Sebagai seorang dokter, Binar pernah disumpah untuk menjalankan tugas sekaligus pekerjaannya dengan semestinya. Tentunya, melukai orang tidak ada dalam kamus hidup apalagi pekerjaannya. Hanya saja, kini Binar dalam keadaan terancam. Nyawa Binar menjadi target dari ketiga pria yang mengawal. Karena bukannya memberi izin keluar untuk pipis seperti permohonan Binar, ketiganya justru bekerja sama menyer*ang Binar, setelah sang sopir menghentikan laju mobil.
Terpaksa, Binar menggunakan sunt*ikan yang sebelumnya sudah ia isi ramuan sekaligus siapkan secara khusus. Dua diantara ketiganya yang awalnya menik*am sekaligus berusaha mem-bu-nuh
Binar menggunakan pisau tajam, perlahan lemas setelah mendapatkan sunt*ikan secara asal dari Binar. Namun, pria berseragam hitam yang duduk di balik kemudi dan menatap Binar marah, justru mengeluarkan sebuah pis-t*ol.
Di tengah tampangnya yang menjadi sangat keji, pria di depan Binar tersebut mengarahkan moncong pist*olnya, hingga sebuah peluru melesat dari sana menuju Binar. Refleks, Binar yang sangat terkejut karena jantung Binar saja seolah copot hanya karena mendengar ledakan dari melesatnya peluru, menggunakan pria di sebelahnya untuk berlindung. Hingga yang ada, justru pria tersebut yang menjadi sarang peluru.
“Ini enggak bisa dibiarkan. Aku terjebak!” batin Binar di tengah jantungnya yang sudah berdetak tak karuan. Terlebih ketika melalui lirikannya, si pria di balik kemudi justru menjadikan salah satu paha Binar sebagai tujuan.
“M—mah ... ya Allah!” batin Binar menangis ketakutan sekaligus kesakitan.
Beruntung, tak lama setelah terdengar suara ledakan dari luar, ada yang muncrat dari dahi si pria pene*mbaknya dan itu darah segar. Darah segar yang sampai mengenai paha kanan Binar yang terluka.
“M—mereka siapa lagi?” batin Binar masih ketakutan karena biar bagaimanapun, ia hanya wanita sekaligus manusia biasa yang juga masih memiliki rasa takut. Rasa takut yang juga sampai membuat tubuhnya gemetaran hebat. Meski setelah ingatannya mendadak dihiasi adegan dirinya dibul*y, diperlakukan tak manusiawi dan terakhir kejadian kini, keberanian yang sebelumnya belum pernah Binar pikirkan akan ada dalam dirinya, tak ubahnya nyawa tambahan yang siap menemani balas dendam Binar.
Iya, luka-luka di masa lalu, membuat Binar seolah memiliki banyak nyawa tambahan. Nyawa tambahan yang membuat Binar makin mantap untuk balas dendam.
“Aku pernah sangat terluka. Bahkan aku pernah akan mati dan sampai sekarang masih saja dihab*isi. Jadi, tidak ada alasan untukku takut lagi!” batin Binar. Ia mendapati seorang pria berpakaian serba hitam, dari celana levis panjang, kemeja, jaket, masker, dan juga topi yang dikenakan.
“Mbak Binar, ayo ikut saya. Saya anak buahnya paman Syam. Lihat, paman Syam bahkan Bos Helios dan Bos Excel, memberi titah kepada saya secara khusus. Nyawa Mbak Binar benar-benar terancam karena aparat sekaligus pihak kepolisian yang telanjur berbohong juga sedang berusaha menangkap Mbak Binar. Mereka kompak berusaha menyingk*irkan Mbak Binar demi melindungi marwah maupun kepentingan mereka!” ucap si pria dan membuat Binar tidak bisa untuk tidak menolak.
Bersama pria mafia bernama Koko tersebut, Binar menggunakan helikopter. Namun sebelum mereka pergi dari sana, Koko sengaja mendorong mobil yang sempat mengangkut Binar, ke pinggir jalan dan merupakan lereng menuju sungai.
“Benar, mereka yang sudah telanjur berbohong pasti sedang sibuk berusaha menyelamatkan diri. Entah dengan menyi*ngkirkanku, atau malah saling sikut bahkan hal yang di luar prediksi. Mereka seolah terbiasa mengorba*nkan nyawa orang. Jadi ham semacamnya bahkan lebih, bisa saja mereka lakukan. Beruntung, ada pertolongan dari pihak keluarga dan mereka sungguh tidak kaleng-kaleng,” batin Binar sudah duduk di sebelah Koko. Sementara di depan mereka ada yang menyetir secara khusus.
“Setelah ini, apakah ada perintah atau hal khusus yang harus aku jalani?” tanya Binar. Ia tak hanya takut salah jalan, tetapi juga berusaha menghargai uluran tangan yang ia dapatkan.
Koko berangsur menatap Binar. “Lakukan apa pun yang ingin Mbak lakukan. Kami percaya kepada Mbak, yang mana kami akan diam-diam mengawal. Agar kejadian seperti tadi yaitu Mbak yang dise*rang, tak sampai terjadi lagi.”
Mendengar itu, Binar langsung mengangguk paham. Ia sangat bersemangat karena dengan kata lain, kini ia tak berjuang sendiri. “Terus, yang di desa Istimewa aman, kan? Soalnya tadi aku lihat, dokter Bagas bahkan mungkin lebih, tampaknya akan melakukan penyelidikan ke sana.” Tentu Binar tidak akan membiarkan kenyataan tersebut begitu saja meski yang Binar tahu, di sana sudah ada lima mafia yang jaga-jaga.
“Aman, Mbak. Semuanya sudah diatur sedemikian rupa, dan di sana juga masih ada lima yang berjaga,” yakin Koko dan membuat Binar benar-benar lega.
“Alasan utamaku tidak mau membuat para ibli*s tahu keadaan di desa Istimewa, bukan semata karena aku tak mau mereka tahu keistimewaan di sana. Namun juga karena warga di sana sangat baik. Aku tidak mau mereka jadi korban keegoisan para ibl*i*s!” batin Binar.
Tiga puluh menit kemudian, Binar melenggang bebas karena ada dua mafia yang mengikuti dan siap membantu. Sementara di tempat berbeda, kabar tersebut membuat nyonya Rima maupun dokter Luri dan kawan-kawan, harap-harap cemas.
“Apakah memang ada yang membantunya? Kenapa dia seolah punya banyak nyawa?” cemas nyonya Rima.
Dokter Luri dan kedua rekan dokter wanitanya sampai berkaca-kaca karena ketakutan yang mereka rasa. Tidak ada yang tidak merasa terancam, bahkan itu dokter Thomas yang dari semuanya, tampak paling tegar.
“Kita tunggu kabar dari Bagas karena dia sedang cek lokasi di sana!” sergah dokter Thomas.
Setelah keempat wanita di ruang kerja nyonya Rima menatap dokter Thomas atas komentar yang ia berikan, nyonya Rima justru menemukan kesimpulan lain.
“Pasti memang ada yang menolong. Masalahnya, apakah itu pihak kepolisian yang sebenarnya ingin bersih-bersih dan itu mewajibkan untuk mengha*bisi Binar?” pikir nyonya Rima.
Detik itu juga, dokter Luri, dokter Kristine, terlebih dokter Anna, sudah langsung tersenyum lega. Ketiganya tampak langsung bisa bahagia. Karena dengan kata lain, akan ada yang membantu sekaligus melindungi mereka dari an*caman Binar.
“Tapi enggak ada salahnya kalau kita ambil kemungkinan pahit juga. Bagaimana jika yang ikut campur justru kub*u Binar yang selama ini selalu melawan kita dengan apa-apa serba viral?” sergah dokter Thomas tak mau selalu berangan-angan semuanya baik-baik saja, sementara ia merasakan sendiri bahwa semuanya tidak baik-baik saja.
“Jangan lupa, kekuatan viral bisa bikin siapa pun, termasuk itu yang punya kedudukan maupun yang punya banyak uang, dihakim*i habis-habisan!” lanjut dokter Thomas hingga keempat orang di sana mendadak merasakan apa itu mimpi bur*uk tanpa harus tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Rosmiati Ros
kisah binar ini sprti kasus nyata dan keadaan yang real terjadi di negara ku tercinta, hukum bisa di beli dgn uang
2024-05-15
1
Muhammad Fauzi
haahhahaha akhirnya di mulai juga....
/Angry//Angry//Angry/
lanjut thor
2024-03-15
0
Sandisalbiah
org yg berbuat salah apa lagi kesalahan fatal, gak akan bisa tenang.. hatinya selalu si cekam kecemasan.. makanya mikir ulang sebelum berbuat jgn mengikuti hawa nafsu..
2024-02-20
0