BRAKK ...
"KELUAR!" teriak Rachmi dari luar pintu kamar Liona. "Sembunyi dan meratapi tanpa melakukan apa-apa gak akan mengubah apa yang sudah terjadi, Li!"
Sudah beberapa menit Rachmi berdiri dibalik pintu kamar yang tak kunjung dibuka. Kesabarannya mulai goyah. Ia menggeberak pintu yang terbuat dari kayu jati itu.
Satu pekan telah berlalu semenjak pertengkaran Liona dengan Mike. Selama itu pula kondisi Liona semakin kuyu. Sebagai seorang sahabat, Rachmi sedih sekaligus geram melihat keadaannya.
"Dalam 1 menit kalau kamu gak buka pintu ini, aku bakal dobrak," tegas Airin.
Perlahan pintu kamar itu sedikit terbuka. Jauh dari dugaan Rachmi, kondisi kamar Liona sangat rapi. Tidak ada tanda-tanda pelemparan barang. Kecuali Liona yang terlihat lesu dan kumal. Airin memegang bahu Liona dengan kedua tangannya. Menatap pupil coklat yang terlihat kehilangan semangat hidup. Airin menoleh sebentar ke arah meja kerja di sebelah jendela. Terdapat sebuah laptop yang masih menyala di atasnya. Tampilan feed instagram DF100 terpampang jelas di layarnya.
"A-aku hanya berusaha menjernihkan pikiran, Ra," ujar Liona sendu.
Rachmi memeluk sahabatnya itu. Menepuk perlahan pundaknya sebagai upaya menenangkan.
"Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Rachmi.
Liona menghela napas dalam kemudian menjawab, "Sulit ... Tapi aku harus tetap berpikir jernih."
Melihat sahabatnya yang sudah lebih baik. Rachmi menghela napas lega.
"Ayahmu hampir saja menghancurkan baji**an itu," tutur Rachmi setelah sepersekian detik.
"Apa?"
"Kau harus segera bangkit atau ayahmu benar-benar akan membunuh tunangan kepar*t itu. Bukan apa-apa, hanya saja sayang sekali di penjara karena membunuh orang seperti itu," sarkas Rachmi.
Liona tidak tahu jika sang ayah juga begitu terpukul atas kejadian ini. Ia menatap langit-langit kamar, namun pikirannya menerawang jauh.
"Li ... Liona," panggil Rachmi yang tahu-tahu sudah duduk di depan layar laptop.
"Apa itu?" tanya Liona telah melihat postingan terbaru akun tersebut.
"Tempat ini ... poli kandungan, kan?"
"Kenapa dia memposting hal semacam itu?"
Rachmi dan Liona terperanjat manakala menggeser poto di slide kedua. Tampak sosok Airin sendirian di tempat yang di duga adalah poli kandungan itu.
"Airin?" ujar mereka bersamaan.
Ding ... Dong ...
Suara bel rumah menginterupsi mereka yang sempat terpaku sejenak. Airin tampak berdiri dengan ekspresi yang tidak bagus di luar pintu.
Setelah memapah Airin untuk duduk, Racmi membawakan segelas teh hangat. Lalu bertanya, "ada yang terjadi?"
"Kalian ... kalian sudah lihat?"
Rachmi dan Liona tahu itu mengacu pada postingan tadi. Mereka pun mengangguk.
"Itu ... itu adalah poto saat aku mengantarkan ibuku periksa kandungan," ujar Airin terburu-buru. "Aku tidak tahu apa yang orang lain pikirkan ketika melihat poto itu, tapi kalian percaya padaku, kan?"
Airin melihat tatapan ragu dari kedua sahabatnya. Lalu mencoba meyakinkan kembali, "Dulu ibuku pernah hamil namun keguguran. Kami tidak ingin membahas hal yang menyedihkan seperti itu. Jadi gak banyak orang yang tahu."
Liona menepuk pelan punggung Airin. Ia mengangguk dan tersenyum tipis kepada sang sahabat itu. Walaupun ia sendiri merasa ada kejanggalan dari situasi ini. Liona merasa bahwa satu persatu yang tidak dia ketahui sebelumnya mulai terkuak.
"Are you okay, Rin?" tanya Rachmi pelan.
"Orang di balik aku ini ... k-kurasa sangat berbahaya. Dia bahkan berani menyebarkan hal-hal yang tidak benar adanya!" Airin mengepalkan jari-jari tangannya di posisi yang tidak terlihat oleh kedua sahabatnya itu.
"Waktu itu ku pikir akun ini hanya iseng aja. Tapi setelah melihatnya mempostingmu, kurasa dia cukup mengenal seluk beluk kehidupan kita. Bisa jadi di masa depan aku atau Rachmi yang jadi korbannya," terka Liona.
Ada perubahan ekspresi di wajah Rachmi yang sempat ditangkap oleh penglihatan Liona. Liona sedikit mengernyit.
"Apakah kamu tahu sesuatu, Ra? tanya Liona pada Rachmi yang masih tampak sedikit linglung.
"Oh eh ... e-enggak kok. Aku h-hanya memikirkan tentang tujuan pelaku memposting poto-poto itu." Liona sedikit gugup. "Ngomong-ngomong maaf Li, apa kamu tahu perempuan yang ada di poto bersama Mike?"
Liona menggeleng pelan, lalu menjawab, "Mike kekeh tidak mau memberitahuku. Aku juga tidak tahu alasannya. Mungkinkah ...."
"Pelaku ini pasti menginginkan supaya kehidupan kita kacau. Ya ... aku sangat yakin dengan itu," tegas Airin. "Li, Ra, kalian harus waspada dengan orang ini. Karena sebenarnya waktu itu ...."
"Ada apa dengan waktu itu, Rin?"
"Waktu itu ... hari saat aku jemput kamu di taman anggrek, aku mencoba untuk cari informasi tentang DF100 ini, Li. Tapi aku gak sengaja klik follow ke akunnya. Walaupun sudah aku unfollow tapi dia tetap bisa lihat notifnya kan?"
"Kalau benar seperti itu. Untuk saat ini bisa disimpulkan bahwa dia mengincar orang yang mengincar dia juga," seru Rachmi yakin.
Akhirnya mereka memutuskan untuk lebih waspada dengan semua hal yang aneh dan mencurigakan. Meskipun begitu, Liona sudah dipenuhi dengan rasa penasaran karenanya. Dengan modal nekat, ia mencoba meninggalkan sebuah pesan chat lewat DM instagram. Isinya hanya bertanya siapa dirinya dan apa tujuannya, serta memintanya untuk berhenti sebelum semuanya menjadi kacau.
Sudah satu jam Liona memantau DM namun tidak ada tanda-tanda munculnya balasan. Sebenarnya ia sudah ada janji temu dengan klien siang ini. Jadi ia segera bersiap dan berangkat ke kafe Green yang menjadi titik temu mereka. Liona sudah memutuskan untuk perlahan bangkit sembari mengulik orang dibalik semua kekacauan ini.
Pembicaraan Liona dan kliennya selesai setelah 2 jam. Saat akan bersiap untuk kembali, Liona melihat sesosok lelaki bertudung hitam sedang memperhatikan diam-diam dari luar dinding kaca kafe yang transparan. Spontan Liona mengejar orang tersebut yang bergegas kabur. Tumit Liona agak perih karena lecet oleh heels yang dikenakannya. Laki-laki itu terlihat sangat mencurigakan. Setelah perjuangan berlari dengan menahan pedih di kakinya, akhirnya Liona menemukan sosok laki-laki bertudung hitam yang sedang berjalan santai menuju sebuah mobil. Liona langsung menarik tangan lelaki tersebut dan menarik tudung di kepalanya.
"FIKI ...."
"Li-Liona ... kebetulan bisa bertemu kamu disini," ujar laku-laki bernama Fiki yang merupakan mantan pacar Liona dulu.
Liona agak terkejut sekaligus bingung. Bagaimanapun perpisahan mereka dahulu lumayan canggung.
"Mengapa kamu menguntitku dan berlari saat aku menghampirimu?" tanya Liona blak-blakan.
Fiki sedikit mengernyit. "Maaf Li, tapi aku baru saja keluar kafe setelah membeli minuman ini." Fiki mengangkat paper bag berisi satu cup cappucino di dalamnya. "Dan maaf, bagaimana bisa aku berlari sedangkan aku saja butuh kruk untuk berjalan."
Liona terkesiap. Ia baru sadar bahwa kaki kiri Fiki pincang dan ada sebuah kruk di tangan kirinya. "Dia terluka?" batin Liona.
"M-maaf Fik, mungkin aku salah orang,"
"It's okay. Tapi aku harus segera pergi karena ada beberapa urusan lain. Senang melihatmu dalam keadaan baik, Liona. Sampai jumpa." Fiki tersenyum lebar kemudian menuju mobilnya dengan tertatih-tatih.
Liona jatuh dalam lamunan hingga mobil sedan hitam yang di dikendarai Fiki itu telah menghilang dari pandangan. Setelah beberapa saat Liona kembali tersadar.
"Bukankah kakinya sakit? Kenapa dia bisa menyetir sendiri?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments