Sosok yang sedang sibuk di dapur dengan dentingan antara sendok dan gelas yang beradu tampak berantakan dengan raut wajah datar. Perlahan ia membawa dua cangkir kopi dan meletakkannya di atas meja.
"Minum!" suruh laki-laki jangkung berambut blonde itu kepada pria paruh baya yang terbaring di sofa dengan tangan terikat di depan.
Pria paruh baya yang tidak lain adalah pak Dery itu hanya diam dan menatap dalam pada Mike, tatapannya seakan mampu menembus jantung Mike.
"Jangan salahkan aku berbuat seperti ini kepada anda, Pak. Anda yang memaksa saya berbuat seperti ini," ujar Mike setelah menyadari tatapan pak Dery.
Suasana siang hari tampak temaram dalam ruangan itu. Ruangan yang sangat minim pencahayaan. Cahaya hanya tampak sedikit dari sebuah jendela yang tertutup gorden tipis. Pak Dery tidak berusaha menyia-nyiakan suaranya untuk berteriak meminta bantuan, karena ia tahu rumah ini cukup terpencil dari rumah penduduk lain.
"Sudah puas kamu? Menyakiti anak saya. Bahkan menahan saya disini. Saya menyesal dahulu merestui kamu bertunangan dengan anak saya."
Mike duduk sembari menyesap sebatang rokok dengan kasar. Ia terlihat sangat frustasi. Tampak dari tumpukan puntung rokok di asbaknya.
"Jangan berlagak bodoh. Anda juga bukan orang yang sama sekali tidak bersalah disini!" Mike tertawa sinis.
"Kamu ... kamu ... jangan melewati batas. Brengsek!" Pak Dery masih berusaha menahan amarah hingga wajahnya merah padam.
"Bagaimana jika putrimu tercinta tahu ayahnya sedang bersama pria breng**k ini? Bagaimana reaksinya?"
"Hadapi saya jika kamu pria sejati. Jangan libatkan perempuan di dalamnya!" Pak Dery mulai gusar.
"Terlambat." Mike menelepon Liona menggunakan ponsel pak Dery.
"Liona telah memblokir kontakku. Jadi ... bagaimana kira-kira reaksinya ketika seorang Mike meneleponnya menggunakan ponsel sang ayah tercinta? Pasti akan sangat menyenangkan, bukan?" Mike tertawa seperti orang yang tidak waras.
Pak Dery mulai berontak. Ia mulai meneriaki Mike. "Berhenti disana. Kamu sudah benar-benar kehilangan akal."
"Setelah melakukan panggilan telepon ini, mari kita mulai membahas hal-hal busuk yang telah anda lakukan, Pak."
Di tempat lain, Liona sedang berada di dalam mobil bersama Galang saat dering panggilan di ponselnya berbunyi. Liona menoleh ke Galang dan mengangguk. Ia mengaktifkan fitur perekam panggilan setelah mengangkatnya.
"Halo, Ayah?" tanya Liona perlahan.
"Lama tidak bertemu, Liona." Terdengar suara laki-laki muda dari ujung telepon.
"MIKE!"
"Ternyata kamu masih mengenali suaraku."
"Dimana ayahku. Katakan dimana ayahku! Kamu benar-benar sudah melakukan tindakan kriminal. Kamu tidak takut polisi menangkapmu, Mike."
"Jangan pernah melapor ke polisi atau ayahmu juga akan terseret dan membusuk di dalam sel penjara," ancam Mike.
"Apa maksudmu? Jangan mempermainkan aku!" Liona merasa tidak nyaman dengan ancaman Mike.
"Apakah ayahmu tidak pernah bercerita bahwa ...."
Tubuh Liona mematung mendengar kalimat yang diucapkan Mike di seberang telepon.
"Ap-apa kau sudah benar-benar gila? Berhenti bicara omong kosong!" Liona tidak percaya dengan apa yang didengarnya. "Berhenti menyeret orang lain ke dalam masalah yang kamu ciptakan sendiri, Mike!"
"Bagaimana ya? Tapi aku sudah menemukan bukti konkrit tentang masalah ini. Jika kamu berani memanggil polisi, bersiap untuk melihat ayahmu mendekam dalam penjara yang dingin bersamaku."
"A-apa yang kau k-katakan tidak benar, bukan. Dulu kamu memang bisa menipuku, tapi tidak untuk sekarang! Jangan berani-beraninya kamu melakukan hal buruk pada ayahku!"
"Tenang, Sayang. Aku meneleponmu untuk berbagi fakta yang sudah kutemukan. Coba tebak."
Mike menghidupkan speaker ponselnya dan meletakkannya di atas meja depan pak Dery. Mike mulai tersenyum aneh.
"Mari kita bicarakan perlahan. Mulai dari mana dulu, ya?"
"Jangan melewati batas, Mike!" teriak pak Dery. "Liona ... Nak, jangan dengarkan semua kebohongan laki-laki ini. Ingat nak dia adalah orang jahat yang menyakitimu dan aku."
Mike tertawa keras. Lalu mencondongkan badannya ke depan pak Dery. "Anda terlalu melebih-lebihkan, Pak. Baiklah mari kita mulai bahas tentang akun fake yang anda buat. Dulu saya bertanya-tanya siapa yang menyebarkan kekacauan ini. Determinate Flowers, DF100 ... darimana anda terinspirasi menamakannya begitu?"
" Berhenti. Jangan mengucapkan kebohongan lagi. Kami sudah muak dan tidak percaya lagi padamu. Lepaskan ayahku!" Suara teriakan Liona menggema dari speaker ponsel dalam ruangan persegi minimalis itu.
"Bodoh. Aku sudah membayar mahal seorang profesional untuk melacak akun itu berasal. Dan apa yang dia temukan? Dia menemukan bahwa koordinatnya adalah rumah kalian. Liona sayang, siapa lagi yang bisa melakukan ini kecuali ayahmu tercinta yang duduk di depan komputer setiap harinya," jelas Mike sembari mengetuk permukaan meja dengan ujung telunjuknya.
"Jangan melewati batas, Mike. Kamu tidak punya bukti kuat bahwa itu adalah ayahku. Jangan mencoba untuk membodohi kami lagi. Dibandingkan dirimu, aku lebih percaya pada ayahku!" seru Liona menggebu-gebu.
"Jika bukan ayahmu, memangnya siapa lagi? Hanya kamu dan ayahmu yang menempati rumah itu. Ataukah itu kamu, Sayang?"
"Berhenti mengatakan omong kosong, Mike. B-bagaimana mungkin aku begitu terkejut melihat setiap postingannya jika memang aku pelakunya!"
"Itu dia. Jadi aya-"
"Tapi bukan berarti ayahku adalah pelakunya! Lepaskan ayahku, Mike," sela Liona.
Liona menoleh ke arah Galang yang sudah menepikan mobil mereka.
"Apa yang harus kita lakukan, kak?" tanya Liona dengan gerakan mulut tanpa suara.
Galang mendekat pada Liona untuk membisikkan sesuatu. "Apakah ada kemungkinan untuk dia melukai ayahmu?"
Liona menggeleng lalu menutup mikrofon ponselnya dan menjawab pelan, "Aku tidak tahu. Tapi Mike bukan tipe temperamental. Namun aku ragu jika dia telah dikuasai amarahnya, kak."
"Apa yang kamu rencanakan, Liona sayang. Mengapa kamu diam. Apakah saat ini kamu sedang bersama orang lain?" Suara Mike menyela pembicaraan Liona dan Galang.
"Apa lagi yang harus kukatakan, hah? Jika aku mengatakan padamu untuk melepaskan ayahku, apakah kamu akan melakukannya? Tidak, kan."
"Kamu begitu membela ayahmu, ya? Sayang sekali. Kamu di bod*hi olehnya." Mike mengambil ponselnya dan mengambil sebuah potret pak Dery yang kini tidak dapat bersuara lagi karena Mike menutup mulutnya dengan lakban. Kemudian ia mengirimkan potret itu kepada Liona.
"Jangan fitnah ayahku. Dan aku bukan orang bodoh yang percaya dengan semua kebohongan yang kamu buat, Mike. Jika kamu berani ... berani menyakiti ayahmu seujung jari saja, maka ... maka ...."
"Maka apa, Liona? Kamu pikir aku tipe orang yang menyakiti orang dengan membabi buta? Aku hanya ingin berbagi cerita saja disini."
"Ya. Kamu orang g*la, Mike. Dimana ada orang normal yang berani menculik sese-"
Galang menghentikan kalimat Liona dan berbisik, "Jangan memprovokasinya. Kita tidak tahu kondisi di sana."
Liona mengepalkan tangannya dan menghela nafas berat.
"Apakah kamu siap mendengar fakta selanjutnya, Sayang?" tanya Mike yang sedang duduk santai sembari melihat pak Dery yang mulai berontak.
"Selain akun misterius yang dibuat ayahmu, tahukah kamu bahwa ...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments