesekolah, damar tau siang ini ayah jemput dimas kesekolah, damar tau stiap malam minggu ayah pergi bersama bu wulan, mbah anik dan juga dimas. Damar tau semuanyaaaa! " triak damar, aku tercengang mendengar begitu banyak hal yang tak ku ketahui namun anakku mengetahuinya.
Teka teki yang selama ini aku coba uraikan terjawab sudah dari mulut anakku sendri. Maatamas lujeng merah menyala, deru nafasnya terdngar memburu. Aku dapat melihat dengan jelas kemarahanya yang semakin memuncak.
Perlahan mas lujeng berjalan kearah damar.
" Astaga jangan sampai..."
plaaaaak
" Bundaaaaaa! "
Teriak damar saat tangan kekar mas lujeng mendarat dipipiku.
Untung saja aku sigap dan tanggap, jika aku telat sedikit saja mungkin tamparan itu mendarat dipipi anakku yang masih sangat lembut itu.
" Damar kamu masuk kamar nak, cepat bunda mohon kunci kamar kamu dan jangan keluar sebelum bunda datang. Jaga alika jangan biarkan dia turun. " Aku mendorong anakku perlahan agar menjauh dari depan ayahnya.
" Hiks, bunda sakit sekali pasti bun! Ayah jahaaat ayah jahaat! " triak damar sambil berlari kekamarnya.
" Damaaaaar! " Suara mas lujeng terdengar menggelegar didalam rumah. Bahkan mungkin terdengar hingga ketelinga tetangga dekat kami.
" Teriaak mas, teriaaak yang kencang agar anak kamu semakin membenci kamu. Kenapa kamu menampar damar haaah? Tidakkah kamu berfikir bagaima mentalnya nanti, tidakkah kamu takut hatinya terpatri kebencian untuk kamu. Jika kamu tidak merasa melakukannya kenapa kamu marah mas, kenapaa? " Rasa sesak didadaku seakan sudah tak tertahan lagi. Sama halnya dengan damar akupun ingin meluapkan kemarah dan kekecewaan padanya.
" Karinaa begini sikap kamu terhadap suami? itu yang kamu ajarkan pada anak-anakmu untuk membangkang dan melawanku! Kamuuu.. "
" Tampar aku mas tampaar! " triakku saat melihat mas damar hendak mengangkat tanganya lagi. Samar-samar aku mendengar suara bu anik dan Mb wulan yang sedang mentertawakanku. Diam-diam mereka mendengarkan keributan yang ada dirumahku dari jendela samping.
" Jawab dengan jujur ada hubungan apa kamu sama wulan dan dimas mas? " Ahirnya pertanyaan itu keluar juga dari mulutku.
Mas lujeng memijat pelipisnya, mungkin dia pusing dan bingung harus menjawab apa pertanyaanku.
" Jawab maaas! " Aku berteriak karna mas lujeng masih bungkam .
" Mungkin ini sudah waktunya kamu tau, aku juga sudah lelah menyembunyikan semua ini dari kamu. Siapkan hatimu karin karna aku akan mengatakan yang sbenarnya sama kamu! "Mas lujeng duduk dan berkali-kali menarik nafas . Dadaku bergejolak, aku merasa takut dengan kenyataan yang akan aku trima namun aku juga penasaran. Aku membranikan diri untuk duduk disamping suamiku.
" Karina, sudah lama aku menyembunyikan hal besar ini dari kamu dan anak-anak. Wulan adalah istri keduaku dan dimas adalah anak kandungku. "
Seprti dihantam batu besar, dadaku terasa skit dan sesak. Aku seprti terhimpit batu besar,untuk bernafaspun aku merasa sulit dan sakit. Aku berkali-kali menepuk pipiku berharap apa yang aku dengar itu hanyalah mimpi.
" Mas kamu becanda kan? Usia dimas slisih satu tahun dengan damar, apa itu berati kamu menghianatiku sejauh ini? " Aku masih brusha mengontrol emosiku dan menggunakan akal sehatku.
" Iya karin, aku menikahi wulan saat usia damar baru menginjak 8 bulan. " Ucap mas lujeng. Kemudian mengalirlah cerita mas lujeng mengenai pertemuanya dengan wulan hingga mereka menikah dan memiliki dimas. Ternyata kepindahan wulan kerumah sebelahpun atas keinginan mas lujeng karna mas lujeng ingin dekat dengan wulan dan dimas. Selama ini wulan dan dimas tinggal jauh dari kami, masih satu kabupaten namun beda kecamatan. Mas lujeng lelah jika stiap hari harus mondar mandir kesana dan kemari hingga ahirnya ide membli rumah sebelah muncul diotaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Raisa anti
nah kan bener yang kuduga si lujenh ada main sama wulan
2024-10-16
1
Utayiresna🌷
Sudah kudugong rupanya feeling benar hebat 🫶🫶
2024-02-17
1
Utayiresna🌷
bagus Damar teruskan aku mendukungmu, meskipun dia ayahmu, meski orang berkata kita tidak boleh melawan orang tua. tapi ingatlah jangan membela orang yang salah.
2024-02-17
1