bab 4

" Maaf sayang ayah tersedak ini juga udah ati-ati ko. " ucap mas lujeng setelah meminum air yang damar kasih.

" Ayaah ayaah minggu kita jalan-jalan ya yah kan ayah janji mau ajak alika sama kaka damar jalan-jalan. " Rengek si bungsu yang tak pernh lupa saat dijanjikan.

" Jangan hari minggu dong nak ayah ada janji soalnya. " Mas lujeng berusha membujuk alika, mskipun ahirnya alika stuju namun aku melihat kekecewaan dari wajahnya. Stelah acara sarapan pagi mas lujeng pergi dulu karna dia bilang dia ada pertemuan pagi dan tidak bisa mengantar anak-anak.

Damar dan alika semakin kecewa karna mereka harys berangkat dengan jemputan mobil sekolah bukan dengan ayah mereka.

" Buun kenapa sii ayah sekarang jarang ada waktu buat kita? Ayah itu sibuk ngapain si bun? " Celetuk alika yang memang selalu saja ingin tau tentang hal appun.

Memang beberapa bulan trahir mas lujeng slalu sibuk diluaran entah mengapa dia jarang ada waktu dirumah. Dulu memang slalu begitu namun dia selalu menyempatkan untuk anak-anak dan keluarga.

" Naak kerjaan ayah banyak, alika kan anak baik tolong ngrtiin ayah ya nak. Nanti kalau kerjaan ayah udah slesai pasi alika diajak jalan-jalan. Yoo sekarang siap-siap mobil jemputan udah nunggu. " Saat aku dan anak-anak keluar aku melihat mobil mas lujeng dari kejauhan.

Aku semakin heran karna mas lujeng keluar rumah 10 menit yang lalu harusnya mobilnya sudah tak terlihat hingga ujung jalan.

" Damar, alika ayahnya udah pulang yaa? " Entah sejak kapan tiba-tiba bu anik sudah ada disampingku membuyarkan lamunanku.

" Eeh bu anik, iya bu ayahnya anak-anak pulang tadi malem. Dimas udah naik mobil jemputan atau bareng ibunya bu? " tanyaku berbasa-basi.

" Ooh itu dimas berangkat sama ibunya naik mobil. Damar, alika dapat oleh-oleh apa dari ayah? " Kini bu anik mendekati anakku yang tengah memakai sepatunya diteras rumah.

" Gak dapet apa-apa mbah, mungkin ayah lupa. " jawab damar singkat.

" Looh ko bisa lupa yaa, padahal si dimas dapat mobil-mobilan besar. "

" Haaaa, dimas dapat mobil-mobilan dari ayahnya damar mbah? " Spontan damar berdiri dan menanyakan itu dengan suara lantangnya.

" Eng anu itu mar maksud mbah dapat dari ibunya, kan damar tau dimas gak punya ayah kaya damar. " ucap bu anik seketika dia trlihat sangat gugup. Entah mengapa aku merasa gelagatnya sangat aneh.

Alika dan damar langsung naik kemobil jemputan dengan wajah masam. Sudah sangat sering ayahnya tak memiliki waktu untuk sekedar mengantar kesekolah wajar saja jika anak-anak kecewa.

Hari berlaly begitu cepat, senja sudah tiba anak-anak dan suamiku sudag berkumpul dirumah. Selepas makan malam suamiku tak kunjung masuk kamar sperti biasanya.

" Buund ayah ditegor sama pak rt tadi sore. " Ucap suamiku tiba-tiba menghampiriku dikamar.

" Loh memangnya kenapa yah, ayah kapan si ketmu sama pak rt? " Aku menghentikan aktifitasku membaca novel. Aku memang selalu mengisi waktu luangku dengan membaca novel online diponsel. Apa lagi seprti kemarin ditinggal mas lujeng dua minggu. Sebelum tidur aku selalu membaca novel.

" Tadi bun pas ayah pulang papasan dijalan, kata pak rt ayah suruh ikut warga lain ngeronda. Kan ayah selama ini gak pernah ikut ronda. Bunda gapapa ya ayah tinggal sendri, nanti kan menjelang pagi ayah pulang. Gak enak lah bund sampe ditegor sama pak rt. " Mas lujeng bersiap mengenakan pakaian santai namun satu hal yang membuatku heran. Mau berangkat ronda saja mas lujeng wangi banget, namun aku tak mau ambil pusing.

Ahirya aku membiarkan mas lujeng pergi, sbelum pergi mas lujeng sempat mencium bibirku seklilas. Beberapa menit mas lujeng keluar samar-samar aku mendengar tawa dimas. Tumben rumah itu terdengar ramai, biasanya rumah sebelah selalu sepi apa lagi saat malam. Mungkin dimas sedang asik memainkan mainan barunya pikirku.

Tak selang beberapa lama tak terdengar suara appun lagi, saat aku mengintip dari celah jendela kamarku rumah itu sudah gelaap menandakan para penghuninya menuju kealam mimpi.

Tersisa diriku yang sama sekali tak bisa memejamkan mata. Hingga entah berapa lama aku ahirnya bisa tertidur, adzan subuh berkumandang seprti biasa aku sudah bangun dan langsung mandi sbelum aku menunaikan kewajiban sebagai umat muslim.

Aku trkejut saat keluar kamar mandi sudah ada mas lujeng rebahan diatas tempat tidur.

" Looh ayah sudah pulang ? Namun aku agak lain saat melihat wajahnya tak seprti orang yang habis begadang semalaman. Wajah suamiku segar bugar bahkan lebih mirip seprti orang yang baru selesai mandi. Rambutnya sedikit basah dan wangi parfumnya agak lain. Aku semakin heran karna baju yang suamiku kenakan tadi malam berwarna hitam namun pagi ini suamiku pulang dengan baju berwarna navy.

" Udah bun, ayah tadi langsung solat subuh dimushola dekat pos ronda. Bunda solat cepetan solat dulu gih! " Ujar suamiku mengingatkanku.

Aku melangkah namun aku masih bertanya-tanya aku yang salah liat atau memang suamiku sudah berganti pakaian. Tapi dimana dan kapan? Aku tak menemukan baju yang ia pakai semalam dalam tumpukan baju kotor. Lalu kemana baju itu dan iyaa bukanya baju yang suamiku kenakan saat ini hilang.

Beberapa bulan lalu mas lujeng mengatakan jika bajunya yang berwarna navy hilang saat dia ada lembur dikantor.

Otakku memaksaku untuk trus berfikir namun aku mengesampingkan itu dulu karna aku harus segera melaksanakan solat. Selepas solat subuh seprti biasa aku pergi untuk belanja sayuran. Dan lagi aku bertemu dengan mba wulan yang baru saja keluar dari rumah .

" Mba wulan mau ke pak ujang? " sapaku

" Iya bu karin, ayo bareng aja buuu biar ada temen ngbrol dijalan. " Kekeh mba wulan, namun aku sadar ada yang lain dari mba wulan pagi ini.

Mba wulan sudah trlihat cantik dan wangi dengan rambutnya yang basah. Bahkan aroma sampo yang diapakai tercium hingga kerongga hidungku.

" Aneeeh, ko wangi samponya sama kaya wangi sampo mas lujeng. Astaga kenapa aku baru sadar yaa, aku kan gak ada sampo dengan wangi seprti ini. " Gumamku dalam hati, sepanjang jalan aku trus memikirkan hal itu, tak ada obrolan yang trjadi sperti apa yang mba wulan katakan. Kami larut dalam pikiran kami masing-masing.

Sesampainya dipak ujang ternyata disana sudah ramai, seprti biasanya bu imah sudah datang lebih awal.

" Duuuh rukun bener nih bu karin sama bu wulan. Pagi-pagi udah bareng aja kay bestie. " Cleteuk pak ujang dan disusul tawa ibu-ibu lainya.

" Sama tetangga ya harus rukun kali pak, apa lagi mba wulan kan tetangga dekat. " Ucapku sambil memilih sayuran yang trlihat masih sangat segar.

Kali ini aku memilih menu sop ayam dan sambal trasi. Bu Imah diam-diam memprhatikan mba wulan yang pagi ini trlihat sangat segar dan wangi smerbak.

" Duuh kemarin bu karin yang kramas pagi, sekarang bu wulan. Abis celap celup buuu? " goda bu imah sembari mengedipkan salah satu matanya.

" Celap celup emang teh celup. hahaha bu imah bisa aja, mana yang mau nyelup orang bu wulan janda. Bu imah mah kalau becanda suka kebangetan. " Bu Wati yang baru saja datang langsung nimbrung mendengar pembahasan kami. Setiap pagi memang ada saja bahan candaan bu imah. Kami memang hanya berkumpul saat belanja atau saat ada acara kumpul rt saja jadi wajar saat bertemu kami terkadang becanda atau ngbrol ngalor ngidul.

Aku hanya trsenyum saja menanggapi ocehan mereka sementara mb wulan trlihat salah tingkah dan buru-buru pergi tanpa brkomentar appun.

Terpopuler

Comments

Raisa anti

Raisa anti

Bu Imah lemes

2024-10-16

1

Raisa anti

Raisa anti

ngronda disebelah

2024-10-16

1

Utayiresna🌷

Utayiresna🌷

sibuk selingkuh 😌

2024-02-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!