"Sa-sayang? Sedang apa kamu di sini? Kenapa kamu tak bilang sama Mas kalau kamu akan datang ke sini?" tanya Orion terbata-bata dengan wajah pucat pasi.
Bukannya menjawab pertanyaan suaminya, Tania mengalihkan pandangan matanya kepada Diana yang juga secara refleks berdiri seperti sang putra dengan perasaan was-was.
"Ibu ada di sini juga?" tanya Tania seketika tersenyum ramah juga segera menyalami telapak tangan ibu mertuanya ramah dan sopan seperti biasa, "Bagaimana kabar ibu? Kenapa tidak mampir ke rumah? Padahal aku kangen lho sama Ibu," lirih Tania.
Diana terlihat gugup, "Iya, sayang. Pulang dari sini rencananya Ibu baru mau ke rumah kalian. Ibu juga kangen sama kamu dan Putri," jawab Diana berusaha untuk bersikap setenang mungkin, "O iya, bagaimana kabar cucu Ibu, apa dia baik-baik saja?"
"Putri baik-baik saja, Bu. Ini aku datang ke sini mau minta antar sama Mas Rion buat jemput Putri, aku--"
"Duduk dulu dong, sayang. Masa ngobrol sambil berdiri kayak gini," sela Orion bahkan sebelum Tania menyelesaikan apa yang ingin dia sampaikan, "Sebentar, Mas mau minta sekretaris Mas untuk membuatkan minuman untuk kalian berdua ya," ucapnya lagi segera berjalan ke arah pintu lalu keluar dari dalam ruangan.
Sementara Diana dan menantunya segera duduk di kursi yang sama. Diana meraih telapak tangan Tania lalu mengusap punggung tangannya lembut dan penuh kasih sayang. Wanita itu pun menatap wajah sang menantu dengan tatapan mata sayu. Rasa bersalah kembali menghujam relung hatinya yang paling dalam.
"Ibu baik-baik saja? Apa Ibu sakit? Wajah Ibu pucat lho," tanya Tania menatap sayu wajah sang Ibu, "Apa Ibu mau aku antar ke Rumah Sakit?"
Diana tersenyum kecil, 'Maafkan Ibu, Nak. Ibu benar-benar minta maaf, dan maaf Ibu tidak bisa mengatakan kata maaf ini secara langsung. Sekali lagi mohon maafkan Ibu,' batin Diana, ke dua matanya seketika kembali berair.
"Bu? Kenapa Ibu menangis? Jangan seperti ini? Saya sedih melihat Ibu seperti ini?" tanya Tania seketika menggenggam telapak tangan Diana penuh rasa khawatir.
'Kalau kamu mengetahui bahwa ibulah penyebab meninggalnya orang tua kamu, apa kamu masih akan bersikap baik seperti ini? Apa kamu akan meninggalkan putra dan cucu Ibu?' tanya Diana di dalam hatinya. Pertanyaan yang tidak mampu dia lontarkan secara langsung kepada menantu kesayangannya ini.
"Bu," sapa Tania dengan nada suara lembut.
Bukannya menjawab pertanyaan menantunya, yang dilakukan oleh Diana adalah memeluk tubuh Tania erat. Dia bahkan mengusap punggung sang menantu lembut dan penuh kasih sayang membuat Tania seketika merasa heran.
"Ibu lupa menanyakan kabar kamu, Nak. Apa kamu baik-baik saja? Apa Orion masih bersikap ketus, sinis dan kasar sama kamu?" tanya Diana dengan nada suara lembut, "Kalau dia berani menyakiti kamu, jangan sungkan mengadu sama Ibu, walaupun Orion itu putra Ibu, tapi Ibu akan tetap memarahi dia kalau dia sampai berani menyakiti hati kamu, sayang."
Tania membalas pelukan hangat ibu mertuanya seraya tersenyum tulus, "Tidak ko, Bu. Mas Rion sudah berubah, dia sangat baik kepadaku. Baru semalam Mas Rion mengatakan bahwa beliau mencintaku," jawab Tania seraya memejamkan ke dua matanya sejenak.
Jujur, pelukan Diana mengingatkannya akan pelukan yang pernah dia terima dari ibundanya. Rasa hangat yang dia rasakan pun sama persis seperti pelukan mendiang sang ibu yang telah berpulang ke pangkuan ilahi.
Diana seketika mengurai pelukan, "Benarkah? Rion mengatakan bahwa dia cinta sama kamu?" tanya Diana ke dua sisi bibirnya seketika mengembang sempurna terlihat senang, "Waaah! Ibu benar-benar senang sekali mendengarnya. Ibu selalu mendoakan yang terbaik untuk rumah tangga kalian, sayang. Semoga Tuhan selalu memberi kebahagiaan kepada kalian berdua. Semoga pernikahan kalian langgeng sampai Kakek Nenek dan maut memisahkan kalian berdua," lirih Diana benar-benar tulus dari dalam lubuk hatinya yang paling dalam.
"Terima kasih, Bu," jawab Tania ke dua matanya seketika berkaca-kaca.
"Lho, ko kamu jadi sedih kayak ini? Apa ada ucapan Ibu yang menyinggung perasaan kamu?" tanya Diana seketika di landa rasa khawatir.
"Tidak, Bu. Sama sekali tidak, aku hanya sedang teringat sama mendiang Ibuku. Entah kenapa aku tiba-tiba saja merindukan beliau," jawab Tania, segera mengusap ke dua matanya agar air matanya tidak tumpah.
Diana seketika merasa terhenyak. Wanita paruh baya itu kembali memeluk tubuh menantunya lalu mengusap punggungnya lembut. Di saat Tania berusaha menahan air matanya, yang terjadi kepada Diana adalah hal yang sebaliknya. Air mata itu tiba-tiba saja mengalir dengan begitu derasnya. Rasa bersalah pun kembali menghantui seorang Diana.
'Maafkan Ibu, Nak. Ya Tuhan, berilah menantu saya kebahagiaan yang tiada henti, karena saya telah merenggut kebahagiaannya dan membuatnya menjadi seorang anak yatim piatu,' batin Diana seraya memejamkan ke dua matanya.
Tok! Tok! Tol!
Ceklek!
Pintu ruangan seketika di buka membuat ke duanya segera mengurai pelukan. Sekretaris Orion masuk ke dalam ruangan dengan membawa nampan berisi teh hangat untuk istri dan ibu dari Bosnya.
"Maaf harus menunggu lama, silahkan di minum teh hangatnya, Nyonya," sahut sang sekretaris ramah dan sopan juga meletakkan apa yang dia bawa di atas meja makan.
Tania menatap wajah wanita cantik dan seksi itu dari ujung kaki hingga ujung rambut dengan kening yang dikerutkan.
'Wanita ini sekretarisnya Mas Rion? Cantik juga, hmm! Enak kamu ya, Mas. Bekerja dengan ditemani wanita cantik kayak dia. Mana seksi lagi,' batin Tania menatap tajam wajah wanita itu, tatapan yang membuat sang sekretaris merasa tidak nyaman.
"Terima kasih, Evelin. O iya, putra saya mana? Ko dia masih belum kembali?" tanya Diana yang ternyata mengenal sekretaris putranya itu.
"Pak Bos sedang ke toilet, Nyonya Besar," jawab wanita bernama Evelin ramah dan sopan, "Saya permisi, Nyonya," sahutnya lagi berbalik lalu berjalan meninggalkan ruangan.
"Eu ... Ibu kenal sama sekretarisnya Mas Rion?" tanya Tania seraya tersenyum cengengesan.
"Tentu saja Ibu kenal sama dia, sayang. Si Evelin itu sudah bekerja selama 3 tahun di sini," jawab Diana seraya meraih cangkir teh lalu meneguk airnya secara perlahan.
"Hmm! Aku baru tahu kalau Mas Rion punya sekretaris secantik itu, mana seksi lagi," ujar Tania seketika memasang wajah masam.
"Apa kamu takut kalau suamimu akan tergoda sama sekretarisnya?" tanya Diana seketika terkekeh.
"Hah? Tidak, bukan seperti itu, Bu. Aku hanya--"
Dret! Dret! Dret!
Tania terpaksa menahan ucapannya ketika ponselnya tiba-tiba saja bergetar. Wanita itu pun segera merogoh tas kecil yang dia bawa lalu meraih ponsel dari dalam sana. Tania menatap layar ponsel.
"Aku angkat telpon dulu ya, Bu," pinta Tania sebelum akhirnya menekan tombol berwarna hijau di permukaan layar ponsel.
"Halo, Nyonya," sapa seorang wanita di dalam sambungan telpon. Dia adalah asisten rumah tangga yang bekerja di kediamannya.
"Iya ada apa, Bi?" tanya Tania meletakkan ponsel di telinganya.
"Anu, Nyonya. Di rumah ada tamu, katanya saudara jauh Nyonya dari kampung."
'Saudara jauh?' batin Tania, keningnya seketika mengkerut heran.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
2023-11-26
2
Rahma Inayah
lanjut thor
2023-11-26
1