20

Sila menunjuk pada informasi orangtua Rachmi. "Nama dan tanggal lahir mungkin bisa sama, tapi gak mungkin nama orangtua mereka bisa sama juga, kan?"

Andre ikut memperhatikan detail tersebut dan tertawa senang, "Nanti gue traktir lo. Tumben cerdas," puji Andre sembari menjitak pelan dahi Sila yang menyebabkan keributan kecil.

"Ada temuan baru, Ndre?"

Sebuah suara menginterupsi keduanya. Galang tampak memasuki ruangan dengan cepat.

"yups, seratus buat lo. Sekarang kita udah nemu arah penyelidikan selanjutnya," jawab Andre girang.

Setelah itu Andre menceritakan semuanya. Termasuk identitas Rachmi yang mencurigakan. Dan juga sebuah amplop hasil paternitas.

"Selidiki lebih lanjut tentang identitas Rachmi ini. Gue curiga dia memalsukan identitas," tegas Galang kepada Andre, "Dan jelaskan apa ini?" ujarnya sembari membuka lembaran kertas tersebut.

Andre mulai menjelaskan poin-poin pentingnya, "Kalo ini tes DNA Liona dan Dery. Hasilnya jelas menunjukkan mereka memiliki hubungan kekeluargaan. Itu wajar karena Dery adalah paman kandungnya, kan. Tapi anehnya, hasil tes Rachmi juga menunjukkan bahwa dia memiliki hubungan kekerabatan dengan Dery. Sebelumnya aku memutuskan untuk mengambil sampel DNA Rachmi dan Dery mengingat beberapa poin kecurigaan kita sebelumnya. Dan ternyata hasilnya seperti ini."

Galang tampak mengernyitkan kening, "Jadi maksudmu Rachmi memiliki hubungan darah dengan Liona dan pak Dery?"

Andre tampak mengangguk namun ragu, "Jika berdasarkan hasil tes memang seperti itu, Sih. Tapi yang bikin gue ragu, sebelumnya gue udah selidiki latar belakang dan silsilah Rachmi, dan gak mungkin dia punya hubungan seperti itu dengan pak Dery. Kecuali ..."

"Kecuali apa?"

"Kecuali emang betul kalau Rachmi yang aku selidiki ini bukan Rachmi yang kita curigai. Dengan kata lain, mungkin aja dia pake identitas orang lain."

"Oke, lo selidiki ke arah ini. Gue juga bakal cari petunjuk lain." Setelah berdiskusi sebentar, Galang segera pergi menuju ke rumah sakit lagi.

Suasana sore hari ini sedikit mendung, burung-burung bergerombol terbang entah menuju kemana. Di sepanjang koridor tampak beberapa perawat berlalu lalang. Galang menatap dari balik kaca pintu seorang perempuan yang terbaring tenang di atas brankar dengan alat-alat pendukung kehidupannya. Tidak ada pergerakan sediktipun, hanya suara berisik dari monitor di sebelah Liona yang menandakan bahwa sang empunya masih bernafas.

Sudah lima hari ini belum ada perkembangan yang berarti. Wajah pucat Liona tampak tenang, namun ada perasaan misterius di dalamnya. Entah berapa banyak kesakitan yang dia pendam selama ini.

Galang telah menerima telepon dari Andre beberapa menit lalu, dan kini mereka tengah membicarakan hal serius. Andre menyodorkan beberapa file dan kertas.

"Asumsi kita kemarin betul. Ternyata Rachmi Ayudia itu memang bukan orang yang kita cari. Orang itu entah kenapa menghilang seperti ditelan bumi. Setelah itu mungkin Rachmi palsu ini memakai identitas Rachmi Ayudia."

Galang mengangguk-angguk, "Gimana kemajuan pencarian Rachmi?"

Andre tampak menggeleng heran, "Nihil. Gak ada jejaknya sedikitpun. Bahkan tim penyelidik dan SAR sudah mencari di hulu dan hilir sungai. Aneh banget. Logikanya kalo memang Rachmi jatuh bareng Liona, dia juga bakal mengalami luka parah. Dan dari informasi yang gue dapat dari beberapa informan, gak ada pasien dengan ciri-ciri kayak gitu di beberapa rumah sakit sekitar sini. tsk... tsk ... semakin misterius aja."

"Gue punya sesuatu yang bisa jadi informasi baru buat kita. Tapi gue butuh bantuan lo buat verifikasi hal ini," ujar Andre lagi.

"Apa itu?"

"Lo harus temui pak Dery dan tanyain ke dia tentang Widia."

"Widia? Siapa itu?"

"Istri siri pak Deni, almarhum ayah Liona. Dan tanya juga dimana Widia dan anaknya sekarang."

"Lo curiga Rachmi adalah anak simpanan almarhum pak Deny?"

Andre tampak mengagguk mantap. "Karena secara logika, cuma itu yang bisa terfikirkan di otak gue."

Galang pun memohon kunjungan untuk pak Dery. Setelah bujuk membujuk dengan salah satu kenalan Galang di sana, akhirnya ia bisa menemui pak Dery. Perawakannya tampak semakin tak terawat. jenggot dan kumisnya yang panjang tidak dipotong. Kantung matanya melengkapi raut wajahnya yang kuyu. Berat badannya pun tampak turun drastis.

"Halo. Apa kabar, Pak Dery," Sapa Galamg dengan formal.

Namun yang di sapa hanya duduk diam dan menatap kosong pada Galang. Tangannya memilin-milin jarinya sendiri. Punggungnya sedikit bungkuk menyiratkan beban berat yang di tanggungnya.

Galang mencoba membuka percakapan lagi, "Saya butuh bantuan anda, Pak. Bisakah?"

Lagi-lagi Pak Dery hanya diam termenung dengan tatapan kosong. Galang menghela nafas kasar. Waktu kunjungannya tidak banyak, dan ia tidak ingin menyia-nyiakan waktu dengan keheningan ini.

"Liona sedang dirawat di rumah sakit."

Satu kalimat itu spontan memancing respon Pak Dery. Matanya tampak melotot terkejut dan tangannya mengepal erat.

"apa katamu?" ujar pak Dery dengan suaranya yang terdengar serak dan berat.

"Liona mengalami kecelakaan ... " ujar Galang sengaja berhenti untuk melihat respon pak Dery. Pak Dery tampak terkejut dan panik mendengar hal ini, dan Galang melanjutkan, "Liona mengalami kecelakaan bersama Rachmi."

Kalimat terakhir seperti membangunkan pak Dery dari keheningan mencekam tadi. Tangannya mengepal sangat keras hingga nampak urat-urat biru.

"Maka dari itu saya butuh bantuan anda untuk mencari keadilan bagi anda dan juga Liona. Apa anda tidak ingin tahu pelaku sebenarnya dibalik masalah ini?" jelas Galang memancing reaksi pak Dery.

"AKU PELAKUNYA."

"Apa benar? Anda yakin bahwa anda yang membuat akun teror itu? dan apakah anda juga yang mengambil foto-foto yang diposting itu? Apa anda memiliki kemampuan itu, Pak? Disini saya bukan tidak mengakui bahwa anda adalah pelakunya, tapi bisa jadi kan bahwa ada orang lain dibaliknya selain anda. Misalnya saja ..., Rachmi? atau harus saya sebut sebagai ... anak simpanan pak Deni?"

"Darimana kamu tahu hal ini? dari mana? omong kosong."

"kenapa anda tampak panik? apakah yang saya katakan benar adanya?" pancing Galang.

"Tidak. Itu tidak benar. Tidak ..."

Galang memandang tajam kepada pak Dery, "Tidak perlu berkelit lagi. saya hanya ingin menanyakan, Dimana Widia dan putrinya sekarang? Anda tahu sesuatu, bukan?"

"Seharusnya tidak seperti ini. mengapa semua seperti ini. mengapa?" Pak Dery tampak gusar. Tangannya tremor dan kepalanya menggeleng terus menerus.

"Apakah anda membenci Liona?"

"Tidak ... tidak ... TIDAAKK,"

Kondisi pak Dery tampak memburuk, kondisi psikologisnya juga sedang kurang baik. Jadi Galang terpaksa pergi tanpa bertanya lebih lanjut.

"huh s*al, padahal sedikit lagi dia akan mengungkapkan semuanya. " Galang tampak mengumpat sembari bergegas menuju ruang rawat Liona. Namun di belokan koridor ruang Liona, Galang terhenti melihat sesosok pria tengah mengawasi Liona dari balik pintu.

"Mike?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!