Berbekal alat medis yang dimiliki para mafia, Binar mengeluarkan peluru yang bersarang di paha kanannya. Binar dibantu Koko yang ternyata paham pengobatan termasuk bedah membedah. Kemudian, yang Binar lakukan ialah mengambil waktu satu malam untuk menjalani infus guna memulihkan keadaannya.
“Malam ini aku akan menginap di sini. Namun besok pagi juga, aku akan membuat hidup mereka layaknya mimpi bur*uk!” Binar yang masih memakai mukena lengkap masih melakukan segala sesuatunya dengan lemah. Selain itu, ia memang tak pernah melupakan ibadah, selagi dirinya bisa. Layaknya kini, ia yang diberi tempat tinggal khusus di salah satu penginapan, tetap berusaha menjalankan kewajibannya.
“Bismillah, malam ini aku bisa tidur nyenyak,” batin Binar bersiap tidur. Ia sengaja berdoa demikian lantaran semenjak trag*edi itu, trage*di di malam ia mendapatkan penghargaan dari rumah sakit, ia jadi tidak bisa tidur nyenyak. Sebab di setiap ia mencoba tidur, bayang-bayang kejadian saat itu terus terputar tak ubahnya mimpi bur*uk. Mimpi buruk yang membuat Binar ketakutan bahkan kena mental.
“Sebenarnya, ... kalau bisa, ... maunya tidur ditemani mama. Maunya ditenangin yayah. Syukur-syukur, didongengin juga sama Adam.”
Jika tengah kembali pada posisinya yang merupakan manusia biasa, seorang wanita yang juga selalu ingin dimengerti bahkan bila bisa dimanja, Binar memang akan kembali lemah. Wanita yang wajahnya dipenuhi bekas luka berupa gumpalan daging yang menonjol melebihi ukuran normal kulit di wajahnya, akan menghabiskan waktunya dengan tangis. Binar sungguh akan menghabiskan waktunya dengan kesedihan dan air mata di setiap ia teringat nasibnya. Hanya saja Binar juga sadar, berlarut dalam kesedihan tidak akan pernah mengubah keadaan. Karena yang harus ia lakukan segera ialah memberi mereka pelajaran. Binar harus segera balas dendam.
———
Keesokan harinya, kabar terbun*uhnya orang suruhan mereka membuat dokter Luri dan rekannya termasuk para orang tua, melakukan rapat dadakan. Pro dan kontra menghiasi kebersamaan mereka perihal kabar Binar. Dokter Luri dan rekannya yakin Binar sudah mati. Terlebih di beberapa foto yang mereka kantongi dari orang yang melaporkan, sosok tabib cantik yang dilaporkan tidak begitu jelas dan terbilang tidak mirip Binar. Jadi, dengan gegabah dokter Luri menegaskan bahwa sosok yang sudah meresahkan mereka bukanlah Binar. Binar dokter Luri yakini sudah mati.
“Bagas sudah ke sana, dan dokter atau itu tabib wanita cantik itu memang bukan Binar!” yakin dokter Luri yang sebenarnya sudah sangat muak menghadapi kasu*s Binar. “Coba deh, Gas. Kamu jelasin. Biar kita enggak kayak orang beg*o yang tiba-tiba harus ngumpul, rapat bahas ini itu, sementara jelas-jelas, ini hanya gertakan dari mereka yang enggak bisa menerima kenyataan, bahwa ternyata si brengs*ek Binar sudah meninggal! Bangk*e emang!”
Dokter Luri benar-benar emosional. “Tapi meski begitu, kita harus tetap tangkap wanita sok eksis itu yang memang aku yakin sengaja menjebak kita!”
“Kalau itu bukan Binar, kenapa harus ada pembu*nuhan? Jangan lupa, wajah yang tidak mirip bisa direkayasa dengan make up. Terlebih terakhir, kamu meru*sak wajahnya! Terus, sudahkah kamu mengutus orang untuk mengambil sekaligus mengetes DNA yang ditemukan di TKP dan itu mobil yang mengantar Binar? Pengetesan DNA bisa kita jadikan alternatif pembuktian akurat!” tegas dokter Anna jujur karena ia sudah telanjur ketakutan.
Namun, apa yang terjadi? Dokter Luri yang telanjur emosi dan benar-benar sensit*f, justru menghampiri untuk memberinya tampara*n panas di pipi kiri dokter Anna. Detik itu juga keadaan menjadi mencek*am. Bukan hanya dokter Anna yang tidak terima. Karena orang tuanya yang ada di sana justru sangat tidak terima.
Tuan Andi dan nyonya Melisa selaku orang tua dokter Anna, dan statusnya sama-sama dokter sekaligus pemegang saham di sana, sungguh tidak terima dengan cara dokter Luri kepada putri mereka.
“Diam kamu! Kamu itu lemo*t, beg*o, jadi jangan sok pinter dan bikin keadaan makin runyam! Paham?!” tegas dokter Luri sambil menunjuk wajah dokter Anna yang menatapnya dengan tatapan tidak terima.
Tuan Andi mendorong bahu dokter Luri agar menjauh. Sementara nyonya Melisa segera merengkuh tubuh sang putri yang ia peluk penuh sayang.
Dokter Luri sendiri nyaris mengamuk andai dokter Bagas tidak menahan, mendekapnya erat dari belakang. Namun karena keputusan dokter Bagas juga, kemarahan dokter Luri makin tak terbendung. Dokter Luri memilih pergi dari sana karena merasa tak dihargai. Namun tentu saja, cara yang dokter Luri lakukan masih sangat emosional. Pintu yang ditinggalkan tak hanya wanita berambut panjang bergelombang itu tend*ang. Karena dokter Luri juga sampai membantingnya.
Karena sikap dokter Luri tersebut juga, keadaan di sana jadi sangat tidak nyaman. Orang tua dokter Anna menatap kecewa kedua orang tua dokter Luri.
“Jangan lupa, adanya keterlibatan kami sepenuhnya karena Luri! Jadi tolong didik putri kalian!” tegas Tuan Andi.
Bersama sang istri, Tuan Andi membawa dokter Anna pergi. Diam-diam, dokter Anna melirik dokter Thomas. Sosok yang justru makin menambah kesedihannya lantaran pria itu justru digandeng erat sebelah tangannya oleh dokter Kristine. Karenanya, mereka yang memang memiliki hubungan spesial rahasia, hanya melepas rasa melalui tatapan.
Malamnya, kelima pelaku perun"dungan terlebih dokter Luri kompak mimpi bu*ruk. Efek terlalu takut telah meleny*apkan Binar dengan sengaja, membuat mereka dihantui sosok Binar yang mereka yakini sudah mati. Anehnya, keesokan harinya, teror balas dendam kelimanya dapatkan di meja kerja masing-masing.
Kartu nama mereka yang ditaruh di tengah-tengah meja kerja masing-masing, dilumuri darah, selain selembar kertas yang berisi pesan mengerikan.
—Aku masih hidup dan aku kembali. Aku siap melakukan ser*angan balik. Tunggu saja giliran kalian!—
Terseok-seok kelimanya lari ketakutan keluar dari ruang kerja masing-masing. Khususnya dokter Anna yang paling ketakutan dan sampai menangis. Dokter Anna yang terlalu terbawa suasana, memeluk dokter Thomas sambil membawa kertas berisi pesan ancamannya.
Tentu kenyataan dokter Anna tersebut membuat dokter Kristine marah. Wanita tomboy itu tak segan menarik kas*ar dokter Anna, menjauhkannya dari calon suaminya.
“Apaan, sih? Enggak jelas banget? Kenapa harus peluk-peluk suamiku? Sana peluk tembok saja atau malah peluk saja tong sam*p*ah!” kesal dokter Kristine tak segan mema*ki.
Dokter Anna yang jujur saja telanjur ketakutan, menjadi tidak bisa untuk tidak menangis karena diperlakukan layaknya sekarang. Namun apa daya, dokter Thomas yang sebenarnya sedih, tak bisa berbuat banyak.
“Set*an yah kalian! Tahu situasinya sedang begini, bisa-bisanya kalian ribut enggak jelas!” kesal dokter Luri yang buru-buru lari sekaligus pamit, untuk memastikan sosok pengirim tero*r, melalui rekaman CCTV.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Muhammad Fauzi
selamat datang karma
2024-03-15
1
Sandisalbiah
dimana wajah angkuh, songong kalian.. sesadis itu perlakuan kalian ke Binar.. giliran baru di suguhin kartu nama berdar aja udah pada panik.. dasar pecundang emang..
2024-02-20
0
mahyati Reva
hahaha...ko bisa sih iblis lari ketakutan...iblis cemen ternyata
2024-01-12
1