Pada hari pemakaman kedua orangtuanya, seorang pria yang sangat mirip dengan sosok sang ayah berdiri di depan Liona. Ia memperhatikan setiap detail wajahnya dan memutuskan bahwa orang ini bagaikan pinang dibelah dua dengan sang ayah. Hanya saja tidak ada tahi lalat di bagian hidungnya.
Liona merasa bersalah dan berpikir bahwa pria yang tidak tahu asalnya itu datang untuk menghukumnya. Ia begitu ketakutan hingga seluruh tubuhnya bergetar hebat. Kesadarannya mulai goyah dan beberapa detik kemudian semuanya terasa gelap.
Pria itu merupakan adik kembar dari ayah Liona yang bernama Dery. Ia terkejut melihat gadis kecil itu hilang kesadaran. Bahkan hingga koma selama tiga hari penuh. Pada hari keempat, Liona membuka mata kecilnya dan memanggil kata ayah dengan lucu kepada pak Deni.
Dokter menyimpulkan bahwa Liona mengalami trauma yang mengakibatkan kemampuan mengingatnya terganggu. Ada sebagian ingatan yang terlupakan olehnya. Inilah awal mula kehidupan baru Liona sebagai putri dari pak Dery, pamannya yang ia ingat sebagai sang ayah.
Pak Dery selalu menyembunyikan fakta bahwa Liona mengalami kekerasan sejak kecil. Hal itu karena kondisi psikologis Liona yang kurang baik. Pak Dery khawatir Liona mengingat kenangan-kenangan buruk yang menyebabkan kesehatannya memburuk.
Rachmi tampak menghela nafas berat setelah menceritakan kisah masa lalu Liona, "Terkadang aku bertanya-tanya, kamu memang betul-betul tidak bisa mengingat diri kamu di waktu-waktu tertentu atau hanya berpura-pura. Tapi tampaknya, kamu memang benar-benar seperti tidak tahu apa-apa," ungkap Rachmi sembari membereskan beberapa barang-barang Liona.
"Apa ini yang sebenarnya terjadi. Aku benar-benar tidak dapat mengingatnya dengan jelas. Semua tampak samar. Dan apa maksudmu aku tidak dapat mengingat diriku di waktu-waktu tertentu?," tanya Liona setelah mendengar penjelasan dari sahabatnya itu.
"Sebelum itu, mari kita bersiap. Kau sudah berjanji akan pergi bersamaku setelah kuceritakan semuanya." Rachmi masih sibuk mengemas barang-barang hingga tidak melihat perubahan raut wajah Liona. "Aku akan menjawab semua keraguanmu. Tapi sekarang kita harus segera pergi sebelum orang itu menemukan kejanggalan."
"Galang maksudmu?" tanya Liona. "Tapi dia memang sudah menuju kesini."
"APA? KAU G*LA, LI. KITA HARUS SEGERA PERGI, APA KAU MASIH TIDAK MENGERTI SITUASINYA?"
Rachmi menarik tas dan barang sebisanya lalu bergegas menuju mobil. Tak lupa ia menarik Liona yang masih mematung.
"Jika bukan karena aku peduli padamu, dan ini juga permintaan om Dery, aku akan meninggalkanmu, Li. Sampai kapan kamu bisa memahami perjuangan orang-orang yang tulus padamu?"
Mobil melaju bebas ke jalan raya. Rachmi mengendalikan stir dengan lihai. Sambil sesekali menoleh pada Liona yang termenung di co-pilot.
"Apakah kamu tahu, Li. Bahwa kamu itu bisa menjadi dua orang yang berbeda?" tanya Rachmi memecah keheningan sembari melajukan mobilnya.
"Maksudmu?"
"Kurasa itu di mulai sejak masa SMK. Kamu ingat Fiki?"
Liona mengangguk. "Fiki mantan pacarku yang tiba-tiba pergi tanpa kabar?"
"Fiki itu sudah tidak ada," jelas Rachmi yang membuat Liona sedikit terperanjat.
"A-apa kamu bilang ... d-dia."
"Lebih tepatnya dari awal Fiki memang tidak benar-benar ada."
"Bicara yang jelas Rachmi! Mengapa bicara sepotong-sepotong yang membuatku bingung! Apa yang kamu bicarakan. Jelas-jelas dia pernah satu sekolah dengan kita!" seru Liona di tengah kebingungan.
"Sampai kapan kamu sadar bahwa dia itu tidak ada, Liona. Dia hanyalah hasil dari imajinasimu. Fiki atau Don Fikinaro atau apalah itu benar-benar tidak nyata!"
Liona tampak sangat terkejut. Ia menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Bagaimana tidak, jelas-jelas beberapa waktu lalu ia juga sempat bertemu dengan Fiki di depan kafe.
"Ceritakan semua yang kamu tau. Aku ... aku akan mendengarkan," pinta Liona.
"Pertama, Fiki itu tidak nyata. Kamu tahu bagaimana kerja kerasku menutupi keabnormalanmu. Alasan apa yang belum kupakai waktu itu. Aku menjawab bahwa kamu sedang mengikuti kontes akting di luar sekolah saat teman-teman mempertanyakan keanehan pada dirimu."
"J-jadi itu alasannya kamu melarangku mengungkit tentang Fiki?"
"Betul. Aku juga harus susah payah menghapus rekaman cctv kafe di hari pertemuanmu dengan Fiki itu. Jika ada orang yang curiga akan berbahaya bagimu dan kita."
"Maksudmu aku berhalusinasi? Bagaimana mungkin. Aku merasa baik-baik saja," kilah Liona.
"Yang ku dengar dari om Dery. Kamu masih memiliki trauma sehingga menyebabkan kondisi psikologismu agak terganggu. Maaf aku mengatakan ini," jelas Rachmi dengan canggung.
"Lalu akun Instagram Determinate Flowers/DF100 itu kamu yang menciptakannya. Bahkan nama itu kamu ambil dari judul sebuah buku kepunyaan almarhum ibumu, kan. Ibumu sangat menyukai bunga dan memiliki beberapa koleksi buku tentangnya. Aku sempat membacanya juga, determinate flower atau bunga majemuk, bunga yang paling ujung mekar dahulu dan layu, kemudian di bawahnya, lewat samping, muncul tangkai bunga yang lebih muda dan mekar. Demikian seterusnya. Apa makna dari bunga itu? Sehingga kamu memilihnya untuk menamai sebuah akun fake," papar Rachmi panjang lebar.
"Ya ... ibuku pecinta bunga. Lucu, kan. Determinate flower ... seperti hubungan manusia. Disukai karena cantik pada awalnya, namun semakin lama semakin hilang karisma. Lalu akan muncul bunga baru yang lebih muda dan cantik. Lantas bagaimana dengan bunga sebelumnya? Layu ... dan mati."
Rachmi memandang sosok Liona yang masih duduk di kursi sebelahnya. Melihat Sahabatnya yang tampak terengah-engah, ia mulai mengurangi kecepatan laju mobil itu. Ia teringat saat pertama kali mengetahui penyebab keanehan Liona. Saat itu ia terpaksa mengatakan sikap abnormal Liona ke pak Dery. Dan karena melihat tekadnya dan hubungan persahabatan Rachmi dan Liona yang sudah terjalin lama, pak Dery menceritakan yang sebenarnya.
Liona mengidap gangguan identitas disosiatif atau yang sering disebut kepribadian ganda. Penderita gangguan ini sering menciptakan sosok baru dari imajinasinya. Ia juga akan mengalami gangguan untuk mengingat beberapa detail. Dokter menyimpulkan ini disebabkan oleh kenangan masa lalu yang buruk. Jadi pak Dery memohon pada Rachmi untuk menjaga Liona saat ia tidak berada di dekatnya.
"Sejak awal, kamu sudah tahu tentang hubungan Mike dan Airin, bukan. Kamu mengumpulkan bukti dan mengungkapnya di saat yang tidak mereka sangka. Mereka pasti terkejut jika mengetahui kebenaran ini." Rachmi tertawa kecil. "Omong-omong ... aku sudah mengirim pergi orang yang kuperintah untuk selalu mengikutimu. Semoga saja si Galang itu tidak menemukannya."
"Jadi orang misterius yang selalu menguntitku itu suruhanmu?"
Rachmi mengangguk lalu menjawab, "Aku tidak bisa 24 jam bersamamu, jadi aku mengutus dia untuk melindungimu dan melaporkan semua hal tentangmu. Lagipula kamu hampir mengungkap semuanya pada Galang di hari itu, kan."
"Apa benar bahwa aku pelaku dibalik akun fake itu?"
"Itu perwujudan dari kemarahan dan kebencianmu, Liona. Aku mengenalnya juga. Tapi aku selalu merasa bahwa itu bukan dirimu lagi. Dia sosok yang kejam dan keras kepala. Apa kau ingin tahu namanya?"
"Siapa namanya?"
"Freni."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments