TERNYATA SUDAH MENIKAH

Rayyan memaksa tersenyum saat Mr. Borneo lagi-lagi menceritakan sepak terjangnya di dunia industri padanya. Ia dengan semangat membagi cerita masa lalunya tentang bagaimana ia memulai membangun bisnis, belajar bernegosiasi dengan klien, pertama kali mendatangi vendor, juga bagaimana bertahan di tengah gempuran produk serupa yang tentunya saling memberi performa terbaik.

Mr. Borneo sungguh tak peka pada wajah kaku Rayyan. Ia terlihat senang berkenalan dengan pewaris Zorca Holding Company yang tak disangkanya masih begitu muda. Ia tak henti menatap Rayyan dengan simpatik, lelaki yang seusia putranya tapi berani mengambil alih bisnis besar peninggalan sang nenek. Jujur ia bangga dengan Rayyan hingga rasanya tak ingin berhenti berbincang meski waktu terus berlalu.

"Tuan Rayyan, bagaimana jika kita lanjutkan obrolan ini sembari makan malam bersama lalu dilanjut hmm-- bersenang-senang di Klub?" ajak Mr. Borneo dengan wajah sumringah. Ia seksama menunggu jawaban Rayyan dengan sepasang alis terangkat sempurna.

Sungguh itu adalah kalimat yang tak ingin didengar Rayyan. Waktunya seharian itu sudah terkuras, kini lelaki paruh baya di hadapannya ingin mengambil waktu malamnya pula. Rayyan yang sejak tadi otaknya hanya dipenuhi oleh Zaleya pun merasa harus mengakhirinya pertemuan tersebut.

"Mr. Borneo, maaf saya tidak bisa__

"Tidak bisa untuk saat ini, Mr," timpal Aslan. Aslan mengangguk perlahan memberi isyarat pada Rayyan. Aslan jelas berusaha menjaga image Rayyan sendiri, tak ingin Rayyan salah berkata yang akhirnya membuat kesalahpahaman terjadi. Relasi itu penting dalam sebuah bisnis, hal yang selalu diingatkan Mima semasa hidup dan ia selalu diterapkannya.

"Oh, begitu rupanya," lirih Mr. Borneo kecewa.

"Perlu anda ketahui Mr, sebetulnya keluarga tuan Rayyan sendiri baru saja mendapat musibah. Oleh sebab itu ia berharap bisa mendampingi keluarganya di rumah," terang Aslan dengan hati-hati. Rayyan mengangguk sementara Mr. Borneo menyipitkan mata.

"Musibah apa? Mungkin kah bisa ku bantu?" cetus Mr. Borneo. Aslan dan Rayyan kompak tersenyum. Rayyan mengambil alih untuk bicara setelahnya.

"Ini hanya masalah keluarga, Mr. Kemarin ibu dari istriku meninggal dunia dan kami di rumah masih berduka untuk saat ini."

Jika sebelumnya Rayyan enggan menyebut Zaleya sebagai istri, kini ia mantap dan merasa senang menematkan status itu pada Zaleya. Mr. Borneo tentu kaget dengan pernyataan yang baru saja didengar.

"Oh, anda sedang berduka rupanya. Kalau begitu saya lah yang harus meminta maaf mengganggu waktu anda dengan pertemuan ini."

"Bukan masalah, anda sudah datang tentu kewajiban saya menyambut anda," tukas Rayyan tak ingin Mr. Borneo merasa bersalah.

"Oh ya, bye the way apakah saya tak salah dengar tadi bahwa sosok yang baru saja meninggal adalah i-bu is-tri anda? Begini maksud saya, hmm ja-di anda sudah me-nikah?" Rayyan spontan mengangguk.

Sontak Mr. Borneo kembali dibuat tertegun. Jika sebelumnya ia merasa bangga dengan Rayyan karena berani mengambil tanggung jawab besar pada perusahaan, kini bertambah kekagumannya karena Rayyan berani pula mengambil tanggung jawab menjadi kepala keluarga di usia mudanya itu.

"Hebat! Hebat! Semoga kesedihan segera berganti dengan kebahagiaan. Ini doa tulus saya sebagai lelaki yang mungkin seusia ayah anda Tuan Rayyan."

Kata ayah telah membuat wajah Rayyan berubah masam, tapi Aslan langsung menepuk pundak Rayyan, menyadarkan tentang profesionalitas yang harus selalu dijunjung. Rayyan seketika tersenyum.

"Tentu, terima kasih atas doa baik anda, Mr," ucap Rayyan setelahnya.

"Saya sangat senang jika satu waktu bisa berkenalan dengan istri anda, Tuan Rayyan."

"Oh, memang sampai kapan anda berdiam di Turki?" balas Rayyan antusias.

"Rencananya kami bahkan akan menetap di sini." Giliran Rayyan yang dibuat kaget. "Oh ya?"

"Ada sebuah proyek yang mengharuskan saya tetap tinggal." Rayyan mengangguk. "Baik kita akan merencanakan pertemuan kita lagi nanti," ucapnya. Mr Borneo tersenyum puas.

Tak berselang lama mereka memutuskan mengakhiri perjamuan. Rayyan dengan penuh semangat menuju mobilnya. Ia sangat ingin segera sampai di rumah.

Matahari semakin menyingsing ke arah Barat, sementara langit kian memerah membentuk lukisan yang begitu indahnya. Tentu saja itu adalah tampilan yang biasa terjadi di penghujung sore, namun suasana hati yang bahagia membuat tampilan tersebut terasa berbeda.

Osmangazi street adalah wilayah yang padat di jam itu. Lokasi Central Bazaar yang merupakan pasar bersejarah yang hingga kini masih menjadi pusat perbelanjaan hingga kuliner utama di kota Bursa. Gang-gang kecil yang diapit bangunan tua abad pertengahan menjadi pemandangan terbaik yang sulit dilewatkan.

Rayyan tak bisa mempercepat lajunya, suasana yang ramai membuatnya harus bersabar. Terlihat lampu-lampu cantik diantara kursi-kursi bundar mulai menyala menambah kecantikan pemandangan yang tertangkap matanya. Dalam hati Rayyan bersyukur sudah menjalankan ibadah hingga ia lebih tenang dalam perjalanannya pulang sore itu.

Sembari menunggu mobil di depannya berjalan, Rayyan kembali menatap sekitar. Di bagian tengah Central Bazaar terdapat sebuah monumen bernama Koza Han yang berasal dari abad ke-15. Di sekitar monumen tersebut, ada banyak kafe-kafe kecil serta beberapa toko souvenir yang akan sangat menyenangkan dijadikan tempat bersantai dan membeli oleh-oleh.

Sesaat ia membayangkan mengajak Zaleya dan Nuca ke sana. Kebahagiaannya membuncah, menikmati Iskender Kebab dengan Sahlep yang merupakan minuman khas Turki yang berisi campuran susu, kayu manis dan jahe pasti menyenangkan. Terlebih sebentar lagi akan memasuki Desember yang artinya butiran salju akan mulai turun.

Semua angan Rayyan seketika buyar saat sebuah klakson dari belakang mobilnya berbunyi cukup keras. Rayyan tersenyum, merasa bodoh bisa-bisanya ia melamun di tengah padatnya jalan. Ia yang melihat jalanan di depannya mulai lenggang mulai mempercepat laju mobilnya.

***

Seperti biasa Rayyan masuk dengan disambut Alicia. Ia tersenyum membalas senyuman Alicia. Ia langsung menanyakan keberadaan Zaleya yang dijawab oleh Alicia bahwa Zaleya sedang berada di Taman belakang bersama Nuca. Rayyan pun bergegas ke Taman.

Alicia tentunya sangat peka, ia merasa senang melihat wajah sumringah Rayyan. Dalam hati ia berdoa agar semua penghuni rumah dinaungi kebahagiaan dan kesejahteraan selamanya.

Beberapa saat Rayyan telah berada di depan pintu kaca yang membatasi Taman dengan dapur bersih. Ia meletakkan telunjuk di jari saat Nuca melihat dirinya. Ia berharap Nuca tak bersuara dan tetap tenang supaya Zaleya tak menyadari keberadaannya. Ia ingin memberi kejutan keberadaannya pada Zaleya. Sayangnya Nuca tak memahami isyarat Rayyan, ia justru terus menepuk bahu Zaleya yang berdiri membelakangi pintu.

"Pa pa pa," celoteh Nuca sambil menunjuk ke pintu kaca.

...___________...

...Sehat-sehat semua, Kesayangan. Happy reading😘😘...

Terpopuler

Comments

꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂

꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂

anak kecil mana ngerti kode2an Rayyan

2023-12-03

1

꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂

꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂

Aamiin

2023-12-03

1

꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂

꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂

kerlap kerlip lampu dikota diwaktu malam memang indah

2023-12-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!