Suasana sarapan tampak hening, hanya suara alat makan yang terdengar saat itu. Alicia menatap di kejauhan wajah Rayyan dan Zaleya. Ia sangat yakin kedua manusia di hadapannya sedang tak baik-baik saja. Terlebih diketahuinya pula bahwa Rayyan semalam tidur di kamar tamu. Alicia mendengus kasar.
“Pengantin baru macam apa ini? Tak ada kemesraan, canda gurau, perbincangan. Suasana rumah bak rumah duka. Aku harus mencari cara menyatukan keduanya,” gumam Alicia.
Alicia merupakan orang terdekat Mima. Dua manusia yang berusia tak lagi muda itu kerap berbincang bersama. Mereka saling memahami dan tak satupun hal luput satu sama lain. Keduanya saling berbagi apapun.
Kini, Alicia yang tahu besarnya harapan Mima akan hubungan Rayyan dan Zaleya merasa sedih. Ia pun merasa memiliki tanggung jawab atas kenyamanan di rumah itu. Oleh karenanya, Alicia berusaha berpikir keras mencari cara menghilangkan ketegangan keduanya.
Alicia melihat di kejauhan Rayyan telah selesai makan. Rayyan langsung mengambil Nuca dari gendongan Sezen salah satu pelayan yang belakangan sering bersama Zaleya. Ia memang diminta Alicia secara langsung untuk membantu memenuhi keperluan Zaleya usai menjadi istri Rayyan. Bagaimanapun Zaleya kini adalah menantu keluarga Ghani, ia tak boleh lelah, begitu pikir Alicia.
Melihat Zaleya duduk seorang diri di meja makan, Alicia pun berinisiatif mendekat. “Nona Leya, bisa kita bicara usai anda menyelesaikan makan?” ucap Alicia.
“Bibi kau mengagetkanku! Berapa kali kukatakan jangan panggil aku seperti itu,” lirih Zaleya. Alicia tersenyum.
“Kau nyonya rumah ini sekarang, aku patut memanggilmu begitu!”
“Setidaknya panggil namaku saja jika kita berdua,” ucap Zaleya lagi.
“Sayangnya selalu ada orang diantara kita, Nona.” Alicia melirik Halime sang juru masak. Saat ini ia sedang merapikan dapur. Zaleya mengerucutkan bibir. “Hah aku tak punya alasan lagi!” Alicia tersenyum.
Setelah Zaleya menyelesaikan makannya, Alicia mengajak Zaleya ke area kebun. Alicia meminta Damian dan dua orang lain yang bekerja di kebun untuk menjauh selama ia dan Zaleya berada di sana. Mereka pun menurut.
“Kenapa kau mengajakku kemari, Bibi? Kenapa tak bicara di dalam saja?” tutur Zaleya. Wajahnya tampak memerah terkena sinar matahari.
“Karena di dalam ada tuan Rayyan. Aku tak mau ia mendengar pembicaraan kita!” Zaleya sebetulnya bingung kemana arah pembicaraan Alicia, tapi ia memilih mengangguk saja. Ia membenarkan bahwa Rayyan berada di dalam. Rayyan sedang libur hari itu.
“Katakan apa yang ingin kau sampaikan sebelum Nuca menangis dan mencariku, Bibi!” kata Zaleya lagi.
“Apa yang terjadi antara kau dan tuan Rayyan semalam, Nona? Mengapa tuan Rayyan tidur di kamar tamu dan tidak tidur di kamar kalian?”
Wajah Zaleya mengernyit, ia agak sungkan menjawab tanya Alicia, tapi ia sadar posisi Alicia sebagai orang kepercayaan mendiang Mima, ia pun harus menjawab tanya itu.
“Itu … semalam ka-mi sedikit bersitegang, Bi-bi.”
“Maksudmu?” Alicia menatap lekat wajah Zaleya.
“Rayyan, hmm maksudku tuan Ray-yan semalam sangat menyebalkan!”
“Kalian bertengkar?”
“I-tu … tidak juga. Hanya kata-katanya menyakitiku. Aku pun akhirnya spontan membalas kata-katanya,” ungkap Zaleya. Alicia memijat pelipisnya.
“Apa aku salah, Bibi?” tanya Zaleya dengan polos.
“Dengar Nona, kalian baru saja menikah jadi lebih baik hindari ucapan yang akan memicu kemarahan pihak lain. Hubungan kalian itu istimewa, ibarat tanaman kalian masih berupa tunas kecil, rawan rusak, jadi harus berhati-hati agar tunas itu bisa berkembang dengan baik!” Zaleya menggaruk kepalanya. Kalimat Alicia membuatnya bingung.
“Oke begini saja. Sekarang datangi tuan Rayyan dan mintalah maaf padanya lebih dulu. Kau mau melakukannya, kan?”
Zaleya menggeleng. “Kenapa harus aku? Tidak, Bi.”
“Nona Leya, jangan keras kepala! Ingat, Mima akan sedih jika tahu cucu dan menantunya seperti ini!”
Zaleya kembali menggeleng. “Percuma Bi, ia takkan mendengarkanku,” tampik Zaleya.
“Nona ayolah, hubungan kalian telah terbentuk dan aku yakin tuan Rayyan sejatinya pribadi yang baik. Aku justru merasa aneh jika ia sampai berkata kasar. Mungkinkah ada suatu hal serius yang kau lakukan dan menyakitinya?”
“Bibi, maksudmu aku yang__
Alicia langsung menghentikan kalimat Zaleya. Ia sebagai pelayan tak seharusnya berasumsi buruk pada Zaleya yang notabenenya adalah majikannya kini.
“Lupakan saja ucapanku, Nona,” ucap Alicia setelahnya.
Zaleya mematung. Diam-diam ia membenarkan ucapan Alicia. Di masa lalu nyatanya Zaleya pernah menyakiti Rayyan. Hal yang tak bisa ia ungkapkan pada Alicia saat itu. Dalam hati Zaleya terpikir untuk meminta maaf pada Rayyan, meski ia tak yakin Rayyan akan mendengarkannya atau tidak.
***
Zaleya mematung di muka kamar Rayyan yang kini menjadi kamarnya pula. Pintu kamar yang sedikit terbuka membuat aktivitas dalam kamar itu dapat dilihat oleh Zaleya.
Tampak dalam penglihatan Zaleya sosok Rayyan berbeda dari Rayyan yang menyebalkan tadi malam. Dilihatnya Rayyan kini sedang merangkak di atas karpet mengejar Nuca. Sembari tertawa, Nuca semakin mempercepat gerakannya saat Rayyan hampir menangkapnya. Keduanya tampak begitu bahagia. Zaleya pun berpikir Rayyan pasti akan sangat hebat saat menjadi ayah. Kepada Nuca yang bukan anak kandungnya saja ia begitu menyayangi apalagi terhadap anaknya sendiri.
“Aku ingin segera menyelesaikan kuliah dan datang melamarmu, Leya!”
“Jangan bicara begitu, kejarlah ilmu dulu setingginya baru berpikir menikah. Rayyan harus mencapai cita-cita dan tidak seperti Leya. Leya bukan akan kuliah seperti Rayyan. Leya bahkan tidak tahu akan seperti apa masa depan Leya.”
“Leya tak perlu menjadi apapun, cukup menjadi Leya yang aku kenal! Aku ingin suatu saat Leya menjadi ibu anak-anakku! Leya harus menunggu Rayyan! Janji!”
Ma ma ma …. Ma … maa ….
“Leya! Zaleya Mikana!”
“Eh!”
Angan masa lalu itu seketika menghilang. Belum lama tadi Zaleya tengah mengingat obrolannya dengan Rayyan di masa lalu. meskipun keduanya harus menjalani hubungan jarak jauh, tapi komunikasi keduanya berjalan lancar. Rayyan selalu menghubungi Zaleya setiap waktu. Semua memang begitu indah sebelum hal buruk itu terjadi.
Kini Zaleya tampak kaget, suara Rayyan telah mengaburkan angannya. Ia tersadar, dilihatnya kini Rayyan telah berdiri di hadapannya sambil menggendong Nuca.
“Maaf, aku melamun tadi,” lirih Zaleya.
“Nuca menghampiri dan terus memanggilmu, tapi yang dipanggil tidak menggubrisnya!” Rayyan bicara dengan nada ketus. Zaleya tak suka.
“Kau darimana saja? Aku mencarimu ke seluruh bagian rumah tapi kau tak ada. Apa karena aku libur jadi kau ingin bebas menjaga Nuca?” tebak Rayyan. Zaleya menatap Rayyan.
“Aku ke kebun belakang bersama bibi Alicia tadi. Ia mengajakku berkeliling kebun,” terang Zaleya.
“Lain kali ingat bahwa tanggung jawabmu adalah menjaga Nuca dan bukan berkeliling kebun!” Zaleya mengangguk.
Ma ma maa … Ma maa ….
“Nuca sepertinya haus, berilah haknya dulu!” Rayyan langsung menyerahkan Nuca ke tangan Zaleya. Ia mengambil sebuah surat kabar dan duduk di sofa.
Zaleya bingung, ia ingin memberi hak Nuca, tapi Rayyan tak beranjak dari kamar. Ia pun kini hanya mematung, bingung bagaimana memberi tahu Rayyan hal sensitif itu.
“Kau masih di sana? Apa kau ingin membuat putraku mati kehausan hum?” Rayyan gusar melihat Nuca mulai menangis.
“Rayyan aku__
Rayyan menarik alisnya. “Tolong jangan mendebat ku kali ini!" Zaleya menggeleng.
“Lalu?” Tangisan Nuca mulai kencang. Zaleya harus mengatakan kegelisahannya.
“Aku tak bisa menyusui selama kau ada di kamar ini!” Zaleya bicara dengan cepat. Ia gugup.
“Kau tidak sedang mengusirku, bukan?” decak Rayyan, ia bersikukuh ingin berada di sana, sebab itu adalah kamarnya.
“Rayyan, please!” Semakin Zaleya memohon, Rayyan semakin senang membuat Zaleya marah. Bukannya pergi, ia justru menyamankan duduknya.
“Cepat susui Nuca! Aku berhak ada di sini! Agar kau tahu, aku tak tertarik dengan tubuhmu!”
Zaleya kaget, kalimat kasar itu kembali keluar dari mulut Rayyan. Ia terdiam sejenak menetralkan emosinya, tak boleh marah pada Rayyan. Tiba-tiba Zaleya teringat sebuah kursi yang berada tak jauh dari kamar Rayyan.
“Titip Nuca sebentar!”
Zaleya tiba-tiba meletakkan Nuca di pangkuan Rayyan, ia keluar dari kamar dan muncul dengan sebuah kursi di tangan. Rayyan tampak heran.
Zaleya meletakkan kursi menghadap ke satu dinding, ia meraih tubuh Nuca ingin memberi hak asi Nuca di sana. Ya, cara itu tiba-tiba muncul di otak Zaleya. Sebuah cara untuk menjaga dirinya dari tatapan Rayyan.
Baru satu kancing atas terbuka, terdengar pintu terbuka. Rayyan meninggalkan kamar keduanya.
...________...
...Menulis di tengah aktivitas real life yang padat, doakan dilancarkan. Happy reading, jangan lupa like dan ditunggu komen kalian yaa🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂
dari tadi kek😃
2023-11-20
2
꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂
ck! kau itu Rayyan demi menghilangkan rasa kau sakiti Lea lagi
2023-11-20
2
🌷𝙈𝙗𝙖 𝙔𝙪𝙡 ☪
oooh ternyata di masalampau ray leya sepasang kekasih 🤔🤔
tp ga seharusnya jg ray bicara sarkas gitu kan bikin anuu ...
2023-11-18
2