Dokter Anna benar-benar sakit hati karena langsung dijauhi dokter Thomas. Selain itu, hubungannya dan dokter Kristine juga langsung tidak baik-baik saja. Hubungan mereka langsung renggang akibat video yang diunggah oleh aku*nnya, tapi dokter Anna yakin, dirinya tidak pernah melakukan itu.
“Jangan-jangan, alasan ponselku sampai kembali ke pengaturan pabrik, memang disengaja?” pikir dokter Anna untuk kali pertama bisa berpikir serius.
“Maksudnya, memang ada yang sengaja melakukannya agar video dan semua bukti hubunganku dan Thomas, tidak terkuak. Masalahnya, siapa? Thomas? Atau ... malah Kristine?”
“Apa sebenarnya, ... ternyata Kristine sudah tahu dan dia sengaja mengunggah video di ponselku menggunakan aku–nku, agar aku disalahkan bahkan lebih?” Setelah berpikir serius, dokter Anna mendadak memiliki rencana untuk menyerahkan diri sekaligus mencoba menjadi justice collaborator untuk kasu*s Binar.
“Iya, andai Luri tetap tidak mau mendengarkan aku apalagi memihak kepadaku, lebih baik aku menjadi justice collaborator. Aku beneran harus jadi justice collaborator, agar hukuman yang aku dapatkan juga lebih ringan. Terlebih dalam waktu dekat, aku pasti akan dipanggil polisi untuk dimintai keterangan atas unggahan di ak*unku!” pikir dokter Anna yang awalnya sempat mondar-mandir di depan tempat tidurnya. “Terus untuk Thomas dan Kristine, nanti aku bakalan buktiin hubungan kami lewat CCTV hotel!” Karena pada kenyataannya, dokter Anna memang telanjur sakit hati.
Demi mempercepat tujuan sekaligus niatnya, dokter Anna bergegas dari kamarnya yang dihiasi beberapa bingkai foto berisi fotonya bersama dokter Luri dan geng mereka. Dalam foto tersebut, mereka terlihat sangat kompak. Kontras dengan sekarang yang malah saling menyalahkan bahkan saling s—erang.
Sebelum membiarkan sang sopir mengantarnya, dokter Anna sengaja mengabarkan kedatangannya kepada dokter Luri melalui pesan WA.
Anna : Aku mau ke apartemen kamu. Tolong percaya aku, memangnya sejak kapan aku membohongi kamu? Percayalah memang ada yang sengaja melakukan ini. Di antara kita ada cepu!
Pesan yang dokter Anna kirimkan kepada dokter Luri memang langsung dibaca karena langsung dihiasi centang dua warna biru. Namun, pesan tersebut baru dibalas setelah lima belas menit berlalu.
Luri : Ya. Ke sini lah.
Balasan tersebut tetap menjadi angin segar untuk dokter Anna. Dokter Anna refleks tersenyum kegirangan layaknya biasa.
“Omong-omong Luri, apa kabar kasu*s video tante Rima dan om Hasan? Bukan bermaksud menghakimi hubungan keduanya karena aku dan Thomas saja, begitu. Hanya saja aku jadi kepikiran, itu kira-kira bagaimana cara pengambilan videonya? Itu karena ada yang sengaja pasang kamera tersembunyi, apa bagaimana? Kalau memang iya, berarti kamera pengawasnya ada di ruang kerja tante Rima terlebih kejadiannya pun di sana. Masalahnya, kira-kira sudah diurus apa belum, ya? Kok kayak pada kecolongan dan membiarkan semua ini terjadi? Apa jangan-jangan ada maksud lain? Jangan-jangan sebenarnya mamahnya Bagas yang sengaja melakukan ini buat menye—rang tante Rima?” pikir dokter Anna lagi makin penasaran.
Tak sampai satu jam, dokter Anna akhirnya tiba di apartemen dokter Luri. Wanita itu tampak layaknya orang sakit, pucat dan tubuhnya saja agak gemetaran. Dokter Anna yakin, kasus yang melanda mereka termasuk itu skandal nyonya Rima dan pak Hasan, membuat sahabatnya itu makin rutin mengonsumsi obat-oba-tan terlarang.
“Bagas enggak temenin kamu? Hubungan kalian baik-baik saja, kan?” ucap dokter Anna memberikan perhatiannya dan memang tulus.
Sambil melirik sebal dokter Anna, dokter Luri yang juga beranjak meninggalkannya berkata, “Sebentar lagi dia juga ke sini.”
“Oh, syukur lah kalau hubungan kalian baik-baik saja,” refleks dokter Anne sambil menutup pintu apartemen dokter Luri.
“Enggak juga,” balas dokter Luri dengan entengnya.
“Hah ... maksudnya gimana, Ri? Bagas tetap mau lanjutkan?” refleks dokter Anna yang baru balik badan sekaligus akan meninggalkan pintu.
“Biar dia menanggung kejahata*n papanya selama ini. Memangnya kamu pikir, alasanku selalu menolak ajakan nikah darinya, apa kalau bukan papahnya?” sinis dokter Luri seiring kedua matanya yang berembun.
“Ri ...? Memangnya sudah sejak dulu? Dan kamu tahu?” sedih dokter Anna. Padahal niatnya ke sana untuk membuat dokter Luri memihaknya.
Untuk pertanyaan yang kali ini, dokter Luri tak membalas dan malah menanyakan perkembangan unggahan video yang dilakukan dokter Anna.
“Sumpah Ri, aku enggak merasa melakukan itu!” yakin dokter Anna.
“Kamu enggak merasa karena kamu melakukannya setengah sadar atau malah mab*ok, tol—ol!” kecam dokter Luri kali ini marah-marah.
Dokter Anna, nyaris membalas sekaligus meyakinkan, tapi seseorang di luar sana membuat bel apartemen dokter Luri bunyi. Detik itu juga dokter Luri menatap dokter Anna dengan tatapan khas orang yang curiga sekaligus marah.
“Kamu enggak bawa siapa-siapa, kan?” tuding dokter Luri terlalu takut dokter Anna sengaja menjebaknya jatuh ke tangan polisi. Sebab kini, kasu-s Binar tak lagi ditangani oleh polisi sekaligus aparat yang dikendalikan nyonya Rima lagi.
“Sumpah, Ri. Enggak! Aku hanya sendiri karena sopirku saja, langsung aku suruh pergi!” yakin dokter Anna bersamaan dengan dokter Luri yang melangkah cepat menuju pintu.
Dokter Luri memastikan siapa yang datang melalui monitor CCTV di sebelah pintu. “Harusnya bukan Bagas karena aku baru menyuruhnya setelah Anna bilang mau ke sini, sementara tadi, Bagas masih ada pasien di rumah sakit,” pikirnya benar-benar tegang. Akan tetapi, adanya Adam di depan pintu sana justru mengubah segalanya.
Senyum cerah seketika terbit menghiasi wajah dokter Luri yang pucat. “S—serius? Adam ke sini? Bahkan dia sampai bawa bunga!” girang dokter Luri dalam hatinya dan buru-buru membuka pintu.
“Luri langsung girang gitu. Memangnya siapa yang datang? Bagas? Lah, tadi bilangnya gitu, bikin aku mikir bahwa sebenarnya selama ini Luri sengaja bikin Bagas bertekuk lutut ke dia buat balas dendam ke papahnya Bagas,” pikir dokter Anna tak kalah terkejut ketika yang datang justru Adam.
Adam dengan penampilan terbarunya yang sudah tak lagi gondrong sekaligus rapi memang tak ubahnya langit yang dihiasi pelangi sekaligus matahari dengan sinar hangat. Dokter Anna saja ibarat cuci mata dadakan gara-gara pertemuan tak terduga mereka. Apalagi, Adam sampai membawa buket bunga mawar merah berukuran terbilang besar, selain satu kantong beraroma lezat.
Adam memang sengaja mengunjungi dokter Luri karena bagian dari balas dendamnya dan Binar. Seperti yang Binar yakinkan, bahwa dokter Luri yang meski sudah berstatus sebagai kekasih dokter Bagas, memang mencintai Adam. Malahan karena rasa cintanya itu juga, Binar yakini menjadi alasan dokter Luri begitu membenci Binar.
“Oh, ada tamu?” ucap Adam yang memang tak mau ada orang lain selain ia dan dokter Luri di sana, bahkan meski itu dokter Anna.
“Enggak ... enggak. Anna sudah pamit pulang,” sergah dokter Luri sambil buru-buru mendorong pergi dokter Anna dari sana. Ia terus melakukannya hingga dokter Anna keluar, bahkan meski sahabatnya itu berusaha bertahan.
Karena kedatangan Adam juga, membuat dokter Anna ingat mengenai alasannya ada di sana dan itu membahas kas*us mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Sandisalbiah
girang banget lu, di samperin si Adam.. gak tau aja lu apa niatan si Adam... 😏😏😏😏
2024-02-20
0
mahyati Reva
setelah adam pulang, hati2 ya dr luri...nanti mukamu bisa2 langsung ga berbentuk...hahah
2024-01-12
1
Sugiharti Rusli
wah pintar cara si Binar ngejebak Luri melalui Adam😝😝😝
2023-12-15
0