Stelah kepergian kinasih karin mengunci diri dalam kamar. Karin menerima pemberian kinasih dan memberikan itu untuk anak-anaknya. Namun karin sendri tak bisa makan sama sekali. Rasa malu, sakit hati dan kecewanya membuat dia ingin sendiri.
" Aku gak sanggup kalau harus hidup seprti ini. Aku harus pergi dan bawa anak-anak pergi dari rumah ini secepatnya. Yaa malam ini juga aku harus pergi dan bawa anak-anak pergi. Aku gak bisa melihat anakkku stiap hari harus menyaksikan keributan, berebut makanan dan tempat tinggal. Aku bisa aku pasti bisa." Ucap karin kemduian karin teringat akan satu hal.
Karin membuka tasnya yang belum sempat ia bongkar, didalam tasnya karin mengambil kotak bludru kecil berwarna biru. Karin bersyukur karna karin tak melupakan milikinya.
" Yaa aku bisa menjual ini dan mencari rumah untuk aku tinggal bersama anak-anak. Sisanya bisa aku pakai buat buka usha kecil-kecilan atau kebutuhan sehari-hari. " ucap karin sembari memasukan kotak tersebut dalam tasnya kembali.
Karin membuka pintu dan memanggil anak-anaknya yang sedang belajar dihalaman belakang.
" Damar, alika kemari nak! " panggil karin pada dua anaknya.
" Looh bunda mau kemana bun? " tanya alika yang melihat ibunya sudah rapih dengan tas ditanganya.
" Sayang kamu jaga adek jangan kemana-mana sebelum bunda pulang. Sekarang damar sama alika masuk kamar ya nak, kunci dari dalam nanti bund beliin kalian eskrim. " ucap karin sembari menuntun kedua anaknya masuk kedalam kamar.
" Bund sebenarnya bunda mau kemana bun? " tanya damar penasaran.
" Damar pengin kita punya rumah sendiri tanpa dimas bu wulan dan mbah anik kan? " bisik karin lirih pada damar.
Damar hanya mengangguk tanpa mengatakan apapun.
" Naah cari rumah harus pake uang, bunda mau cari uangnya dulu. Damar kemasi pakean damar lagi kedalam tas dan bantu adek juga. Pastikan jangan ada satu barang pun yang tertinggal. Inget pesan bunda kunci pintu jangan keluar sbelum bunda pulang ya nak!" ucap karin dan damar tersenyum saat mendengar ucapan ibunya.
" Anak baik, bunda pergi dulu. Ingat pesan bunda ya, jagain adek. Cup cup, alika bunda pergi dulu nurut sama kaka. " Stelah mengatakan itu karin pergi dari pintu belakang karna didepan ada wulan dan lujeng yang sedang duduk santai sembari menikmati secangkir teh hangat.
Karin berjalan dengan cepat, dia bingung harus pergi kemana tapi yang jelas dia harus mencari seseorang yang mau membeli perhiasannya dan mencari bantuan agar nanti malam dia bisa keluar dengan cepat dari kampung tersebut.
" Buuu, bu karin mau kemana ko buru-buru banget ini hampir malam bu? " Dan lagi tiba-tiba karin dipertemukan dengan kinasih yang entah dari mana datangnya.
" Astaga ibu, lagi-lagi ketemu ibu. Bu apa bisa saya minta bantuan ibu sekali lagi bu? " ucap karin dengan hati-hati. Sebenarnya karin merasa tak enak hati namun karin tak tau harus meminta tolong pada siapa lagi selain kinasih karna hanya dia dan bu kokom yang baru saja dia kenal.
" Apa yang bisa saya bantu bu? Jikalau bisa pasti akan saya usahakan bu, katakan saja bu. Oh ya maaf untuk tadi siang ya bu saya tidak tau dan saya tidak ada maksud untuk. " Ucap bu kinasih merasa tidak enak dengan kejadian tadi saat dia mengantar sop untuk karin.
" Sudah-sudah bu saya tidak apa-apa bu, begini saya mau jual perhiasan ini ada surat-suratnya tapi saya tidak mungkin jual ditoko karena ini sudah hampir maghrib, apa ibu tau mungkin ada orang yang kiranya bisa membantu saya membayar ini? " Ucap karin sembari mengeluarkan kotak bludru miliknya.
" Sebentar bu saya inget-inget dulu. " Kemudian kinasih terlihat seprti orang yang sedang berfikir dan dia membuka ponselnya, kinasih bahkan mengetik pesan entah untuk siapa. Tak lama kinasih tersenyum kearah karin. Karin merasa sedikit ada harapan.
" Ada bu, mari saya antar saya udah telfon orangnya dia bersedia membayar perhiasan ibu. " Ucap kinasih sembari meminta karin mengikutinya.
" Allhamdulillah terimakasih bu. " ucap karin.
Dirumahnya damar dan alika benar-benar menuruti permintaan karin untuk tidak membuka pintu.
Sementara lujeng dan wulan kini baru saja masuk rumah, namun wulan merasa jika rumahnya sedikit sepi. Dia tak melihat anak-anak karin ada diluar begitu juga dengan karin.
Hanya terlihat dimas dan anika yang tengah duduk didepan televisi.
" Dimas besok kita cari sekolah buat kamu ya nak! " Ucap wulan.
Dimas yang sedang fokus menonton tv hanya mengangguk tanpa menjawab. Bahkan dimas tak melihat kearah ibunya.
" Dimas kalau diajak bicara tuh liatin lawan bicara kamu nak! Jangan begitu nda sopan! " Ucap anik.
" Mbah diem mbah, jangan ikut campur mamah aja gak masalah ko! " Ucap dimas kemudian menghentakan kakinya sembari berjalan kekamarnya.
Jbreeed deeeer
Terdengar suara pintu dibanting dari kamar dimas.
Anik hanya menghela nafas mendapati tingkah cucunya sementara lujeng menegur wulan sebagai ibunya.
" Mah nasehati anak kamu agar bisa sopan sama orangtua, liat si damar mana pernah dia seprti itu. " Ucap lujeng yang ternyata membuat wulan meradang.
" Oooh begitu mas, kamu mulai membandingkan anak kita dengan anak karin. Aku gak suka ya mas dibanding-bandingkan begitu. Damar dan dimas jauh mas jauuuh! " ucap wulan kemudian wulan masuk kekamarnya dan membanting pintu dengan keras.
Lujeng memijat pelipisnya yang berdenyut dengan sikap anak dan istrinya yang ternyata sama saja.
" Bu, mana karin dan anak-anak ko sepi?
" Loh iya ibu dari tadi gada liat mereka. Coba kamu cek dikamarnya nak! " Ucap anik pada lujeng.
" Oh ya bu terimakasih, coba lujeng kebelakang. " Ucap lujeng kemudian pergi kebelakang. Kekamar istri dan anaknya.
Tok tok tok
" Bunda, alika, damar ini ayah apa kalian didalam? "Teriak lujeng sembari mengetuk pintu kamar itu.
" Iya yah alika sama damar didalam, maaf damar gak bisa buka pintu. " teriak damar dari dalam kamarnya.
" Loh memangnya kenapa nak? Ayah dobrak yaa? " ucap lujeng.
" Gak usah ayah, maksud damar bukan itu. Damar dan alika gak bisa buka pintu sebelum bunda pulang. " Kata damar.
" Emangnya bunda kemana nak? Kan ini ayah gapapa kalau dibuka sayang! " Ucap lujeng.
" Maaf ayah kami sudah jani sama bunda dan janji gak boleh diingkari. " Teriak damar stelah itu damar dan alika tak lagi berniat menyahut lujeng.
Deg
Tanpa sengaja lujeng tersindir mendengar ucapan putranya.
" Karin kemana sii, ini hampir maghrib dia masih keluyuran dan gak izin sama aku pas pergi! Dasar mulai jadi pembangkang rupanya si karin! " Gerutu lujeng dan lujeng melihat pintu belakang yang sedikit terbuka.
" Ooh lewat sini kamu rupanya karin, awas kamu nanti kalau pulang! " Gumam lujeng sembari mengambil kursi dan duduk tepat ditengah-tengah pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Raisa anti
buat apa izin sama suami kaya kamu
2024-10-22
1
Raisa anti
persis sama indouknya
2024-10-22
1
Raisa anti
bagus karin
2024-10-22
1