PESAN DARI ELIF

Usai diketahui kondisi Benher stabil, Rayyan akhirnya mengajak Zaleya pulang. Zaleya tak ada pilihan selain mengikuti titah Rayyan, namun kekhawatiran itu tak dapat disingkirkannya. Zaleya terus terdiam memikirkan kondisi ibunya, membuat situasi di dalam mobil hening seperti tak berpenghuni.

Rayyan yang merasa aneh akhirnya memulai perbincangan. "Kenapa kau diam saja?" tanyanya.

Zaleya menggeleng tanpa menjawab apapun. Suasana hati Zaleya tak baik, ia malas bicara dan membahas apapun.

"Zaleya Mikana! Aku paling tak suka diabaikan jadi jangan memancing emosiku!" Mendengar nama panjangnya kembali disebut, Zaleya menatap Rayyan.

Dulu, Zaleya selalu senang saat Rayyan memanggil nama panjangnya, panggilan yang lembut dan membuat Zaleya melambung merasa diprioritaskan. Kini, panggilan Rayyan berbeda, setiap penekanan yang di dengar justru membuat Zaleya tak nyaman.

Zaleya menoleh. "Bicara saja dengan tenang, emosi itu tak baik, Rayyan. Bye the way terima kasih sudah bersikap baik kepada ibuku tadi," ucap Zaleya datar. Ia memaksa diri untuk bicara.

"Kau marah padaku karena mengajakmu pulang?" tanya Rayyan setelahnya. Nada suaranya lebih lembut dari sebelumnya.

"Ya aku marah, tapi aku bisa apa!" jawab Zaleya. Ia membuang wajah ke luar jendela.

"Kita sama-sama mendengar ucapan dokter tadi, ibumu telah stabil. Prioritasku kini adalah Nuca di rumah, ia kurang sehat dan kita harus segera pulang."

"Ya, tentu," singkat Zaleya.

"Nuca adalah amanah kakakku, kuharap kau paham bahwa aku tak ingin sesuatu hal buruk terjadi padanya."

"Aku juga sekarang adalah amanah mu, Rayyan," gumam Zaleya nyaris tak terdengar.

"Apa kau bicara sesuatu?" Zaleya menggeleng. "Tapi kau paham ucapanku, bukan?" ucap Rayyan setelahnya.

"Aku paham, hanya saja di Rumah Sakit ibuku sendiri. Kau benar bahwa menurut dokter kondisi ibu telah stabil, tapi kau melupakan kalimat dokter yang lain! Ibuku butuh support orang terdekat untuk membantu mempercepat pemulihannya, terlebih ia tadi merespon sentuhanmu. Dokter juga berkata sebaiknya kita menemaninya sejenak, mungkin saja dengan kehadiranmu di sampingnya ibu akan menunjukkan reaksinya lagi, tapi nyatanya kau justru mengajakku pulang!"

"Lain kali aku akan menjenguk ibumu lagi." Zaleya spontan menoleh. Ia tak menyangka dengan jawaban Rayyan, namun tak ingin terlalu berharap. Ia khawatir Rayyan akan melupakan ucapannya. Zaleya ingat bahwa ia pernah menyakiti Rayyan, mana mungkin Rayyan akan berbaik hati untuknya, begitu pikir Zaleya.

"Terima kasih niat baikmu," jawab Zaleya singkat. Suasana mendadak hening, hingga Rayyan bicara lagi.

"Sekarang jawab, kenapa kau tak memberitahuku jika akan menjenguk ibumu dan harus meninggalkan Nuca?"

"Leya?" Rayyan memanggil lagi sembari menoleh. Rayyan menggelengkan kepala setelahnya. Pantas saja dia yang diajak bicara tak merespon. Zaleya nyatanya sudah terlelap.

Rayyan menghentikan laju kemudinya ke tepi. Ia tatap wajah lelah Zaleya. Ia sedih melihat Zaleya terus sibuk mengurus Nuca, memikirkan ibunya, juga menjadi istri yang tak dihiraukan olehnya.

Rayyan ingin keluar dari kubangan kebenciannya pada Zaleya, namun begitu sulit. Rayyan sangat menyayangkan penghianatan yang dilakukan Zaleya. Rasanya ia ingin berandai semua tak nyata, tapi waktu telah berlalu begitu jauh. Semua hal yang terjadi tak bisa putar dan imbasnya terjadi pada hubungan keduanya di masa kini.

Rayyan masih terdiam saat diingatnya setiap kalimat yang diucapkan Zaleya, perihal respon Benhur terhadapnya. Sejujurnya ia juga bingung bagaimana semua bisa terjadi. Ia berpikir, mungkinkah Benhur mendengar dan mengenalinya tadi.

Rayyan mengambil ponsel di saku, ia menelepon Damian. Rayyan meminta Damian mengirim Selvi istrinya ke Rumah Sakit. Diketahui Selvi istri Damian juga salah satu pekerja di perkebunan, kini Rayyan meminta Selvi untuk menjaga Benhur selama dalam perawatan. Rayyan ingin ibu Benhur tak merasa sendiri, ia juga ingin memastikan kondisi ibu Benhur setiap saat melalui Selvi. Rayyan melanjutkan perjalanan setelahnya.

Zaleya membuka mata dan kaget. Bukannya berada di rumah, sebuah bangunan putih menjulang justru berada di hadapannya saat ini. Rayyan memang menepikan mobil ke pelataran Masjid, ia ingin menjalankan ibadahnya.

"Kau sudah bangun? Ingin turun?" tanya Rayyan yang baru saja masuk ke dalam mobil. Rayyan mengisyaratkan tentang menjalankan ibadah, namun Zaleya menggeleng lirih. Rayyan tak ingin memaksa, ia pun kembali melajukan kemudi.

Keduanya sampai di rumah pukul 19:30. Di ruang tamu, Sezen telah menunggu. Ia langsung menghampiri Zaleya. Zaleya seketika meraih tubuh Nuca. Melihat kondisi Nuca, Zaleya merasa bersalah telah meninggalkan Nuca hari itu.

"Rayyan, bagaimana ini? Demamnya sangat tinggi, aku takut!" ucap Zaleya panik. Ia mendekap Nuca erat. Nuca seketika menangis menyadari orang yang sejak tadi dicarinya telah datang.

"Sayang ... Sayang ... iya ini ibu sudah pulang. Cup cup ...." Bukannya berhenti, tangisan Nuca justru semakin kencang. Ia terus berbalik ke kanan dan kiri seolah tak nyaman dengan setiap posisi.

"Apa ia sudah diberi pereda demamnya lagi?" tanya Rayyan sambil mengusap kepala Nuca.

"Sudah belum lama tadi, Tuan," jawab Sezen.

"Aku akan menelepon dokter Albert," kata Alicia. Rayyan mengangguk.

"Coba kau susui, mungkin ia mau minum dari pusatnya langsung." Meski Zaleya agak canggung mendengar bahasa Rayyan, tapi ia mengangguk. Ia membawa Nuca ke kamar, Sezen mengikuti. Diane tak kalah sibuk, ia dengan sigap menyiapkan kain untuk mengompres Nuca.

Rayyan sedang menunggu Albert di teras rumah saat ponselnya terus berdering. Dilihatnya nama Elif di sana membuat Rayyan ingat akan janji keduanya. Rayyan pun meminta maaf tak bisa datang karena Nuca sakit. Elif yang pernah mendengar cerita tentang Nuca tak ada pilihan selain mengiyakan. Rayyan berjanji akan memenuhi undangan Elif di lain waktu.

***

"Demam pada anak umumnya tidak berbahaya dan dapat mereda dalam hitungan hari. Demam sebenarnya merupakan reaksi tubuh dalam memerangi infeksi secara alami. Infeksi ini dapat disebabkan oleh virus, bakteri, dan parasit. Beberapa keadaan demam juga merupakan reaksi pertumbuhan yang sedang terjadi, seperti akan munculnya gigi baru, bertambahnya kemampuan anak, dll. Oke, sementara aku buatkan resep pereda demam yang baru, sedang obat pereda demam sebelumnya bisa dihentikan!"

Rayyan dan Zaleya kompak mengangguk usai mendengar ucapan Albert. Zaleya mengusap bahu Nuca saat ia mulai bergerak. Setelah disusui tadi Nuca memang terlelap. Pendapat Rayyan bahwa Nuca akan mau menyusu dari pusatnya langsung nyatanya benar.

"Jika setelah ini Nuca justru mengalami diare, muntah-muntah, menangis tanpa keluar air mata, tidak mau makan atau menyusu, menjadi jarang atau tidak buang air kecil sama sekali, kejang dan lemas, sebaiknya ia dibawa ke Rumah Sakit untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan. Tapi ya semoga tidak terjadi. Ia juga masih mau menyusu, bukan?" terang dokter Albert lagi.

"Iya, masih Dok," utar Zaleya. Albert mengangguk.

Lalu Rayyan mengantar Albert ke pelataran. Ia berterima kasih sebab Albert sudah bersedia datang. Rayyan kembali ke kamar setelahnya. Dilihatnya Zaleya masih menatap seksama Nuca, ia tampak begitu khawatir pada Nuca. Rayyan yang merasa tubuhnya lengket bergegas mandi.

Zaleya baru saja memejamkan mata, namun didengarnya suara ponsel yang terus berdering. Ia mencari arah suara, hingga di dapati suara berasal dari ponsel Rayyan. Zaleya sedang menatap layar ponsel saat terdapat pesan masuk dari seseorang bernama Elif.

Zaleya semakin penasaran, ia menggulirkan layar ke bawah hingga terlihat isi pesan tertanda Elif. Rayyan, kau sedang apa? Bagaimana kondisi Nuca sekarang?

Siapa wanita bernama Elif yang mengirim pesan pada Rayyan? Bagaimana ia tahu perihal Nuca? Mungkinkah ia kekasih Rayyan?

...________...

...Happy reading, jangan lupa beri like, komen, dan gift jika berkenan. Apresiasi kalian akan menambah semangat penulis untuk melanjutkan bab selanjutnya 🥰😘...

Terpopuler

Comments

🌷𝙈𝙗𝙖 𝙔𝙪𝙡 ☪

🌷𝙈𝙗𝙖 𝙔𝙪𝙡 ☪

leya tdk sholat??? lagi halangankah??!
leya mungkin apa yg terjadi hidupmu krn kamu lalai akan kewajiban sbg hamba...

2023-11-24

1

Dwisya12Aurizra

Dwisya12Aurizra

Elif, jangan sampai jadi duri dlm pernikahan rayan dan zaleya, kalo sebagai pemanis it's okelah

2023-11-24

1

Dwisya12Aurizra

Dwisya12Aurizra

hmm...kamu tuh dasar hati batu, masa gak paham juga akan kondisi zaleya, pasti kepikiran ibunya.

2023-11-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!