"Kau dari mana?" tanya Zaleya saat Rayyan masuk ke kamar. Rayyan langsung menuju ranjang, mencium Nuca dan langsung menuju lemari mengambil satu pakaian.
"Bukan urusanmu!" ucap Rayyan. Ia masuk ke kamar mandi setelahnya.
Zaleya mematung di depan kamar mandi. Ditatapnya jam dinding menunjukkan pukul 18:30. Seharian tadi Rayyan memang tak terlihat. Usai meninggalkan Zaleya di kamar, Rayyan mengeluarkan mobil dan pergi ke sebuah kafe. Ia memiliki janji dengan Mehmed. Zaleya yang merasa sudah dinikahi merasa perlu menanyakan hal tersebut. Rayyan memang tak menganggap pernikahan itu, tapi Zaleya tidak demikian. Baginya Rayyan adalah suaminya, ia sebagai istri wajib tahu kemana sang suami pergi.
"Ada apa? Kenapa berdiri saja di sana? Minggir!" Rayyan sudah mandi. Ia melewati Zaleya yang masih mematung menatapnya.
Zaleya dibuat kaget. Rayyan tiba-tiba mengambil alat sholat. Digelarnya sajadah dan Rayyan dengan khusyuk melantunkan doa pada Penciptanya. Zaleya mundur. Ia duduk kini di sisi ranjang. Sesungguhnya Zaleya merasa heran, Rayyan yang dulu lalai dengan ibadah. Kini, Rayyan seolah berubah agamais. Ia pun merasa malu, dirinya masih belum baik menjadi seorang hamba.
"Apa kau akan terus mematung di situ?" ucap Rayyan, Zaleya yang baru saja melamun beberapa saat lalu pun kaget. Ia spontan mengangkat wajah.
Zaleya sebetulnya menunggu Rayyan untuk meminta maaf, tapi entah mengapa kini bibirnya kelu, ia malu dengan Rayyan. Ia merasa memiliki banyak kekurangan, kesalahan.
"Aku akan turun untuk makan malam! Terserah kau ingin makan pula atau tidak!"
Zaleya mengerucutkan bibir, kalimat Rayyan selalu membuatnya kesal. Ia pun segera memanggil Sezen untuk menjaga Nuca sementara dirinya mengejar Rayyan turun.
"Rayyan, tunggu!"
Dia yang dipanggil tetap berjalan saja tak menghiraukan Zaleya. Zaleya menuruni anak tangga dengan cepat, hingga di beberapa anak tangga terakhir kakinya terkilir, ia hampir jatuh. "Rayyan!" Dipanggilnya satu nama yang ada di otaknya membuat Rayyan menoleh.
"Leya!" Wajah Rayyan seketika panik. Melihat Zaleya yang akan jatuh ia segera mendekat. Tangannya bersiap menangkap tubuh itu dan hap seketika ia lega saat Leya jatuh ke tangannya dan bukan ke lantai.
Rayyan terus menetralkan degup jantungnya, rasa khawatirnya. Dilihatnya Zaleya yang takut menutup matanya, kesempatan yang digunakan Rayyan untuk memperhatikan wajah itu.
Kedua insan membeku. Rayyan selama ini memang membenci Zaleya, tapi ia tak menampik rasa cintanya yang tak pernah berubah. Itu pula alasan Rayyan setuju menikah dengan Zaleya. Jika banyak kalimat kasar keluar, itu hanya bentuk luka yang belum sepenuhnya pulih. Kini, terdapat rasa bahagia yang tak bisa digambarkan, setelah sekian lama ia akhirnya bisa menatap Zaleya sedekat itu. Rayyan masih memperhatikan setiap inci wajah Zaleya, hingga dilihatnya Zaleya mulai membuka mata.
Rayyan tak ingin terbawa perasaannya, rasa sakit yang pernah ditinggalkan Zaleya begitu menghancurkannya. Bagi Rayyan tak ada maaf bagi sebuah pengkhianatan kendati ia senang berada dekat dengan Zaleya kini. Rayyan yang masih memupuk rasa bencinya seketika melepaskan tangan yang sebelumya menjadi pelindung Zaleya. Hal yang sontak membuat tubuh Zaleya hilang keseimbangan, dan hampir jatuh jika Zaleya tak sigap.
"Ahhh, Rayyan!"
"Jalan yang benar tak perlu berlarian! Ceroboh!" Rayyan kembali berjalan meninggalkan Zaleya.
Zaleya kecewa, ia baru saya terlena sebab diketahuinya Rayyan masih peduli dengannya. Namun seketika Rayyan berubah menjadi dingin lagi.
Zaleya memperhatikan bahu Rayyan yang semakin menjauh. Ia berharap Rayyan berbalik dan memanggilnya, tapi semua tak terjadi. Rayyan tetap saja berjalan meninggalkannya.
"Rayyan, terima kasih kau tadi menolongku," lirih Zaleya di tengah aktivitas makan keduanya. Rayyan diam saja.
"Rayyan, apa kau tadi khawatir padaku?" Rayyan masih bergeming.
"Ray-yan, apa setelah makan bisa kita bicara?" Zaleya bicara lagi. Berharap Rayyan kali itu menjawabnya, tapi ia masih tak merespon apapun.
"Rayyan, please jawab pertanyaanku!"
"Makan yang benar! Sejak tadi makananmu belum disentuh!" ucap Rayyan. Zaleya mengernyit, tapi dalam hatinya senang. Rayyan ternyata diam-diam memperhatikannya.
"Tapi bisa kan kita bicara nanti?" Zaleya pantang menyerah, ia sudah bertekad untuk menjelaskan semua yang terjadi di masa lalu dan meminta maaf atas kesalahan yang terjadi. Ia tak ingin ada kesalahpahaman diantara keduanya lagi. Ia ingin menjalani hubungan yang baik dengan Rayyan.
"Saat ini kita juga sedang bicara!" Rayyan bicara dengan tenang. Ia mengunyah perlahan makanan di mulutnya.
"Bukan bicara seperti itu! Aku ingin kita bicara serius!"
"Rayyan, please ...!" Rayyan nyatanya tak bisa mendengar Zaleya terus memohon. Ia akhirnya mengangguk hal yang membuat Zaleya spontan tersenyum.
"Makan yang benar! Hentikan tersenyum seperti itu, banyak pelayan disekitar kita!" Kalimat Rayyan seperti biasa singkat dan jelas.
Zaleya melirik sekitar, benar saja ada bibi Halime dan Diane tak jauh dari tempat mereka. Diane adalah pelayan yang bertugas membersihkan debu di seluruh area rumah, kini ia sedang membantu Halime membuat camilan.
Rayyan telah selesai makan, ia baru saja hendak beranjak, tapi Zaleya memanggil. "Rayyan jangan lupa bahwa kita akan bicara!" ucapnya.
"Aku bukan orang yang suka mengingkari janji! Aku tunggu di kamar!" Kalimat yang sontak membuat Zaleya terpaku. Kata mengingkari janji terlalu menyakitkan terdengar, jelas Rayyan sedang menyindirnya.
...__________...
...Jangan lupa komen yaa❤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
🌷𝙈𝙗𝙖 𝙔𝙪𝙡 ☪
kalo orang dah kecewa rada sulit ke mode awal .. cinta tertutup rasa sakit🤭
2023-11-22
1
iqha_24
belum up
2023-11-20
1
꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂
kata2 yg menohok ya Leya,
2023-11-20
2