"Tu-run se-ka-rang ju-ga, Tania. Sebelum--" Orion menahan ucapannya, dia membuka ke dua matanya lalu menatap tubuh seksi Tania lengkap dengan tatapan mata menggoda juga senyuman tipis yang terlihat begitu mempesona.
Untuk beberapa saat, dirinya seolah terhipnotis. Pandangan matanya perlahan berubah sayu, napasnya terdengar memburu. Dada Orion bahkan terlihat naik turun menahan gejolak di dalam jiwanya yang seolah bertentangan dengan apa yang baru saja dia ucapkan. Gairah yang selama ini bersemayam dengan tenang di dalam sana seolah mulai naik ke permukaan. Orion tidak mampu lagi menahannya, pertahanan yang dia bangun sendiri seolah runtuh seketika. Untuk beberapa saat, keheningan benar-benar tercipta.
'Tidak! Saya harus menahannya. Saya tidak boleh tergoda,' batin Orion bertentangan dengan gestur tubuhnya.
Telapak tangan Orion perlahan bergerak naik hendak mengusap wajah Tania istrinya. Namun ....
Grep!
"Sebelum apa?" tanya Tania menahan pergelangan tangan suaminya di udara, segurat senyuman licik pun terukir jelas dari ke dua sisi wajahnya, "Apa kamu lupa dengan apa yang baru saja kamu ucapkan?"
Orion bergeming. Tatapan matanya tertuju kepada bagian atas tubuh Tania yang terlihat ranum dan menggoda. Tania tentu saja menyadari hal itu.
Blug!
Dia menghempaskan telapak tangan Orion kasar lalu turun dari atas ranjang dengan wajah datar.
"Akh, sial! Kenapa Ibu memintaku memakai pakaian kayak gini sih?" decak Tania seraya mengusap tengkuknya dengan ke dua mata yang terpejam sempurna, "Bisa masuk angin aku kalau memakai saringan nasi ini semalaman."
Tania tersenyum menyeringai seolah tidak terjadi apapun. Dia berjalan ke arah koper lalu meraih pakaian tidur yang biasa dia pakai mengabaikan suaminya yang saat ini sedang menghela napas kesal. Sesuatu yang tersembunyi di balik celana yang dia kenakan bahkan mulai mengeras dan menegang. Sialnya, Tania berhenti di saat dirinya mulai terbuai, dan rasanya? Luar biasa kesal. Dia berasa di bawa terbang ke awang-awang lalu di hempaskan ke dasar jurang.
'Dasar wanita tidak tahu diri. Dia sengaja berbuat seperti ini agar saya kelabakan? Akh! Apa yang harus saya lakukan sekarang?' batin Orion seketika mengusap wajahnya kasar.
Sementara Tania mulai menurunkan pakaian yang dia kenakan lalu menggantinya dengan pakaian tidur berlengan panjang, sangat tertutup berbeda dengan apa yang dia kenakan sebelumnya, dan dia melakukan hal itu tepat di hadapan Orion membuat laki-laki itu semakin terlihat panas dingin dengan tubuh yang mematung juga dada yang terlihat naik turun.
Tania menoleh dan menatap wajah suaminya benar-benar merasa puas, "Kamu kenapa, Mas Oreo? Bukannya aku sudah mengikuti apa yang kamu perintahkan? Aku udah turun lho," sahut Tania dengan wajah datar.
"Dasar kampret," umpat Orion dengan nada suara pelan.
"Apa? Kamu bilang apa tadi? Kam-pret?" Tania membulatkan bola matanya.
"Harus berapa kali saya bilang sama kamu, nama saya Orion bukan Oreo, Tania?" ketus Orion menatap wajah istrinya dengan tatapan mata kesal.
"Hahahaha! Iya-iya, terserah kamu saja," jawab Tania seketika tertawa nyaring.
Wanita itu berjalan ke arah ranjang lalu meringkuk dengan menutup hampir seluruh tubuhnya menggunakan selimut tebal. Sementara Orion, seketika bangkit lalu duduk tegak di atas ranjang. Dia menatap wajah istrinya dengan tatapan mata tajam. Bagaimana bisa Tania bersikap sesantai ini setelah memporak-porandakan pertahanan terakhir di jiwanya? Pusaka miliknya bahkan masih berdiri tegang sampai sekarang.
"Kenapa kamu ngeliatin aku kayak gitu, Mas?"
'Kamu pasti kesal, kan? Kamu pasti kepengen belah duren, kan? Jangan harap, aku tidak akan pernah menyerahkan kesucianku sebelum kamu benar-benar menyerahkan hatimu seutuhnya untukku, Ma Oreo,' batin Tania balas menatap wajah suaminya.
Orion tiba-tiba saja meraih bantal guling lalu meletakkannya tepat di tengah-tengah sebagai pembatas, "Ini adalah pembatas kita, jangan berani-berani melewati batas ini, kalau tidak--"
"Kalau tidak apa?"
"Saya akan menendang kamu dari ranjang ini, paham?"
Tania menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan, "Tapi kalau ternyata kamu sendiri yang melewati batas, gimana?" tanya Tania tersenyum menyeringai.
"Gak mungkin, saya tidak akan pernah melewati batas. Kamu yang harus hati-hati!" ketus Orion seraya menunjuk wajah istrinya menggunakan jari telunjuknya sendiri.
"Baiklah, kita lihat saja nanti," jawab Tania seketika memejamkan ke dua matanya.
Sementara Orion meringkuk di atas ranjang tanpa selimut karena hanya ada satu selimut yang tersedia di sana dan saat ini sedang digunakan oleh Tania. Laki-laki itu terpaksa tidur dengan menahan rasa dingin karena tidak mungkin jika dirinya harus berbagi selimut dengan wanita ini.
'Sial, saya tidak bisa tidur tanpa selimut,' batin Orion seraya memeluk ke dua lututnya sendiri.
* * *
Keesokan Harinya
Orion merekatkan selimut tebal yang menutup tubuhnya. Dia memeluk tubuh Tania erat seolah wanita itu adalah bantal guling ternyaman yang dia gunakan semalam. Sementara wanita itu pun melakukan hal yang sama dengan menjadikan tangan kekar Orion sebagai bantalan. Sepertinya mereka tidur dengan saling berpelukan semalaman. Keduanya melakukan hal itu tanpa sadar.
Orion seketika mengedipkan ke dua matanya pelan. Pergelangan tangannya terasa pegal entah mengapa. Dia pun membuka mulutnya lebar-lebar sebelum akhirnya menarik pelupuk matanya secara paksa seraya menahan rasa kantuk.
"Astaga!" decak Orion sesaat setelah ke dua matanya benar-benar terbuka sempurna, wajah Tania berada sangat dekat dengan wajahnya, "Aduh! Kenapa posisi tidur kita jadi seperti ini? Apa yang terjadi semalam?" gumam Orion mencoba untuk menggerakan pergelangan tangannya di mana kepala Tania berada di atasnya.
"Hey! Bangun, Tania," sahut Orion, tubuhnya tiba-tiba saja berkeringat.
Bret!
Dia menghempaskan selimut yang menutupi tubuh keduanya, dan saat itu juga Tania semakin merekatkan pelukannya bahkan mengangkat satu kakinya lalu melingkarkan-nya di ke dua kaki Orion layaknya sedang memeluk bantal guling.
Glegek!
Orion seketika menelan ludahnya kasar. Kaki Tania berada tepat di bagian selangkangannya membuat celana yang dia kenakan tiba-tiba saja terasa sesak tanpa sebab.
"Astaga, wanita bar-bar ini," decak Orion bergeming seraya menatap langit-langit kamar.
Sementara Tania mulai mengeluarkan suara dengkuran kecil yang terdengar lirih di sela-sela hembusan napasnya.
"Sial, mana ngorok lagi tidurnya," decak Orion seketika menoleh dan menatap wajah Tania yang saat ini tengah tertidur dengan begitu pulasnya.
"Akh! Mas, pelan-pelan."
Tania tiba-tiba saja bergumam pelan dengan kening yang dikerutkan masih dengan ke dua mata yang terpejam sempurna. Sementara kening Orion seketika mengernyit heran.
Orion menatap lekat wajah istrinya. Diam-diam dia menahan senyuman di bibirnya. Sepertinya Tania sedang mengigau, entah apa yang sedang di mimpikan oleh wanita itu, yang jelas wajah Tania benar-benar terlihat lucu dan menggemaskan.
"Sakit, Mas Oreo!"
Tania kembali bergumam, sementara Orion tidak kuasa lagi menahan tawanya.
"Hahahaha! Kamu lagi mimpi belah duren? Astaga, di dalam mimpi saja kamu masih memanggil saya dengan panggilan Oreo? Apa itu snack kesukaan kamu?" decak Orion seketika tertawa nyaring.
Suara tawanya tentu saja membuat Tania terbangun, dia menyudahi mimpi indahnya dan seketika membuka ke dua matanya.
"Haaa! Sedang apa kamu, Mas?" teriak Tania merasa terkejut.
Bruk!
Wanita itu secara refleks menendang tubuh Orion keras dan bertenaga hingga dia terjungkal dan mendarat di atas lantai.
"Argh! Apa-apaan kamu, Tania?!" teriak Orion seketika merasa murka.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Erna Fadhilah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣rasain kamu orion 😏😏😏,,, makanya jangan sok jual mahal udah berdiri kan tu tongkatnya 😂😂😂😂
2023-11-19
2
Dewi @@@♥️♥️
puas bgt aku ,sukurin Emng enak d kerjain ,dasar mas Oreo sok jaim
2023-11-10
1