Tubuh Binar yang hanya memakai pakaian d*alam, terombang-ambing terbawa arus sungai yang sangat deras. Sepanjang itu, kedua mata Binar terus dalam keadaan terpejam. Hingga keempat orang yang membuangnya yakin, dokter muda itu telah mati.
Dokter Anna yang merekam menggunakan kamera ponselnya, dari jalannya pembuangan tubuh Binar, hingga tubuh Binar yang tak lagi bisa kameranya jangkau, tersenyum puas kegirangan. Layaknya anak kecil yang akhirnya mendapatkan mainan yang sudah sangat lama diincar, ia menghampiri kebersamaan. Ketiga rekannya yang tak luput dari darah Binar.
“Lalu, bagaimana dengan siaran langsungnya?” sergah dokter Kristine ketakutan karena biar bagaimanapun, siaran langsung yang Binar lakukan pasti telah diakses banyak orang.
Segera dokter Kristine merebut ponsel dokter Anna, tapi rekannya itu tak mengizinkan. Malahan, dokter Anna jadi ketakutan, seolah memang ada yang wanita manja bin tulalit itu sembunyikan di gawai canggih berwarna pink-nya.
“Kenapa? Pelit banget! Kayak sama siapa saja!” kesal dokter Kristine.
“J-jangan, ... kamu enggak boleh lihat-lihat hapeku!” takut dokter Anna sambil melirik dokter Thomas dengan tatapan manjanya. Namun, yang ditatap langsung kebingungan dan perlahan menepis tatapannya, selain dokter Thomas yang sampai memalingkan wajah darinya.
Dokter Kristine mendengkus sebal kepada dokter Anna. Ia mendekati dokter Thomas yang notabene merupakan tunangannya. Bahkan tak kurang dari empat bulan lagi, mereka akan melangsungkan pernikahan. “S—sayang, pinjam ponselmu dong. Ponselku, aku tinggal di mobil. Ribet kalau harus bolak-balik ambil, sementara kita harus mastiin jejak siaran langsung Binar secepatnya. Tadi Luri langsung bikin hape Binar mati. Takutnya malah jadi bumerang buat kita.” Tanpa membuat yang bersangkutan memberikan ponselnya, dokter Kristine sudah merogoh saku sisi kanan celana dokter Thomas dan membuatnya menemukan yang ia inginkan.
Bersamaan dengan itu, baik dokter Bagas maupun dokter Kristine tak mengetahui, bahwa lagi-lagi, ada dua pasang mata yang bertatapan gelisah penuh arti. Iya, lagi-lagi dokter Thomas dan dokter Anne melakukannya secara diam-diam. Termasuk keduanya yang nekat diam-diam bergandengan bahkan meski dokter Kristine ada di hadapan mereka.
“Ratusan penonton dan ... mulai rame di IG. Astaga ....” Dokter Kristine ketar-ketir.
“Ngapain harus repot kalau orang tua kita apalagi orang tua Luri bisa menggunakan kekuasaan yang kita miliki buat menyu*ap para polisi termasuk pejabat?” enteng dokter Anne dan langsung membuat kebersamaan mereka dihiasi renungan dadakan. Renungan dadakan yang juga membuat ketiga rekannya kembali bertatapan tapi kali ini ketiganya juga kompak mengangguk setuju.
Sementara itu, di tempat berbeda, Nyonya Rima dan para orang tua langsung membersihkan TKP. Namun, mereka hanya menjadi pengawas karena dua orang office girl yang mereka panggil lah yang langsung membersihkan. Akan tetapi, kedua wanita muda yang mereka suruh sudah langsung mengenali gaun putih Binar yang terkapar di lantai.
“Ini punya dokter Binar, kok penuh darah? Jangan-jangan, darah di lantai, tembok, termasuk darah yang di pintu lemari dan harus kita bersihkan, juga masih punya dokter Binar?” lirih Nira, wanita berjilbab hitam yang kemudian memungut gaun Binar.
Gaun putih milik Binar memang terkapar di lantai sebelah lemari depan ruang rahasia berada. Namun, ruang rahasia di sana sudah kembali ditutup dan tak sampai diketahui kedua OG tersebut.
“Terus ini orangnya ke mana? Dokter Binar, baik-baik saja, kan?” balas Tary, wanita muda berjilbab kuning yang juga tak kalah khawatir dari Nira. “Dokter Binar orang yang sangat baik. Masih muda, tapi sangat berwibawa, bahkan ibarat barang dia serba guna. Tadi saja kabarnya, dokter Binar dapat penghargaan sebagai dokter teladan tahun ini. Bismilah, harusnya ini bukan bertanda buru*k.” Bersama sang rekan, mereka yang bertatapan kompak mengangguk, mengharapkan doa baik mereka untuk orang sangat baik sekelas Binar, juga segera diwujudkan.
“Ayo Mbak, ... tolong bantu lebih cepat. Soalnya, ruangan ini harus segera dibersihkan dan memang mau dipakai buat taruh barang. Ini tadi ada yang jatuhin boks isi kantong stok darah, jadi berdarah-darah gini. Darah sebanyak itu, yang beresin phobia darah ya enggak beres-beres. Kesannya jadi habis ada apa, kan? Sudah, kalian enggak usah takut!” ucap nyonya Rima sangat lembut seiring ia yang tersenyum manis. Seolah, semuanya memang baik-baik saja. Hingga ucapannya yang juga merupakan bagian dari sandiwara, langsung berhasil mengelabuhi kedua wanita yang tadi sempat ia pergoki kebingungan bahkan takut, akibat keadaan di sana yang memang berdar*ah-darah, terutama gaun Binar yang sebelumnya belum sempat mereka singkirkan. Terlebih, sandiwaranya juga ia lengkapi dengan rangkulan hangat pada masing-masing lengan yang bersangkutan.
Citra seorang nyonya Rima yang selalu santun sekaligus merakyat hingga dikenal sebagai orang yang sangat baik, membuat kedua office girl di sana, percaya-percaya saja. Termasuk ketika keduanya sampai diberi gepokan uang seratus ribu dan dipaksa tutup mulut. Hanya saja, kebaikan Binar selama ini kepada kedua office girl tersebut membuat keduanya ragu meski gepokan uang telah mereka kantongi.
“Maaf, Dok, ini gaunnya dokter Binar, kan?” tanya Tary memberanikan diri. “Ini kami harus mengembalikannya ke dokter Binar, apa bagaimana?”
Mendapatkan pertanyaan tersebut, nyonya Rima sudah langsung tidak bisa menjawab. Ia yang sudah ditinggal kesembilan rekannya, termasuk juga sang suami, sampai lupa bernapas karena biar bagaimanapun, wanita paruh baya itu sadar, apa yang menimpa Binar merupakan kesalahan fatal.
Belum sempat memberikan balasan apalagi balasan pasti sekaligus masuk akal, kenyataan Nira yang menemukan ponsel Binar, justru membuat nyonya Rima makin tak karuan. Namun, nyonya Rima yang telanjur panik sekaligus takut, langsung merebut ponsel Binar dari tangan Nira.
Nira dan Tary jadi ikut tak karuan. Mereka yang memang sudah tahu ponsel yang tengah diotak-atik nyonya Rima merupakan ponsel Binar, makin bertanya-tanya. Gaun dan ponsel Binar kenapa sampai dihiasi darah, sementara pemiliknya entah di mana?
Menggunakan ponsel tersebut, nyonya Rima langsung menutup akun insta*gra*m milik Binar. Nyonya Rima berusaha menghilangkan jejak, membuang ponsel Binar diam-diam ke tong sam*pah besar di depan gudang yang masih dibersihkan, sebelum akhirnya memilih pergi begitu saja. Akan tetapi, kedua office girl yang telanjur penasaran sengaja mengintai.
Ponsel dan gaun Binar yang dibuang nyonya Rima, diam-diam Tary dan Nira ambil. Tepat ketika keduanya baru saja mengambilnya, Adam yang masih mencari Binar, lewat dan memergoki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Priskha
kata2nya kadang msh membingungkan
2024-12-12
0
Sandisalbiah
keluarga Binar gak akan tinggal diam.. pastinya... jgn kan rumah sakit kalian, bahkan nyawa kalian juga bakal di tutup... dan di not aktifkan....
2024-02-20
1
mahyati Reva
simpan dan amankan 2 barang bukti itu ya adaaammm...
2024-01-11
2