bab 3

Stelah selesai membereskan meja makan q gegas menyusul suamiku yang trnyata sudah menungguku diatas ranjang.

" Bund tidak usah bangunkan anak-anak ayah kangen bunda, kemarilah bun! " Suamiku menepuk bantal disebelahnya. Meskipun aku merasa berat namun demi kewajibanku aku melakukanya.

Kurang lebih empat puluh lima menit kegiatan kami diranjang dan kini suamiku sudah terlelap dialam mimpi. Aku menatap wajahnya yang terlihat begitu damai saat tertidur.

" Yaaah, apa yang kamu sembunyikan mengpa bunda merasa ayah semakin menjauh. " Gumamku lirih, aku yakin suamiku tak mendengarnya karna kini aku mendengar dengkuran halus darinya menandakan betapa lelapnya dia larut dalam alam mimpi.

Adzan subuh berkumandang aku sudah slesai dengan mandi junub dan melakukan kewajiban sebagai umat muslim. Seprti biasa selepas solat subuh aku keluar untuk membli sayur diujung jalan karna pedangan sayur didaerah kami tidak berjualan berkeliling menjajakan daganganya melainkan memilih mangkal diujung jalan yang kebetulan ramai karna disana memang tempat para pedagan berjualan. Tempat itu lebih mirip seprti pasar kecil karna ada banyak penjual yang menjajakan daganganya disana.

Dari mulai penjual nasi rames, sayur-sayuran dan aneka makanan lainya.

" Eeeh bu Karin mau belanja bu? " Tanya Mb wulan yang entah sejak kapan berada dibelakangku.

" Eh ada mba wulan, iya nih mb mau belanja. Mba wulan kapan pulang kemarin kata bu Anik ibu lagi tugas keluar. " Aku melihat wajah mba wulan yang sudah terlihat cantik dan fresh dipagi hari, apa lagi mba wulan memang trbiasa mengenakan make up mskipun dia ada dirumah.

Berbeda sekali denganku yang hanya memakai make up saat ada acara kondngan atau bepergian jauh saja. Ya namanya juga ibu rumah tangga, stiap hari berkuat dengan cucian dan asap dapur. Jadi menurutku lebih nyaman tanpa make up dan tampil apa adanya seprti kebanyakan ibu rumah tangga yang lain.

" Tengah malam tadi bu kirana. " Ujar mba wulan sambil berjalan mensejajarkan dirinya denganku yang awalnya berjalan didepanya.

" Tengah malam? Berati sama dong seprti ayahnya damar,beliau juga pulang tengah malam tadi. " Sesaat aku berfikir jauh dengan jawaban mba wulan, mengpa aku merasa kebtulan itu sangat-sangat menganggu nalarku.

" Oooh nggak bu wulan, pak lujeng lebih dulu. Saat saya turun dari taxi mobil pak lujeng sudah ada dihalaman rumah ibu dan rumah ibu sudah gelap. Malah saya fikir pak lujeng sudah pulang sejak siang. " Entah mengapa aku merasa lega dengan jawaban mba wulan.

" Ooh begitu. " Tak terasa kami sudah sampai dipejual sayur, aku mengambil ayam dan bebrapa ikat sayuran karna aku ingin membuat urap dan juga ayam goreng makanan favorit suamiku.

" Eeh mba wulan sama bu kirana kompak bener menu masakanya, sama-sama mau bikin urap dan ayam goreng niih! " Seru pak ujang penjual sayur saat kami tak sengaja memasukan belanjaan kami kekantung plastik.

" Suami saya suka urap dan ayam goreng. " Tanpa sadar kami megatakan kalimat yang sama sontak semua pasang mata menatap kami. Ah tidak lebih tepatnya menatap mba wulan yang memang berstatus janda.

" Naah kan kompak lagi, jangan-jangan suaminya orang yang sama. " Kekeh pak ujang, mungkin niatnya becanda namun entah mengapa aku merasa sakit mendengarnya.

" Eng, anu maksud saya almarhum suami saya suka sama ayam goreng dan urab. Hari ini entah mengapa saya ingi masak makanan kesukaan suami saya. Bu karina, pak lujeng suka urap sayur sama ayam goreng juga? "

" I-iyaa mba wulan,ayahnya anak-anak suka makan urap sayur dan ayam goreng. " aku berusha tersenyum meskipun hatiku merasa tidak terima. Padahal sudah jelas mba wulan mengatakan almarhum suaminya suka urap sayur dan ayam goreng.

" Idiiih saya baru sadar nih bu wulan rupanya udah kramas aja ni subuh-subuh. Eheeem pak lujeng kapan nyampe buu? " Celetuk bu imah yang terkenal suka keppo dan julid.

Aku dibuat malu dengan pertanyaan bu imah karna saat ini ibu-ibu yang lain bahkan tersenyum nakal menggodaku.

" Ya emang kalau keramas pagi mesti banget gitu malemnya abis tempur. Bisa aja kan bu karin kegerahan pas subuh jadi kramas, ya gak bu karin? " tanya mba wulan, entah mengapa aku merasa mba wulan sedikit keras nada bicaranya saat mengatakan itu .

" Astagaa kenapa aku trus saja berfikir buruk tentang mba wulan, sadar karin sadar kamu sudah berburuk sangka terhadap orang lain. Ucapan adalah doa, Na'uzubillah. " aku begumam dalam hati sambil bergidik. Membayangkanya saja membuatku takut.

Aku percaya suamiku adalah orang yang setia dan jujur. Lagipula mba wulan adalah tetangga baru kami bahkan mas lujeng dan mba wulan baru beberapa kali saja bertemu.

" Eeeh bu wulan malah bengong, ini mah jelas pasti semalem abis nganu, tuuh buktinya bu karin malah ngelamun. Pasti lagi keinget sama olahraga malem bareng pak lujeng. Iya kan bu karin? hahahaaaa "

Sontak semua ibu-ibu yang ada disitu tertawa mendengar apa yang bu imah katakan.

" Pak ujang ini uangnya trimakasih, ibu-ibu mari saya duluan. " Mba wulan terlihat tidak nyaman mendengar para ibu membahas tentang kegiatan ranjang, ah mungkin karna dia seorang janda.

" Bu wulan buru-buru amat ini bu karinya ditinggalin niih! " goda pak udin namun mba wulan mengabaikan itu.

Tak selang bebrapa lama akupun membayar belanjaanku dan pulang karna aku tak mau terlambat masak sarapan untuk suami dan anak-anakku.

Sepanjang perjalanan aku trus tringat ucapan mba wulan yang mengatakan suaminya suka urap dan ayam goreng. Entah kenapa sejak kemarin banyak sekali kebetulan -kebetulan yang membuatku berfikir dengan keras.

Sesampainya dirumah aku langsung mengolah bahan masakan yang aku beli di pak ujang. Tak butuh waktu lama untuk aku menyajikanya dimeja makan. Dimeja makan suami dan anak-anakku sudah menunggu aku menyajikan sarapanya.

" Waah bunda masak makanan kesukaan ayah niih! " ujar mas lujeng saat aku mengambilkan sepiring nasi beserta lauknya.

" Iyaa yah kan ayah 2 hari gak dirumah ayah pasti kangen masakn bunda kan? " ucapku sembari menyodorkan piring yang sudah trisi.

Sementara anak-anakku menunggu giliran untuk aku ambilkan lauk. Anak-anak hanya makan ayam goreng karna mereka memang tidak suka sayur.

Seprti biasa suamiku memuji masakanku saat suapan pertama. Seketika aku jadi teringat tentang mba wulan yang kebetulan masak menu yang sama.

" Oh ya yah tadi mba wulan juga belanja bahan yang sama, kata mba wulan suaminya suka sama urap dan ayam goreng. "

" Uhuuuk uhuuuuk, a-air mar uhuuuuk uhuuuk "

Mas lujeng sampai tersedak saat aku mengatakan tentang kesamaan makanan kesukaan suaminya mba wulan.

" Ayah pelan-pelan dong yaaah! " Celetuk damar sambil menyodorkan sgelas air untuk ayahnya.

Seketika aku trdiam, aku merasa sikap mas lujeng ada yang aneh.

Terpopuler

Comments

Raisa anti

Raisa anti

mencurigakan nih suaminya

2024-10-16

1

Raisa anti

Raisa anti

atau memang sama😱😱😱

2024-10-16

1

selingkuh didepan mata

2024-02-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!