3

Apakah kau menemukan sesuatu yang kau cari, Sayang?

Tangan Liona gemetar dan berulang kali membaca DM instagram dari akun yang sempat di anggap iseng itu. Jari-jarinya tergenggam erat manakala mengklik sebuah postingan terbaru darinya.

“Mike ... gak, gak mungkin ... ini gak mungkin. Perbuatan iseng siapa ini? Ayolah berhenti bermain-main.” Liona terus bergumam tidak jelas. Ia sendiri bingung harus bagaimana.

Drrttttt ... Drrrttt ....

Ponsel Liona bergetar dan terpampang nama Mike di layarnya. Namun Liona hanya bergeming. Panggilan telfon terus berbunyi memecah kesunyian. Bukannya segera mengangkat, Liona malah mematikan volume dering ponsel pintarnya. Ia terduduk di sisi ranjang tempat tidur. Potret dalam postingan itu masih tergambar jelas di benaknya. Sosok Mike yang sangat dikenalnya sedang menggendong seorang perempuan sambil berciuman mesra. Segala rencana masa depan yang telah ia susun perlahan hancur berantakan. Liona mengusap air mata yang entah sejak kapan mulai mengalir deras.

Tok ... tok ....

Terdengar ketukan dari luar pintu kamar Liona. Ia bergegas merapikan pakaian dan mengusap matanya yang sembab.

"Apa yang terjadi, Nak?" tanya pak Dery dari luar pintu yang masih terkunci.

Saat itu juga Liona tak mampu lagi menahan air mata yang semakin menggenang di pelupuk matanya. Terlebih suara sang ayah yang terdengar khawatir membuat dadanya terasa sesak.

Karena tidak ada ada jawaban. Pak Dery mengulangi ketukan di pintu.

"Nak, kamu baik-baik saja?"

"I-iya. Aku gak papa, Yah. Tadi a-ada kecoa di kamar yang bikin kaget," jawab Liona setelah beberapa saat.

"Buka dulu pintunya, Nak."

"Nanti ya, Yah. Lio sedang ganti baju sama nyiapin alat make up." Liona berbohong. Ia hanya tidak ingin ayahnya melihat keadaan yang kacau ini.

"Kamu ada job hari ini, Nak? Ya udah kamu siap-siap dulu. Ayah di ruang kerja ya. Jangan lupa pamit sebelum berangkat," ujar sang Ayah.

Liona menatap layar ponsel yang tadi diabaikannya. Ada 25 panggilan tak terjawab. Sederet chat masuk dari nomor yang sama yaitu Mike. Jari-jari Liona mengetikkan sebuah balasan.

'Jangan ke rumah, aku sedang di luar. Ayo ketemu di taman Anggrek.'

Setelah mengirimkan balasan, Liona segera pergi dengan peralatan lengkap MUA agar sang ayah tidak curiga.

Suasana sore hari ini terasa damai. Kendaraan lalu lalang tak merusak kesegaran di taman Anggrek yang ditumbuhi banyak pohon. Namun ada suasana suram di sudut taman saat ini.

"Aku bisa jelasin ... foto itu gak seperti yang kamu pikirkan, Sayang!" jelas Mike.

Liona menarik napas dalam-dalam. Mencoba mengontrol emosi yang kian membuncah.

"Oke ... jelasin sekarang!" suruh Liona.

"I-itu foto lama. Iya itu foto lama," jelas Mike gugup.

"Foto lama?" Liona menghela napas berat. "Kamu gak nyangkal bahwa kamu memang orang di foto itu."

"A-aku .... " Mike terdiam.

"Mike, aku gak sebodoh yang kamu kira." Liona menatap Mike dalam. "Kamu kira aku percaya itu foto lama. Mike, Ayolah. Bahkan saat pertama kali kita ketemu, kamu masih seseorang yang belum bisa berbahasa Indonesia dengan lancar. Jadi kapan foto itu diambil? Setelah kita menjalin hubungan? Itu sama aja kamu mengkhianati aku."

"Aku gak selingkuh," tegas Mike.

"STOP ... jam yang kamu pakai di foto itu ... dari aku, kan? Cincin yang kamu pakai juga ...." Liona mengangkat tangan kanannya yang terpasang sebuah cincin. "Cincin tunangan kita. Brengsek ... apa kamu tidak merasa canggung saat berkencan dengan perempuan lain mengenakan cincin itu?"

"A-aku gak bisa jelasin semuanya sekarang. T-tapi aku janji bakal jelasin semuanya perlahan, ya?" bujuk Mike.

"Aku sudah memberimu kesempatan dan kamu tidak mau menjelaskannya, Mike?"

"Aku tau ... aku tau. tapi ini bukan waktu yang te-"

"STOP ... seandainya kita gak ketemu, Mike. Aku gak akan jatuh cinta sedalam ini. Apalagi yang kamu sembunyiin dari balik sikap manis kamu selama ini. Aku ... Aku salah apa denganmu?" potong Liona.

"Sayang ... Say-"

"Sejak kapan?" sela Liona.

"Sayang kamu gak percaya sama aku?" lirih Mike.

Liona menunduk. Dadanya terasa begitu sesak. Semuanya berjalan sangat cepat hingga tidak memberinya waktu untuk berpikir.

"Siapa? Siapa perempuan itu?"

" LIONA ...."

Tanpa sadar Liona mundur beberapa langkah karena terkejut. Laki-laki yang biasanya sangat lembut itu sekarang membentaknya. Bahkan menyebut namanya dengan penuh amarah. Laki-laki yang selalu mengekor dan memanggilnya sayang kini terlihat sangat kacau. Hanya mengenakan kaos putih pendek, celana hitam dan sepasang sendal biasa. Terlihat bahwa ia panik dan terburu-buru untuk menemui Liona.

"Argh ... Brengs*k," caci Mike yang lantas membogem dinding di sebelahnya.

Liona bahkan tidak bisa lagi menangis ataupun marah. Ia hanya bergeming dan sedikit takut.

"Sayang ... Sayang, aku ... aku gak bermaksud bentak kamu," ujar Mike panik saat menyadari raut ketakutan di wajah Liona.

"Siapa dia?"

"Sayang ...," Mike hendak meraih tangan Liona ketika Liona menepisnya.

"Sampai akhir ... kamu tetap melindungi dia? Perempuan itu?" lirih Liona tak percaya.

Keduanya lantas terdiam. Hanya embusan nafas berat yang mengisi kekosongan itu.

"Sayang ... Liona. Aku ... aku pasti bakal jelasin sejelas-jelasnya sama kamu. Kamu harus percaya, ya?" bujuk Mike frustasi.

"kenapa gak sekarang? ada yang kamu rahasiakan? Mike ...."

Mike mengacak-acak rambutnya. Penampilannya sudah tak karuan.

"Pergi ... PERGI !" usir Liona.

"Aku ... aku pasti bakal nemuin kamu dan jelasin yang sebenarnya terjadi. Sayang ...."

"Stop panggil saya dengan sebutan menjijikkan itu!"

"Aku pasti kembali. Aku pasti bakal jelasin ke kamu. Tunggu aku," ujar Mike lalu pergi dengan langkah gontai.

Liona terduduk lemas setelah kepergian Mike. Sosok lelaki yang membuat percaya pada cinta malah mengkhianati kepercayaannya. Liona menatap layar ponselnya. Ada panggilan masuk dari Airin.

"Li, kamu dimana?" tanya Airin dengan nada khawatir.

"Taman Anggrek Kota," jawab Liona singkat. Kepalanya mulai berdenyut.

Tanpa disadari, sesosok berhoodie hitam berdiri tak jauh dari tempat Liona berada.

******

Airin menoleh pada sahabatnya yang duduk diam di ranjang. Setelah menyusul Liona di Taman Anggek Kota tadi, Airin segera membawanya kembali. Namun karena Liona tidak ingin membuat ayahnya khawatir, akhirnya Airin membawanya ke rumah Rachmi. Bagaimanapun Airin tidak bisa membawa Liona kerumah karena ada orangtua serta saudaranya. Ia takut masalah ini malah menjadi semakin runyam.

Airin membuka akun Instagram DF100 di ponselnya. Tangannya sedikit bergetar. Menoleh pada sang sahabat yang bagaikan kehilangan separuh jiwanya, tangannya mengepal kuat. Karena sedikit tremor, tanpa sengaja Airin mengklik follow. Dengan panik ia segera meng-unfollow akun tersebut. Pikirannya ikut kalut. Rachmi yang masuk ke ruangan dengan membawa dua gelas teh hangat menginterupsi Airin dari segala pemikirannya.

"Airin ... biarin Liona menenangkan dirinya terlebih dahulu. Ayo kita bicara di luar," ajak Rachmi.

Setelah itu, Liona tidak tau apa yang terjadi. Semuanya terasa seperti mimpi buruk yang ingin segera ia akhiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!