“Motif sakit hati menjadi alasan kedua pelaku merencanakan pembun*uhan. Selama satu minggu, kedua pelaku menyusun sekaligus mencuri kesempatan untuk membun*uh korban. Hingga jadilah di malam penerimaan penghargaan yang diselenggarakan rumah sakit, kedua pelaku berhasil memujudkan rencananya.” Pimpinan tertinggi di kantor kepolisian kasus Binar ditangani menjelaskan kronologi kejadian pembu*nuhan kepada Binar.
Keadaan sudah langsung mengundang pro dan kontra. Ada yang langsung tidak percaya dan tak segan meminta pihak kepolisian untuk kembali mengusut lagi. Namun, tak sedikit juga yang berusaha menerima, mendengarkan setiap penjelasan dari pihak kepolisian maupun kedua tersangka yang sudah ditetapkan sekaligus ditahan.
Dua tersangka yang tengah pihak kepolisian kenalkan dan memang sudah menjadi pusat perhatian ialah mereka yang pernah memberi Adam barang bukti.
“Enggak ... ini enggak mungkin!” batin Adam tak bisa menerima kenyataan yang terjadi. Terlebih ia masih sangat ingat, Luri dan Nira selaku OG yang memberinya barang bukti. “Mereka pasti hanya dikor*bankan.”
“Kami sakit hati kepada dokter Binar yang selalu pura-pura baik, tapi aslinya bus*uk!” tegas Nira.
Tary yang ada di sebelah Nira berkata, “Dokter Binar memiliki sisi gelap sekaligus kebiasaan bur*uk yang sulit dikerjakan. Dia bagian dari perdagangan wan*ita dan kami merupakan dua dari sekian banyak yang menjadi korbannya.”
“Kalian diancam? Seberapa banyak kalian dibayar? Justru jika cara kalian begini, memfitnah korban yang jelas-jelas sudah sangat dirugikan, ... kalian sama saja dengan para ibli*s berwujud manusia itu!” lantang Adam. Ia tak terima dan sampai nekat menerobos awak media.
Kini, Adam berada persis di depan kedua OG yang sedari awal diberi kesempatan untuk menjelaskan, dengan sangat lantang memberikan keterangan sangat merugikan kepada Binar.
“Lalu bagaimana dengan siaran langsung? Dengan akun yang mendadak ditutup? Gaun yang penuh darah? Gudang yang harus secepatnya dibersihkan karena penuh darah? Ponsel yang layarnya remuk. Juga, bagaimana juga dengan rekaman CCTV?!” lantang Adam lagi.
Sadar kas*us Binar membutuhkan kekuatan vir*al, Adam juga tak segan mengajak awak media maupun masa yang sengaja datang untuk menyaksikan secara langsung perkembangan kas*us Binar, mengusut tuntas.
“Tenang dulu ... kami bahkan sudah menemukan jenazah korban yang memang sudah membusuk setelah dibuang ke sungai!” Ketua kepolisian yang dari tadi menjadi juru bicara di sana, berusaha meredam usaha Adam.
Namun, Adam tak gentar. Adam sama sekali tidak takut apalagi menyerah. “Sudah jadi korban dan sampai detik ini belum kita ketahui pasti keadaannya, sementara sekarang kalian justru memfitnahnya sekeji ini?” Air mata Adam menjadi saksi, betapa ia sangat marah sekaligus sedih.
“Tolong tenang dulu. Jangan membuat keributan dan justru hanya membuat keadaan makin runyam terlebih kami belum selesai menjelaskan. Tenang dan biarkan kami menyelesaikan semuanya!” tegas sang piminan tertinggi yang membuat Adam sampai ditahan oleh dua orang polisi.
Adam sampai d*iseret, dibawa pergi dari sana karena terus melakukan protes. Namun, awak media maupun sebagian masa yang memang mengawal kasu*s Binar tidak terima.
“Siaran langsung itu terjadi ketika korban sedang bersama para muc*ikari. Karena sejauh mengawal kasus yang sudah hampir berjalan tiga bulan, korban tergolong orang jenius, manipulatif, bahkan psikopat!” yakin pimpinan tertinggi kepolisian di sana.
“TERUS SAJA FITNAH BINAR. TERUS KELUARKAN SPEKULASI TAK MASUK AKAL MAUPUN TAK MANUSIAWI, HINGGA MANUSIA WARAS AKAN SEMAKIN PAHAM, SEBERAPA BOBROK HUKUM DI NEGARA INI!” Adam terus berteriak di tengah air matanya yang berlinang. Ia sangat emosional dan memang dendam. Tak peduli meski karena ulahnya, ia makin diseka*p.
“B—unuh, dia!” tegas nyonya Rima yang diam-diam tengah menyaksikan jumpa pers dan memang disiarkan secara langsung hampir oleh semua stasiun televisi.
Saking viralnya kasus Binar, hampir semuanya dan itu dari semua kalangan, termasuk mereka yang dari negara tetangga, kompak menaruh perhatian. Mereka kompak mengawal kasus Binar. Karena selain kas*usnya yang tidak wajar, Adam dan rombongan juga begitu gencar memperjuangkan nasib Binar
Dokter Luri yang memang ada di sana bersama semua pelaku, langsung gelisah.
“Kenapa harus mengorbankan yang lain kalau dua OG itu saja sudah cukup? Sudah lah, ditutup saja kasusnya. Nanti kalau merambah ke mana-mana, gimana?” ucap dokter Luri sengaja membuat Adam di posisi aman. “Bagaimanapun caranya, aku harus memastikan Adam aman!” batin dokter Luri refleks menghela napas dalam. Ia tak sengaja menoleh ke sebelah kirinya. Di sana ada dokter Kristine dan dokter Thomas yang saling menggenggam satu sama lain. Keduanya dokter Luri yakini refleks begitu karena keduanya akan menikah dalam waktu dekat.
Setelah menghela napas dalam, dalam hatinya dokter Luri berkata, “Aku juga ingin seperti itu dengan Adam. Adam yang sangat perhatian, Adam yang sangat lembut dan benar-benar suami idaman.” Padahal di sebelahnya, ada dokter Bagas yang jelas-jelas kekasihnya.
Dokter Bagas tengah fokus dengan ponsel. Pria berambut ikal rapi itu sibuk mengetik di ponsel. Sementara di sebelah dokter Thomas, ada dokter Anna yang diam-diam berangsur menggenggam sebelah tangan dokter Thomas yang tidak menggenggam tangan dokter Kristine.
***
Sekitar dua hari kemudian, bersama kesehatannya yang makin membaik, Binar yang sudah bisa jalan sekaligus komunikasi dengan lancar, sengaja mengedukasi masyarakat setempat untuk membuat ramuan herbal dalam berbagai bentuk. Termasuk juga kosmetik warga setempat yang sampai Binar sederhanakan pembuatannya, selain Binar yang juga praktik merias wajah hingga bekas luka di wajahnya yang belum sepenuhnya hilang, bisa tertutup.
Alasan kesibukan tersebut juga yang membuat Binar mendapatkan akses ke kota. Binar bertemu dengan pejabat penting dan siap menjembatani Binar kembali ke Jakarta.
“Aku mengenalkan diriku sebagai dokter Binar, tapi tak ada satu pun dari mereka yang sadar bahwa ini aku, hanya karena aku merias wajahku menyerupai orang lain,” batin Binar yang masih memperkenalkan produk kosmetik maupun keperluan mandi, di hadapan para pejabat yang berkumpul di gedung megah bercat putih di sana.
Binar tak datang sendiri. Karena ia ditemani pak Alam dan juga beberapa warga lainnya. Namun, ia tak sampai memboyong nenek Cucun lantaran wanita itu tak mungkin pergi jauh demi keamanan sekaligus kesehatan warga setempat.
Menyaksikan beberapa orang sibuk dengan ponsel, Binar menjadi ingin menghubungi orang tuanya maupun Adam.
“Mumpung ada fasilitas sekaligus sinyal, ... aku harus menghubungi mereka. Mamah yayah, Adam ... semuanya pasti khawatir!” yakin Binar dalam hatinya.
Karenanya, Binar meminta bantuan kepada salah satu sopir yang mengantarnya ke rumah walikota. Ia sungguh menghubungi sang mamah.
Lalu, bagaimana keseruan balas dendam yang akan Binar lakukan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Ita Mariyanti
time buat bls dendam d mulai💪💪💪 dr Binar
2024-12-01
0
Sandisalbiah
kondisi Binar udah pula.. berarti dia udah bisa mulai menyusun rencana buat menghukum para manusia setengah siluman itu..
2024-02-20
0
mahyati Reva
yuuukkk dimulai permainanmu binaarrr...jangan biarkan mereka hidup tenang
2024-01-11
2