Setengah tahun kemudian, di malam penghargaan acara tahunan yang diadakan rumah sakit, kenyataan Binar yang dinobatkan sebagai dokter teladan di acara tahunan rumah sakit mereka bernaung, lagi-lagi mematik amarah dokter Luri dan keempat dokter sahabatnya.
Binar naik panggung dengan perasaan campur aduk. Senang, bangga, bahagia, dan juga takut. Senyum indahnya Binar sebar ke seluruh penjuru acara di ruangan yang masih merupakan bagian dari gedung rumah sakit. Senyum yang akan menjadi spesial ketika ia menatap pria bertubuh tinggi tegap nan gagah yang baru ia tinggalkan.
Adam, dialah pria yang menjadi alasan utama dokter Luri membenci Binar. Meski di sebelahnya selalu ada dokter Bagas yang akan selalu melakukan segalanya asal dokter Luri bahagia, kenyataan tersebut masih belum cukup. Dokter Luri masih sangat dendam kepada Binar karena obsesinya dalam memiliki Adam tanpa mau kehilangan dokter Bagas. Terlebih selain menjadi pasangan yang menemani Binar ke acara tahunan rumah sakit, dokter Luri yang kebetulan duduk di belakang tempat duduk Adam bersama keempat rekannya, sempat mendengar lamaran pribadi Adam kepada Binar.
“Ngapain juga dia sibuk foto Binar? Kenapa dia enggak foto aku saja?!” bengis dokter Luri sambil melirik sebal Adam yang memang sudah langsung sibuk mengabadikan momen Binar naik panggung untuk menerima penghargaan, menggunakan kamera ponsel maupun kamera khusus yang Adam bawa.
Saking kesal dan memang sangat cemburu, dokter Luri menarik paksa tangan kirinya dan awalnya digenggam dokter Bagas. Bukan hanya dokter Bagas yang terkejut karena kenyataan tersebut, tapi juga ketiga rekan di sana. Dokter Thomas dan dokter Anna yang diam-diam saling bergenggam tangan erat meski dokter Kristine selaku calon istri dokter Thomas tengah bersandar manja kepada dokter Thomas, layaknya maling yang tertangkap basah dan buru-buru menjaga jarak.
Yang dokter Bagas tahu, alasan sang kekasih begitu marah dan sampai mengakhiri paksa genggaman tangan mereka karena kemenangan Binar dan harusnya didapatkan oleh dokter Luri. Karenanya dalam hatinya, dokter Bagas refleks bersumpah memberi Binar yang kali ini tampil sangat anggun dengan gaun putih aksen bunga-bunga mawar, pelajaran lebih dari sebelumnya.
Sepanjang Binar melangkah di tengah suasana yang sengaja dibuat agak remang, Binar menyadari ada lima pasang mata yang sudah sangat ingin menerkamnya. “Aku beneran takut, tapi aku enggak boleh takut!” batin Binar.
Dalam hatinya, Binar terus menyemangati dirinya sendiri. Ia yakin, harusnya prestasi yang ia raih meski belum ada satu tahun bergabung di sana, tidak menjadi masalah. Terlebih kini, nyonya Rima dan tak lain merupakan mamah dokter Luri, sudah tersenyum bangga kepadanya.
Sebagai pimpinan tertinggi dan konon merupakan pemegang saham terbesar di Paradise Hospital, nyonya Rima yang statusnya sebagai dokter kawakan, memang didaulat untuk menyerahkan beberapa piala penghargaan.
Selain untuk mengapresiasi kinerja para dokter yang sudah sangat bekerja keras untuk rumah sakit, acara tahunan yang digelar rutin di rumah sakit mereka bernaung memang sengaja diadakan agar lebih memacu kinerja para karyawan. Layaknya apa yang nyonya Rima katakan kepada Binar.
“Ibu dan Paradise Hospital benar-benar bangga punya dokter muda seperti kamu. Masya Allah, jadi ingat zaman masih muda. Duh, jadi merasa sudah tua,” ucap nyonya Rima yang dari tampang masih sangat muda. Ia sengaja basa-basi.
Binar yang sampai berkaca-kaca menerima pujian manis itu segera menggeleng, menepis anggapan lawan bicaranya. “Tua bagaimana, Dok? Kalau yang seperti Dokter Rima saja merasa tua, apa kabar dengan saya yang disebut muda tapi rasa jompo? Dokter masih kelihatan ABG! Sana sini pada iri kok Dokter awet muda banget. Kelihatan kayak kakak adik dengan dokter Luri, kata mereka. Dokter Rima dikira kakaknya dokter Luri!” ucapnya berbisik-bisik sambil memegang piala yang baru ia terima. Di hadapannya, wanita yang sangat mirip dokter Luri langsung tersipu.
Layaknya apa yang Binar katakan, penampilan nyonya Rima memang sangat necis layaknya ABG. Ditambah lagi, nyonya Rima memiliki postur tubuh ideal. Nyonya Rima memiliki tubuh langsing mirip gitar Spanyol. Malahan kalau dibandingkan, dokter Luri kalah jauh mengingat perbedaan usia mereka yang terpaut jauh. Namun sampai detik ini, sebenarnya Binar masih bertanya-tanya. Kenapa setiap laporan perundungan darinya selalu mental? Perundungan ketika dirinya baru bekerja satu minggu di sana, mental hanya karena tidak ada saksi yang melihat. Kemudian, bahkan sampai saat ini, Binar masih kesulitan untuk mengungkap kasus itu.
“Semoga enggak pernah terjadi lagi. Dan semoga meski aku enggak bisa mengungkapnya, mereka bisa dapat hidayah sekaligus balasan setimpal!” batin Binar sembari turun dari panggung penghargaan. Ia tersipu memandangi Adam yang masih sibuk memfotonya menggunakan dua kamera yang berbeda.
“Kamu di sini saja, aku ambil mobil di tempat parkir dulu.” Selain membawakan tas Binar, Adam yang kali ini sengaja memakai kemeja lengan panjang putih, juga sengaja membawakan piala penghargaan milik Binar.
Binar yang ditinggal di depan pintu masuk rumah sakit, melepas kepergian Adam dengan senyuman. Di tengah suasana di sana yang terbilang remang, Binar berangsur mengalihkan perhatian sekaligus kesibukannya ke ponsel di genggaman tangan kanannya. Ia membuka aplikasi insta*ram miliknya, kemudian mengunggah beberapa foto di acara penghargaan beberapa saat lalu.
Bersamaan dengan kaki kanan Adam yang tersandung sebuah batu bata, detik itu juga seseorang membekap Binar dari belakang.
“Bi ...?” lirih Adam refleks mencoba melongok ke lantai atas dirinya meninggalkan Binar karena kini, ia ada di basemen.
Adam buru-buru lari ke mobilnya, sementara Binar yang sudah langsung memiliki firasat buruk, diam-diam menyalakan siaran langsung di ak*u*n inst*ragam miliknya.
“Kembali terulang? Ini parfum dokter Bagas!” batin Binar.
Di tengah detak jantungnya yang sudah langsung kacau, Binar yang lagi-lagi diseret ke gudang rumah sakit dulu dirinya mendapatkan perundungan bersumpah, kali ini pelaku perundungannya tidak bisa meloloskan diri lagi.
Ponsel Binar memang terjatuh ke lantai bersamaan dengan tubuh Binar yang tersungkur setelah didorong sekuat tenaga. Namun siaran langsung di ponsel Binar tetap berlangsung hingga semua suara di sana terekam sempurna.
Benar saja, dengan terang-terangan dokter Bagas melakukan itu kepada Binar. Kepala Binar terasa sangat sakit setelah dahinya menghantam lantai.
Dokter Bagas segera mengunci pintu, sementara dokter Luri segera menghampiri Binar.
“Jangan keganjenan. Jangan sok keren! Enggak usah jadi yang menonjol apalagi sibuk cari muka! Wajah pas-pasan saja masih sok cantik!” murka dokter Luri sembari menendangi perut Binar sekuat tenaga. “Sekali-kali kamu memang harus dibuat buruk rupa, agar kamu enggak sok kecantikan lagi!” tegas Luri yang kemudian mengeluarkan sebuah pisau lipat dari saku jas putih milik dokter Bagas yang memang ia pakai. Ia tersenyum beringas menatap kilau dari ketajaman pisau lipat yang baru ia keluarkan di tengah suasana di sana yang memang remang.
Jantung Binar seolah lepas menyaksikan semua itu. Terlebih dari tampang sekaligus watak seorang dokter Luri, tak ada yang tidak mungkin bagi wanita itu.
Di gudang dulu Binar pernah mengalaminya, kali ini Binar sampai menangis ketakutan. Berulang kali Binar memohon ampun, meminta tolong, tapi pukulan dan siksaan tiada henti membuat kesadarannya mulai berkurang. Puncaknya, kedua lelaki yang ada di sana yaitu dokter Thomas dan dokter Bagas, tak segan melakukan pelecehan kepada Binar. Gaun putih yang membuat penampilan Binar sangat anggun, dilucuti oleh dokter Bagas maupun dokter Thomas dengan sangat beringas.
Sementara Luri tetap berperan layaknya bos, Anna dan Kristine justru tertawa lepas sambil merekam kejadian itu menggunakan kamera ponsel masing-masing.
“Ibl*isssssss! Kalian benar-benar bukan manusia!” jerit Binar dalam hatinya.
Darah segar dari luka khususnya luka di wajah cantik Binar akibat sayatan pisau lipat, sudah menghiasi lantai keramik putih di sana. Namun tak lama kemudian, seseorang menggedor pintu gudang. Detik itu juga kelima orang di sana tersadar, ponsel Binar tengah melakukan siaran langsung dan kepanikan pun tak terelakkan!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Ita Mariyanti
jht kli mreka2 yg org ber educated itu, kriminal skli klakuan nya
2024-12-01
0
Amelia
❤️❤️❤️❤️👍👍😊
2024-03-11
0
Wulan Bahrain
namanya juga novel mbak...
2024-02-21
0