Siaran langsung di ponsel Binar sudah sepenuhnya menggemparkan semua yang menyaksikan, tanpa terkecuali Adam. Adam ada di balik pintu gudang. Pemuda tampan itu berdiri gelisah, dan sekali lagi menggedor pintu di hadapannya dengan tidak sabar.
“Buka pintunya!” teriak Adam emosional.
Buih keringat tak hentinya mengalir dari permukaan kulit Adam, selain kedua matanya yang sampai berembun. Terlebih di siaran langsung insta*gr*am milik Binar, wanita yang beberapa saat lalu menerima lamarannya itu menangis kesakitan sekaligus ketakutan. Binar menyebutkan setiap siksaan yang didapatkan. Dari sayatan di wajah, pukulan sekaligus tendangan bertubi di tubuhnya, dan terakhir Binar juga berteriak bahwa dirinya dile*ce*hkan.
“Dari tadi suara Binar teriak di gudang rumah sakit ... di gudang rumah sakit!” batin Adam.
Adam sangat yakin, maksud ucapan Binar yaitu “di gudang rumah sakit” tak ubahnya kode keras. Karenanya, kini ia yang sudah ada di depan pintu gudang rumah sakit, tak segan berusaha mendobraknya.
Tak beda dengan Adam dan memang karena efek siaran langsung yang Binar lakukan, rombongan para orang tua pelaku perundungan kepada Binar, juga langsung menjadikan gudang rumah sakit sebagai tujuan. Lima pasang paruh baya berpenampilan berkelas nan glamor yang diketuai nyonya Rima, berbondong-bondong lari ke sana. Semuanya tampak sangat khawatir sekaligus ketakutan. Namun adanya Adam di sana, membuat nyonya Rima menghentikan langkah. Nyonya Rima mengatur rombongan untuk bersembunyi di balik tembok menuju gudang.
“Kita keduluan! Itu yang dari tadi menemani Binar! Pasti dia juga sudah melihat siaran langsung Binar!” lirih nyonya Rima ketar-ketir.
Nyonya Rima benar-benar gelisah. Terlebih ketika melongok layar ponsel di genggaman tangan kanannya, siaran langsung dari Binar masih berlangsung. Hanya saja, di ruang yang temaram itu mendadak sepi dan nyonya Rima yakini karena anak-anak mereka sudah mengetahui, bahwa apa yang tengah kelimanya khususnya dokter Luri lakukan, tersiar melalui siaran langsung.
“Sesulit apa pun nanti keadaan kamu, kamu pasti bisa karena kamu anak Mamah!” Pesan-pesan dari sang mamah yang mendadak terngiang di ingatan Binar, membuat Binar menangis meronta-ronta. Hanya saja karena dokter Bagas dengan cekatan membekap mulutnya, ia yang sudah ditela*njang*i, bahkan celana dal*am*nya sudah sempat dilepas dan untungnya belum sampai ada tindakan lanjut, hanya mampu melakukan semua itu dalam hati.
Binar saksikan, darah segar dari luka sayat di wajahnya sampai mengenai tangan dokter Bagas. Kini, selain dibekap, Binar juga dise*ret menuju ruang rahasia di balik lemari arsip. Ia saksikan, betapa dokter Luri sangat marah. Wanita itu seolah sangat ingin menerka*mnya hidup-hidup setelah siaran langsung yang ia lakukan sukses menarik perhatian orang, hingga di luar sana, suara Adam terdengar sangat emosional.
“Bajing*an!” maki dokter Luri lirih sambil menatap emosi Binar yang ia pergoki menatapnya penuh dendam meski tubuh Binar sudah diseret paksa ke ruang rahasia.
Dokter Thomas juga segera mengamankan pakaian Binar yang tak luput dari darah Binar. Dengan sigap dokter Luri menginjak layar ponsel Binar menggunakan heels-nya yang super runcing kemudian menendangnya sembarang hingga gawai canggih yang layarnya retak itu berakhir nyempil di kolong lemari tempat penyimpanan arsip. Dokter Luri benar-benar marah.
Bersama hancurnya layar ponsel Binar akibat diinjak dokter Luri, saluran siaran langsung juga langsung mati. Kenyataan tersebut membuat Adam kebas bersama air matanya yang pada akhirnya jatuh membasahi pipi. Kedua mata Adam menatap tak percaya layar ponselnya yang sudah tak dihiasi siaran langsung dari Binar.
Tak kehabisan akal, Adam buru-buru menelepon nomor Binar. Namun, nomor Binar sudah tidak aktif.
Sementara itu, semuanya tetap di dalam gudang untuk bersembunyi kecuali dokter Luri. Dokter Luri sengaja keluar untuk mengelabuhi Adam karena dokter Luri memang mengenalnya. Malahan karena Adam juga, kebenciannya kepada Binar tak bisa dokter Luri hentikan. Meski awalnya Adam menolak percaya, dokter Luri sengaja membawa pemuda itu ke tempat lain dan berdalih Binar ada di tempat tersebut.
“Iya, gudang rumah sakit. Tadi aku juga lihat Binar ke sana. Gudang rumah sakit bukan yang ini, kalau ini sudah alih fungsi. Gudang rumah sakit ya ada di sebelah belakang. Itu sih tadi ruang santai buat para dokter. Kan kamu tahu sendiri rumah sakit ini besar, dan dokternya juga puluhan. Jadi, mami aku selaku pimpinan di sini sengaja menyediakan tempat khusus buat dokter-dokter di sini buat ngilangin setres.” Demi meyakinkan Adam, dokter Luri sampai menggandengnya erat sekaligus agak menariknya dengan paksa.
“Nah kan, ada papan keterangan kalau ke sana arah gudang rumah sakit,” ucap dokter Luri lagi masih sangat lembut. Sangat berbanding terbalik ketika dirinya menghadapi Binar.
“Bi, kamu beneran di situ, Bi? Kamu baik-baik saja, kan, Bi?” batin Adam sengaja mempercepat langkahnya guna segera sampai memastikan keberadaan Binar yang nomor ponselnya jadi tidak aktif, padahal sebelumnya Binar baru saja melakukan siaran langsung dan kejadiannya sangat tidak wajar.
Kepergian dokter Luri dan Adam sudah langsung dimanfaatkan oleh keempat rekannya yang ada di sana untuk memboyong Binar. Di luar dugaan, ada yang datang lagi hingga keempatnya bahu-membahu kembali menyembunyikan Binar di balik lemari.
“Siapa lagi? Ya Allah, hamba memohon keajaiban! Hamba mohon agar ibli*s berwujud silu*man seperti mereka binasa!” batin Binar masih dibiarkan nyaris tela*njang lantaran kain yang menempel di tubuhnya hanya b*ra putih yang sebagiannya sudah dihiasi darah dari luka-lukanya.
Di tengah keadaannya yang setengah sadar, Binar yang kembali disembunyikan memergoki dokter Bagas terlihat terkejut ketika akhirnya pria itu membuka pintu. Ternyata yang datang merupakan para orang tua pelaku perundungan kepadanya dan diketuai oleh nyonya Rima. Sempat berharap akan mendapat keadilan, pada kenyataannya mereka justru membantu.
“Buang tubuhnya dan pastikan dia mati tanpa harus membuat kita benar-benar membunu*hnya! Biarkan dia mati perlahan karena hanya itu satu-satunya hukuman yang pantas untuk orang lancang sepertinya. Bisa-bisanya dia menyebarluaskan rahasia kalian yang otomatis akan berdampak fatal ke Paradise Hospital!” murka nyonya Rima, dan Binar tidak akan bisa pernah melupakan itu.
Kedua tangan Binar berangsur mengepal. “Sekarang aku tahu kenapa Luri lebih pantas disebut ibl*is! Ya ... karena dia juga terlahir dari ibli*s!” batin Binar. “Aku bersumpah apa pun yang terjadi aku tidak akan pernah mati. Aku akan tetap hidup dan sesegera mungkin kembali melakukan serangan balik! Iya, aku akan balas dendam dan kalian semua akan merasakan luka-luka lebih dari yang kalian berikan kepadaku!” sumpah Binar dalam hatinya. Bibir dan kedua matanya memang tertutup rapat, tapi air matanya tidak bisa berbohong.
Tubuh Binar berakhir diboyong menggunakan mobil ditaruh di bagasi kemudian dibuang ke sungai berarus deras.
Dari jembatan sungai, dokter Bagas, dokter Thomas, dokter Anna, dan juga dokter Kristine melakukan semua itu secara langsung. Mereka menatap puas bersama kelegaan yang akhirnya mereka rasakan setelah perbuatan biada*b yang mereka lakukan kepada seorang Binar, sang dokter muda terbaik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Ita Mariyanti
br beberapa bab bc e kq ngeri2 sedap gt perundungan nya
2024-12-01
0
Ita Mariyanti
Thor part bawang e kbnykn ku 😭😭😭😭😭😭 strong dr Binar💪💪💪💪💪💪
2024-12-01
0
Giyeem Endut
kayak nya seru ini, lanjut
2024-10-11
0