"TEGA YA KAMU, MAS..."
KU MENANGIS ... MEMBAYANGKAN BETAPA KEJAMNYA DIRIMU ATAS DIRIKU ...
Suara televisi memenuhi tiap sudut ruangan. Seorang pria paruh baya tampak duduk di atas sofa depan tv sembari menyangga sepiring ubi goreng. Liona yang baru saja memasuki ruangan dibuat geleng-geleng kepala.
"Ayah suka banget nontonin sinetron," ujar Liona sembari ikut duduk di samping pria itu yang tidak lain adalah pak Dery, ayahnya.
Pak Dery menoleh kemudian menyodorkan piring ubi ke depan Liona. Liona terkekeh. Ayahnya ini merupakan editor dari sebuah penerbit. Namun belumlah menjadi penerbit yang begitu besar. Aktivitas sehari-harinya duduk di depan monitor hingga membuat kemampuan penglihatannya menurun. Akibatnya, aktivitas sehari-harinya harus dibantu dengan sebuah kacamata.
"Dulu ibumu juga sering nonton sinetron. Tapi kamu tidak menegurnya," ujar pak Dery dengan ekspresi seperti orang yang dirugikan.
"iya dong. Ibu kan ratu di keluarga ini. Ratu harus di hormati dan di sayangi, kan," jawab Liona sambil tertawa.
"Kalau ibumu Ratu, berarti ayah adalah Raja. Jadi kamu harus menghormati dan menyayangiku," sanggah pak Dery dengan ekspresi serius yang malah membuatnya semakin terlihat konyol.
"Tapi ibu sudah tiada. Jadi ayah bukan Raja," goda Liona lagi.
"Justru karena itu ayahlah yang akan naik tahta, " ujar pak Dery tak mau kalah.
Akhirnya suara tv tenggelam dalam perdebatan aneh antara ayah dan anak itu.
Sejujurnya Liona khawatir dengan kondisi ayahnya yang semakin tertutup dari dunia luar. Terlepas dari pekerjaannya yang memaksanya menghabiskan waktu di depan monitor sepanjang hari. Padahal dahulu sebelum kepergian ibu Liona ke pangkuan Yang Kuasa, ayahnya adalah sosok yang ceria. Sekarang ayahnya lebih memilih melakukan pekerjaannya di ruang kerja saja dibandingkan menikmati suasana di teras seperti waktu dulu.
Mengingat tentang ibu, membuat hati Liona bergetar. Aisyah, ibu kandung Liona sekaligus istri pak Dery, merupakan sosok perempuan dengan perangai yang lemah lembut dan juga telaten. Ibu seringkali menjahit baju-baju sendiri untuk Liona dan ayahnya. Ibu Liona juga pandai memasak dan menata rumah. Mungkin itulah yang membuat pak Dery sangat mencintainya meskipun ibu Liona telah meninggal 15 tahun yang lalu. Mungkin juga ada penyesalan yang disangga oleh pak Dery atas kematian istrinya itu dalam tragedi kecelakaan motor.
Saat itu Liona hanyalah anak perempuan berumur 9 tahun yang menangisi ibunya yang telah tertutup tanah merah. Yang Liona tahu bahwa ibunya berniat untuk berbelanja keperluan rumah dalam kondisi sehat, namun bukannya pulang membawa belanjaan, beliau malah pulang membawa duka. Dunia yang tersusun indah sebelumnya hancur seketika. Bahkan setelah kematian ibunya, Liona sampai jatuh sakit.
Liona menghela nafas panjang memikirkan kenangan masa lalu itu. Kini ia telah menjadi perempuan dewasa. Melanjutkan kehidupan walaupun tanpa kehadiran sang ibu tercinta.
"Kematian memang takdir dari setiap makhluk Tuhan, Sayang. Tapi dunia akan tetap berjalan. Jadi ummi harap Lio jadi anak yang kuat dan membanggakan ayah Lio. Dengan begitu, ibu Lio juga akan bahagia di alam sana." Kalimat dari bu guru di sekolah dasar Liona selalu terngiang-ngiang di telinganya.
Saat ini Liona menyandang profesi sebagai make up artist yang telah dijalani sejak 5 tahun yang lalu. Bekerja sama dengan sahabatnya sejak SMP, Rachmi. Rachmi mengambil alih bisnis wedding organizer milik ibunya. Begitulah akhirnya pada 3 tahun yang lalu Liona juga bertemu dengan Airin, kenalannya semasa SMK yang akhirnya menjadi asisten sekaligus sahabat Liona.
Liona sangat bersyukur dikelilingi oleh orang-orang yang peduli padanya. Sudut mulutnya sedikit terangkat mengingat betapa bertolak belakang kepribadian dua sosok sahabatnya itu.
"Rachmi itu pasti tipe tsundere," ujar salah satu rekan kerja Liona.
"Emangnya tsundere itu apa?"
"Itu loh yang keliatan cuek tapi sebenarnya peduli. Aku sering baca di manga." Liona terkekeh dengan jawaban yang persis seorang wibu, padahal nyatanya dia penggila oppa korea.
Walaupun begitu, Liona bukannya tidak tahu sama sekali bahwa Airin dan Rachmi seringkali bersitegang. Namun ia juga tahu bahwa keduanya tidak memiliki maksud jahat.
Cuaca kota Jambi di bulan Desember ini berada di suhu 30 derajat. Awan berarak terbentang di hamparan langit biru. Liona menoleh dari pintu dapur ke arah Mike yang sedang duduk santai di sofa sambil memainkan game online. Siang ini Mike datang ke rumah Liona. Ingin melihat keindahan dunia, begitulah ujarnya yang dibumbui dengan kenarsisan yang tiada akhir.
"Iih ... jangan gangguin aku dulu!" teriak Liona saat mike secara iseng mengacak-acak rambutnya.
Alhasil Liona yang sedang membuat jus, mencak-mencak tidak jelas di dapur. Mike yang merasa bersalah mencoba kabur. Namun karena terburu-buru ia malah hampir menabrak pak Dery yang lewat di depan pintu.
"Eh ... Om. Gimana kabarnya, Om?" sapa Mike dengan gesture yang sedikit canggung.
"Hm ... baik," jawab pak Dery singkat kemudian berlalu menuju ruang kerja.
Mike bengong. Liona secara iseng memasukkan sepotong roti ke mulutnya. Kemudian Mike pura-pura merajuk.
"Sayang. Ayah kamu lagi ada masalah ya?" tanya Mike seraya mengambil posisi berbaring di sofa.
"Kayaknya kerjaannya lagi numpuk deh. Makanya judes gitu," jawab Liona sembarang.
"Oohh aku tahu!" seru Mike tiba-tiba.
"Tahu apa?"
"Ternyata kegalakan dan kejudesan kamu itu turunan," ejek Mike seraya melindungi kepala dari serangan bantal sofa Liona.
"Sembarangan. Oh ya, tumben kamu gak pake jam tangan yang aku kasih," tanya Liona setelah adegan timpuk menimpuk.
"Jam?"
Liona menaikkan sebelah alisnya melihat ekspresi bingung Mike. Hatinya agak berdegup.
"Ya Tuhan. Aku lupa. Jamnya aku titip ke temen aku untuk di service, Sayang. Maaf ya aku gak sengaja ngejatuhin jamnya," ujar Mike penuh penyesalan.
"Kok bisa. Kapan kejadiannya?" selidik Liona.
"kayaknya sekitar 2 minggu lalu sewaktu aku buru-buru mau ketemu papa deh. Emangnya kenapa, Yang?"
"G-gak kok. Lain waktu kita beli yang baru aja ya," jawab Liona dengan perasaan sedikit lega.
"Barang dari ayang aku gak boleh di sia-siakan dong," tukas Mike.
"Sepertinya postingan itu diunggah 2 hari lalu. Atau memang kebetulan aja ada yang sama, ya? Mungkin saja iya," batin Liona menenangkan hatinya sendiri.
Liona menoleh ke arah Mike yang masih asyik memainkan game di ponselnya. Ia merasa bersalah telah mencurigai sosok laki-laki itu.
"Lio ... tolong buatkan ayah secangkir kopi tanpa gula, Nak!" seru pak Dery dari arah ruang kerjanya.
Liona segera beranjak ke dapur. Dan saat kembali, Liona melihat pemandangan aneh dimana ayah dan tunangannya duduk berdampingan di sofa. Mereka sibuk menatap layar ponsel yang menampilkan grafik game online. Liona tertawa kecil.
Jarum pendek telah menunjukkan pukul 5 sore saat Mike pulang. Sejujurnya ada yang janggal dengan sikap Mike saat buru-buru pamit tadi. Gesturenya terlihat agak canggung dan cenderung menghindari tatapan mata Liona.
“Atau hanya perasaanku saja," batin Liona.
Malam ini Liona iseng men-stalk akun instagram Determinate Flowers. Yang ternyata telah berganti nama menjadi DF100. Entah apa arti dari username tersebut. Jari jemari Liona dengan aktif mengklik akun tersebut. Bukan apa-apa, hanya saja ia merasa lucu karena secara kebetulan Fira menemukan akun tersebut. Padahal itu merupakan akun kecil yang bahkan tidak memiliki satupun pengikut dan hanya mengikuti instagram official. Lagipula hanya ada satu postingan saja di dalamnya. Hanya saja bio akun itu sedikit menarik perhatian.
“You find me, then I will your secret."
(Kamu menemukanku, maka akan kutemukan rahasiamu).
“Tsk ... Apakah ini semacam permainan teror anak-anak?” gumam Liona setelah membaca tulisan aneh itu. Lagipula Liona berfikir bahwa itu hanyalah akun iseng. Dan akhirnya hal itu segera terlupakan di tengah kesibukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Người này không tồn tại
Harus jam berapa baru bisa update ya thor? Jangan sampai terlalu malam~
2023-11-12
1