“Tahun depan, ... ayo kita menikah!” ucap Adam sembari menatap Binar penuh keseriusan.
Kejadian tersebut terjadi sebelum Binar mendapatkan penghargaan dari rumah sakit. Di tengah suasana yang remang, juga Adam yang duduk persis di sebelah Binar, wanita cantik yang juga balas menatapnya itu tersenyum haru, sebelum akhirnya mengangguk-angguk.
“Deal, ya? Kamu mau nikah sama aku?” lanjut Adam sambil menahan senyumnya dan menatap Binar penuh cinta.
“Ini serius?” tanya Binar jadi serius dan tak lagi tersenyum. Binar mengawasi sekitar dan memang berisi orang-orang rumah sakit. Di tempat duduk yang ada di belakang mereka saja ada rombongan dokter Luri.
“Dikiranya aku lagi buat acara baru? Artisnya lagi liburan ke Bali sama istri dan adik-adikku!” balas Adam dan langsung kembali membuat Binar tersipu.
“Pilih cincin, apa aku?” ucap Adam menjadi sangat serius. Kedua matanya memang fokus menatap kedua mata Binar, tapi tangan kanannya sudah mengeluarkan cepuk perhiasan berbentuk hati. Yang mana, ulahnya itu sudah langsung mengejutkan Binar.
“Aku pilih kamu, aku kan mau nikahnya sama kamu!” sergah Binar langsung meraih sekaligus menggenggam tangan kiri Adam yang bebas.
Karena daripada cincin berlian putih berhias batu permata putih menyerupai hati yang menghiasi cepuk hati warna merah di tangan kanan Adam, Binar yang mengaku langsung deg-degan dan nyaris jantungan, memang lebih memilih Adam. Tangan kiri yang bebas menjadi alternatif Binar dalam memilih Adam.
Akan tetapi, kepanikan Binar tersebut justru membuat Adam tertawa.
“Ih kok kamu malah ketawa!” sebal Binar masih menggenggam erat tangan kiri Adam.
“Cincin ini buat kamu!” yakin Adam sambil berusaha menyudahi tawanya.
“Aku pilih kamu! Aku mau nikahnya sama kamu!” yakin Binar.
Mendapati itu, Adam berangsur mengangguk-angguk. Tangan kirinya balas menggenggam kedua tangan Binar. “Iya, kita akan menikah. Namun cincin ini aku siapin khusus buat kamu. Ada nama kita di cincinnya!” Setelah terdiam sejenak, di tengah keadaannya yang menjadi merasa sangat tegang, Adam berkata, “Boleh aku pasang sekarang? Biar aku agak lega, takutnya masih banyak yang lirik kamu!”
Kenyataan Adam yang menjadi merengek manja membuat Binar menertawakannya. Tawa kecil yang memang sengaja ditahan. “Boleh, tapi nanti di depan orang tua kita biar hasilnya lebih berkah!” lembut Binar.
“Berarti besok sekalian langsung Sah, ya?” ucap Adam sengaja menawar, tapi yang diajak hanya tersipu tanpa balasan berarti. Bahkan meski sepanjang kebersamaan, mereka nyaris selalu bergandengan.
Kini, di alam sadarnya, Adam yang memimpikan semua kejadian itu jadi tak hentinya menitikkan air mata. Adam yang ketiduran di meja kerjanya tak hentinya tersedu-sedu. “Bi ... kangen! Kamu harus baik-baik saja, yah, Bi! Aku janji akan secepatnya menyelesaikan ini!”
Adam sungguh tidak menyerah meski Akala dan kedua putrinya yang menyebarkan kasu*s Binar, sampai ditahan di kantor kepolisian dengan dak*waan pencemar*an nama baik. Adam terus memperjuangkan kas*us Binar. Ditambah lagi, Adam memiliki bukti. Adam berniat memperkarakan menghilangnya Binar dengan alat bukti yang ia miliki.
***
“Semua laporan ini tinggal diserahkan kemudian dikuatkan mengandalkan kekuatan vir*al!” ucap pak Aidan selaku ayah dari Narendra. Pak Aidan merupakan pengacara kawakan yang sudah terbiasa mengurus kasus besar.
Kini, Adam yang tak lagi memedulikan penampilannya hingga kumis maupun berewok tipis tumbuh dan membuat penampilannya tampak jauh lebih dewasa dari usianya, tidak hanya berdua dengan pak Aidan. Mereka ditemani pak Sepri, yang tak lain ayah sambung Binar.
“Temukan ayah dengan pihak rumah sakit. Takutnya mereka beneran amnesia, jadi kepala mereka wajib diban*ting biar otak mereka kembali ke posisi yang benar!” kesal pak Sepri sampai detik ini terus saja emosi. Terlebih karena kasu*s sekaligus menghilangnya Binar dan sudah berlangsung empat hari lamanya, ibu Suci sang istri selaku mamah Binar, sampai jatuh sakit. Andai tidak dilarang, tadi sebenarnya ibu Suci yang menginap di rumah Adam, berniat ikut ke kantor polisi.
Gaun dan ponsel Binar, rekaman CCTV rumah sakit, dan juga siaran langsung Binar yang selalu dikatakan sebagai pencemaran nama baik, Adam jadikan sebagai bukti. Pak Aidan mengambil alih semuanya, termasuk juga pembebasan kepada pak Akala dan kedua putrinya berkat kekuatan viral dan membuat pimpinan kepolisian sampai turun tangan.
***
“Surat panggilan dari kepolisian?” ucap nyonya Rima yang langsung terdiam dan menatap sinis surat pemberian dari pengacaranya. “Lalu, apa gunanya aku menyuap mereka dengan harga yang tidak sedikit?!” kesalnya dalam hati.
Di ruang kerjanya yang ada di rumah sakit, nyonya Rima benar-benar dongkol. Tubuhnya sampai gemetaran menahan emosi. Sementara perlahan tapi pasti, kedua tangannya yang ada di atas meja kerja warna putihnya berangsur mengepal.
“Mereka tak hanya menjadikan video sebagai bukti. Karena mereka juga memiliki gaun dan juga ponsel dokter Binar, Nyonya!” ucap pria tua berkulit hitam dan sampai detik ini masih berdiri di sebelah nyonya Rima. Pria bernama pak Arif dan merupakan pengacara nyonya Rima, tak kalah ketar-ketir dari rekannya. “Gaun dan ponsel dokter Binar ditemukan di gudang rumah sakit dan semua itu terekam di CCTV rumah sakit yang juga menjadi salah satu bukti akurat!”
“Gaun dan ponsel Binar? OG itu!” jerit nyonya Rima dalam hatinya. Tubuhnya makin gemetaran. Sementara giginya sampai terdengar bergemeretak karena emosi yang ditahan. “Kedua wanita samp*ah itu berani bermain-main denganku? Sepertinya mereka memang tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa!” batin nyonya Rima lagi karena ia tak mungkin mengucapkannya di depan orang lain bahkan itu pengacaranya, agar image baik yang selama ini melekat di dirinya, tidak ternod*a.
Beberapa saat kemudian, setelah dirinya hanya tinggal sendiri di ruang kerjanya, nyonya Rima sengaja menelepon seseorang. “Bu*n*uh kedua OG yang kemarin malam ....”
Hingga keesokan harinya ketika Adam mencari kedua OG yang akan dijadikan saksi, kedua wanita muda itu justru tak kunjung bisa ditemukan.
“Apakah menghilangnya mereka juga berkaitan dengan surat panggilan dari kepolisian yang sudah dikirimkan ke pihak rumah sakit dan harusnya sudah sampai diketahui oleh dokter Rima?” pikir Adam jadi bergerak makin hati-hati. “Di rumah tidak ada, di rumah sakit pun mereka absen tanpa keterangan,” pikir Adam lagi sambil melangkah pergi meninggalkan area Paradise Hospital.
Namun tanpa Adam sadari, dokter Luri yang tengah menuruni anak tangga menuju lantai Adam berada, melihatnya. Dokter Luri yang masih menjalani kehidupannya penuh kebahagiaan, tak segan berseru memanggil Adam sambil menghampiri.
“Mas Adam ke sini? Ada apa?” ucap dokter Luri sangat manis dan menatap Adam penuh senyuman.
Dihampiri Luri dan wanita itu terlihat sangat bahagia bahkan damai, dunia Adam mendadak berputar lebih lambat. “Kamu sebebas ini, padahal jelas kamu pelakunya! Tunggu pembalasanku!” batin Adam tak mau gegabah hingga ia tetap menjaga sikapnya. Ia sungguh hanya tinggal menunggu waktu untuk melakukan seranga*n balik kepada wanita cantik di hadapannya.
Di lain sisi, Binar mulai bisa bicara dan langsung disambut hangat oleh masyarakat yang menolong.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Sandisalbiah
jika pemimpin RS nya aja kelakuannya kek si Bima ini, di jamin itu RS banyak mal-prakteknya... harus segera di musnahkan mereka ini...
2024-02-20
1
mahyati Reva
ayo binar semangat...sepertinya kasus seperti ini beneran ada di dunia nyata...semoga bukan di negeri +62
2024-01-11
1
Katherina Ajawaila
puji Tuhan, saksi hidup msh ada , biar msk 5 dokter dan dokter kep ke hotel Prodeo, pasal pembunuhan berencana, hukum harus di tegaskan 🤫🤫🤫🤫
2024-01-03
1