Pertama kali bercermin dan itu satu minggu lalu, Binar sempat tidak bisa berhenti menangis. Karena selain keadaan wajahnya yang terluka parah, Binar juga sampai tidak bisa mengenali wajahnya sendiri.
Sempat terpukul sekaligus terpuruk, Binar berusaha semangat sekaligus bangkit agar dirinya bisa secepatnya balas dendam. Dan sebagai gantinya, Binar makin getol bersosialisasi dengan warga di sana, guna mempelajari apa yang ia butuhkan.
Kini, Binar mulai mempelajari kebiasaan masyarakat setempat hingga dokter muda berbakat itu mengetahui sederet manfaat sekaligus obat-obatan di sana.
“Warga sedang bekerja sama menyiapkan kelapa untuk dijadikan minyak. Para lelaki memanjat pohon kelapa. Mereka memetik kelapa tua yang kaya akan santan selaku bahan utama minyak kelapa,” batin Binar masih sibuk mengawasi dengan saksama keadaan di sana, selain ia yang sampai terlibat sekaligus menjadi bagian dari kesibukan para wanita.
Para wanita sedang menyiapkan bahan masakan dan posisinya tidak begitu jauh dari sungai tempat Binar ditemukan. Dengan perka*sa, sebagian dari wanita menyiapkan bambu. Yang Binar tahu, mereka akan memasak nasi bakar menggunakan bambu. Selain sudah menyediakan beras sebagai bahan utama nasi, di sana juga sudah disediakan aneka ikan besar yang tengah diolah dan sebelumnya para wanita tangkap di sungai Binar ditemukan.
Sejauh ini, yang Binar tahu, minyak kelapa hanya digunakan untuk memasak atau dijadikan sebagai cairan kumur bagi mereka yang memakai gigi palsu. Dengan kata lain, hanya orang-orang tertentu saja yang memakainya. Namun bagi masyarakat setempat, mereka menyulap minyak kelapa menjadi serba guna. Benar-benar bukan hanya untuk memasak. Karena mereka juga menggunakan minyak kelapa yang dibuat untuk minyak rambut, minyak urut, pelembab kulit alami, maupun bagian dari beberapa ramuan. Untuk aromanya agar memiliki sensasi berbeda, mereka sengaja menambahkan beberapa bunga seperti kelopak bunga mawar, bunga melati, bunga kenanga, atau malah irisan daun pandan sebagai aroma minyaknya.
“Kemarin aku belajar membuat sabun mandi, sabun cuci, dan juga shampo. Salah satu contohnya, orang-orang di sini menggunakan mengkudu matang untuk menghilangkan ketombe. Mereka juga menggosok gigi mereka menggunakan serbuk arang agar gigi mereka kuat. Lalu, kegiatan menginang yang mereka jalani juga menjadi salah satu penguat gigi alami agar mereka tidak mengalami penyakit gigi,” batin Binar lagi. Selain itu, yang paling mencolok, aroma yang masyarakat setempat pilih untuk keperluan mandi sekaligus perawatan kulit, masih serba bunga atau setidaknya daun pandan. “Andai semua ini dikembangkan, pasti bisa menjadi produk kecantikan sekaligus kesehatan yang ramah lingkungan.”
“Ada apa? Ada apa?” heboh para warga bersama beberapa anak yang datang sambil menangis.
Anak-anak yang tadi sempat sibuk membantu, datang dengan keadaan kulit merah sekaligus bentol. Mereka yang jumlahnya ada enam orang, menangis kegatalan dan tak hentinya garuk-garuk. Keenamnya kompak mengaku bahwa selain gatal, kulit mereka juga panas.
“Ini tadi kalian main di mana? Ini rac*un ini!” heboh salah satu ibu-ibu dan merupakan salah satu ibu dari korb*an.
“Ternyata selain kaya akan manfaat, di sini juga ada rac*un!” batin Binar antusias. “Aku juga ingin mempelajarinya. Aku akan membuatnya secara khusus untuk Luri dan para ibl*is itu!” Binar yang sampai detik ini masih berbicara dalam hati benar-benar bersemangat. Terlebih membayangkan Luri dan para pasukannya kegatalan, panas, sekaligus kulit Luri dan pasukan yang langsung ru*sak.
“Mereka sudah menghakimiku tanpa alasan. Karena sampai sekarang, aku beneran belum tahu kesalahanku kepada mereka. Aku benar-benat belum tahu alasan mereka menghancur*kanku. Jadi, saat nanti tiba waktunya, aku akan mengajari mereka, agar mereka terbiasa memiliki alasan ketika mereka berani memasuki apalagi meru*sak hidup orang!” Itulah sumpah Binar dalam hatinya. Karena sampai detik ini, Binar hanya berani berbicara dalam hati, dan itu Binar lakukan sambil merenung sekaligus mengawasi keadaan dengan serius.
Di tempat berbeda, Adam tengah berlari sangat kencang. Adam memasuki area kantor kepolisian. Tak seperti biasa, kini di sana terbilang sangat ramai. Halaman hingga sekitar jalan sana penuh awak media yang sibuk meliput. Alasan yang juga membuat Adam di sana.
Panik, Adam menerobos beberapa awak media yang menghalangi langkah larinya. Konferensi pers kas*us Binar, itulah yang terjadi sebentar lagi. Polisi berdalih telah menemukan sekaligus menetapkan pelaku pembun*uhan berencana kepada Binar yang kasusnya sangat viral hingga sekarang. Sebentar lagi, pelaku sekaligus motifnya akan segera diumumkan.
“Pembu*nuhan berencana? Maksudnya, pihak kepolisian yakin, Binar sudah meninggal?” pikir Adam. Ia yang memang datang sendiri, mendadak menjadi bagian dari situasi berdesak-desakan tak lama setelah rombongan polisi datang disertai dua sosok memakai seragam oren dan wajah hingga dadanya ditutupi menggunakan topi sekaligus penutup khusus warna hitam.
“Dua? Polisi sudah menetapkan dua orang tersangka. Kira-kira siapa? Ya Allah, kenapa ini nomor Uncle Aidan masih saja sibuk. Aku harus mengabarkan ini sekarang juga karena firasatku beneran jadi enggak enak!” Dalam hatinya, Adam sibuk uring-uringan. Ia dapati di luar sana, beberapa pedemo yang memperjuangkan keadilan untuk Binar, sudah berdatangan.
Sambil membawa poster sekaligus foto Binar, mereka kompak berteriak menuntut keadilan untuk Binar.
“Buka topi dan tutup wajahnya, bukaaaa! Ibl*is berwujud manusia seperti mereka wajib dipublikasikan agar dunia tahu siapa mereka dan apa yang sudah mereka lakukan!” tuntut pedemo di depan gerbang kepolisian. Beberapa dari mereka menggunakan pengeras suara hingga keadaan menjadi makin riuh.
Padahal, agenda konferensi pers dari polisi yang digelar tiba-tiba tanpa jadwal khusus saja, sudah membuat masyarakat datang berbondong-bondong dan itu membuat keadaan sangat riuh. Apa kabar andai mereka sampai anarkis?
Ketika akhirnya penutup kepala maupun wajah pelaku yang kedua tangannya sampai diborgol di depan perut, akhirnya dibuka, Adam benar-benar terkejut. Adam refleks sempoyongan dan nyaris terjatuh andai kedua tangannya tak gesit berpegangan pada sekitar.
“Mereka?” batin Adam sulit percaya dan memang jadi mendadak tak bisa berpikir lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Ita Mariyanti
bnr2 Ki Rima menjijikan sbg manusia yg berpendidikan tinggi klakuan nya
2024-12-01
0
Ida Ulfiana
kasian 2OG jd tumbal
2024-08-24
1
Nengnong4 ²²¹º
bener2 iblis mereka😤😤😤
2024-03-12
0