Rayyan ingin memberi kejutan keberadaannya pada Zaleya, sayangnya Nuca tak memahami isyarat Rayyan. Ia justru terus menepuk bahu Zaleya yang berdiri membelakangi pintu.
"Pa pa pa," celoteh Nuca sambil menunjuk ke pintu kaca.
Zaleya pun berbalik dan melihat Rayyan sedang membuka pintu kaca kemudian berjalan ke arahnya. Zaleya hanya memperhatikan Rayyan tanpa berkata, sedang Rayyan terus tersenyum menatap Zaleya. Zaleya kembali merasa absurd pada sikap Rayyan.
"Hai anak Papa, kau tadi tidur dengan nyenyak, bukan?" tanya Rayyan yang dijawab celotehan tak jelas Nuca.
Usai bicara pada Nuca, Rayyan menatap Zaleya. "Maaf aku tak seharusnya ke kantor saat kau berduka," ucapnya.
"Itu bukan masalah, Rayyan. Kau juga tak harus merasa bersalah dan menjelaskan ini." Zaleya bicara dengan datar.
Ia masih ingat dengan jelas saat Rayyan mengatakan tak ada hak ataupun kewajiban dalam hubungan keduanya, jadi sikap meminta maaf itu seharusnya tak terjadi. Rayyan yang mendengar terdiam sesaat dan bicara lagi setelahnya.
"Apakah tidurmu tadi pulas? Aku sebenarnya ingin bicara padamu saat Nuca tidur, tapi kau sepertinya sangat mengantuk." Zaleya mengangguk.
"Ya, aku memang ikut tidur saat menidurkan Nuca." Zaleya tiba-tiba mengerutkan dahinya. "Tunggu, apa kau tadi ke kamar saat aku tidur? Bagaimana kau tahu aku mengantuk?"
Rayyan salah tingkah, ia tentu tak ingin Zaleya tahu bahwa ia sempat masuk ke dalam kamar tadi. Ia pun tak ingin Zaleya salah paham.
"Itu hmm-- hanya dugaanku saja karena kau tak kunjung ke luar kamar tadi," terang Rayyan sambil memaksakan senyum. Zaleya tak ada alasan untuk tak percaya. Ia mengangguk pelan.
"Oh ya, kau ingin bicara padaku, bukan? Sebetulnya ada hal yang ingin kubicarakan pula denganmu."
Perkataan Zaleya membuat Rayyan senang. "Tentu, ayo kita bicara. Hmm ... Bagaimana jika Nuca kita titipkan dulu pada pelayan?"
Alis Zaleya saling bertautan. "Kenapa harus menitipkan Nuca? Bicara saja seperti saat ini, kenapa harus membuat Nuca jauh jika sekadar bicara?" Rayyan akhirnya tersenyum kaku.
"Leya, maksudku agar kita leluasa bicara. Tak baik Nuca mendengar ucapan orang dewasa, bukan?" kilah Rayyan. Ia bingung bagaimana menanggapi kalimat Zaleya. Ia tampak berhati-hati pada kalimatnya.
"Bicara saja!" kata Zaleya lagi sembari mengayun tubuh Nuca, membuat si pemilik tubuh kegirangan. Ia tak menggubris ekspresi wajah Rayyan, hanya bicara apa yang tersirat di otaknya. Jelas Zaleya takut hatinya ikut bermain saat memandang Rayyan, sedang hubungan keduanya saja sulit dideskripsikan.
Melihat wajah datar Zaleya, Rayyan mulai berpikir. Ia tak ingin Zaleya berubah pikiran dan penyelesaian masalah keduanya lagi-lagi akan tertunda.
"Kalau begitu ayo kita ke kamar!" ucap Rayyan spontan. Alis Zaleya terangkat.
"Kenapa ke kamar? Bicara di sini saja juga bisa, kan?"
"Leya ayolah, tak baik membicarakan permasalahan pribadi di tempat umum. Kita ke kamar! Ayo Nuca sayang ikut papa ke kamar oke!" Rayyan dengan sigap meraih tubuh Nuca. Tak ingin mendengar penolakan, ia dengan cepat membawa Nuca berjalan menuju kamar meninggalkan Zaleya yang mematung.
Mengapa Rayyan bersikeras bicara di kamar? Aneh! Mungkinkah ia akan memarahiku perihal Elif? Tapi bukankah aku tak sepenuhnya salah?
Zaleya akhirnya berjalan perlahan mengikuti Rayyan yang sudah berada jauh di depannya. Sampai di muka kamar, ia membuka pintu perlahan. Saat pintu terbuka, tampaklah televisi yang menyala menampilkan film kartun anak yang disukai Nuca. Duduk di atas sebuah karpet berjarak 3 meter dari televisi berada, Nuca dengan antusias memperhatikan setiap adegan di layar sambil mengikuti gerakan-gerakan yang dilihatnya. Zaleya menggelengkan kepala.
Ia sedang mengalihkan perhatian Nuca rupanya.
Zaleya baru saja ingin duduk di samping Nuca, tapi suara Rayyan mengagetkannya.
"Leya, tempatmu bukan di sana, tapi di sini!" Rayyan menunjuk satu tempat kosong di sofa yang diduduki.
Mengapa harus berteriak, mengagetkan saja!
Zaleya yang juga ingin bicara pada Rayyan memutuskan menuju ke tempat yang Rayyan tunjuk.
"Maaf jika kau kaget atas teriakanku tadi, itu spontan." Rayyan bicara seolah tahu isi hati Zaleya, padahal yang sebenarnya ia membaca mimik kaget Zaleya.
"Tidak apa-apa. Jangan sering meminta maaf padaku, Rayyan!" Zaleya menangkap wajah segar Rayyan, sepasang alisnya basah, ia sepertinya baru membasuh wajah. Zaleya sesaat terkesan dengan ketampanan Rayyan, tapi segera dipalingkan wajahnya.
"Silahkan kau yang bicara lebih dulu!" cetus Zaleya tiba-tiba.
"Ladies first," kilah Rayyan.
Zaleya menghela napas sebelum bicara. "Itu, hmm kau tak perlu bersikap berlebihan padaku, Rayyan! Bersikaplah wajar seperti sebelumnya! Jangan kasihani aku, aku baik-baik saja!" Rayyan tak menyangka dengan hal yang disampaikan Zaleya. Ia mulai sadar bahwa perilakunya pada Zaleya memang berubah, tapi semua terjadi begitu saja.
"Itu spontanitas. Bukan karena mengasihani mu," ucap Rayyan.
"Tapi semua tidak seperti dirimu! Kata maaf, sapaan mama padaku, senyuman, perhatian, semua tak perlu, Rayyan! Jangan lupa kalau kau membenciku! Jangan buat aku bingung dengan semua, aku takut jika hatiku akan___
"Baik lupakan saja!" Setelah sesaat membeku, Zaleya melanjutkan kalimatnya.
"Akan apa, Leya?"
"Tidak, bukan apa-apa! Lupakan saja!" sesal Zaleya.
"Takut hatimu akan mengharapkan ku, kah?"
Zaleya memiringkan posisinya menghindari Rayyan, ia gigit bibir bawahnya. Merasa menyesal dengan kalimat yang belum lama keluar dari mulutnya. Rayyan memindahkan tubuhnya bersimpuh di hadapan Zaleya.
"Bagaimana jika aku yang mengharapkan mu lagi!" Ia raih jemari Zaleya dan menggenggamnya.
"Rayyan, kau pasti sedang tak sehat! Ini semua tak benar!" Zaleya lepas eratan jari Rayyan.
"Aku serius, Leya. A-ku hmm ingin memulai semuanya dari awal lagi denganmu," lirih Rayyan berusaha meraih jemari Zaleya lagi.
Dada Zaleya bergemuruh hebat. Semua yang terjadi di depannya bagaikan mimpi. Tak terbayang sebelumnya kalau Rayyan akan mengucapkan kalimat itu. Jika sebelumnya Zaleya tak berani menatap Rayyan, perlahan ia mulai meneliti wajah itu.
"Kau kenapa Rayyan? Apa kau takut aku akan meninggalkan Nuca?" Sebuah tanya terlontar, Rayyan menggeleng cepat.
"Tanpa seperti ini aku tahu kau akan bertanggungjawab pada Nuca."
"Lantas?"
"Karena hmm hatiku menginginkanmu." Giliran Zaleya yang menggeleng.
"Kita bersama tahu aku bukan wanita baik. Aku pengkhianat, Rayyan. Jangan terbebani dengan status kita, aku siap bercerai denganmu kapan pun dan berjanji takkan meninggalkan Nuca."
Mimpi untuk bersama itu perlahan hilang seiring penjelasan yang tak pernah didengar sebelumnya. Zaleya tahu posisinya kendati dalam lubuk hatinya bahagia atas pernyataan Rayyan. Ia tak ingin memaksakan hubungan, cukup satu kali terhadap Emiir dan tidak lagi setelahnya. Ia menunduk mengalihkan wajah dari tatapan Rayyan setelahnya.
"Kau bukan pengkhianat. Leya, a-ku sudah mengetahui segalanya!" Wajah itu perlahan terangkat. "Rayyan?"
Dia yang ditatap mengangguk. "Aku tahu semua yang terjadi padamu dan Emiir kala itu. Kalian terpaksa menikah, bukan?" Zaleya dengan cepat mengangguk dengan mata yang mulai berkaca.
"Ka-u sudah tahu? Percaya pada-ku?" Rayyan mengangguk mantap.
"A-ku bukan pengkhianat, Ray-yan!"
Rayyan menyentuh dagu indah Zaleya. "Aku tahu! Aku percaya! Ma-af!" Ditutup sepasang matanya dan dengan gerakan cepat ia raih tubuh di hadapannya. "Leya ... Ma-af ...."
Zaleya pasrah, mulai terisak. Ia seolah tak percaya dengan semua yang terjadi, bukan seperti dugaannya. Jika sebelumnya ia pikir di otak Rayyan hanya ada kesalahan yang dibuat atas Elif dan Rayyan akan memarahinya. Tanpa diduga hal yang akan dibicarakan justru mencengangkan untuknya.
Sebuah kisah masa lalu yang sudah ia tutup sebab seolah tak ada kesempatan untuk memperbaiki dan menjelaskannya, justru Rayyan telah mengetahui semuanya.
Zaleya masih terlarut dengan dekapan yang menenangkannya, hingga ia tiba-tiba ingin menanyakan sesuatu. Ia beri jarak tubuh keduanya membuat Rayyan terkesiap. "Ada apa, Leya?"
"Kau tahu darimana? Apa semua ini nyata?"
...___________...
...Semoga kalian masih menunggu kisah Zaleya dan Rayyan ini. Happy reading all, hapunten tak bisa konsisten menulis karena Bubu menyambi jualan dan hp sering dijarah tole kecil🤧🙏🏻 Salam Sayang ❤❤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Siti Zuriah
duuhh...ternyata rayyan emang org nya so sweet ya smoga mereka berdua menjadi keluarga yg bahagia dan cpt mendapat kn nuca yg kedua dr darah daging mereka
2023-12-06
0
🌷𝙈𝙗𝙖 𝙔𝙪𝙡 ☪
akhirnya kesalahpahaman bisa diurai, tdk ada lg penghalang rasa ray leya... tinggal anu aja 🤭🤭✌✌
2023-12-06
0
꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂
Nuca lihat Mamamu diambil Papa, menangis lah🤣🤣
2023-12-06
1