Orion menggerutu kesal, bukan kesal kepada Tania istrinya, tapi dia kesal kepada dirinya sendiri karena jantungnya sempat berdebar saat menatap wajah wanita itu. Penampilan istrinya memang sangat biasa saja, bahkan terlihat seperti pembantu rumah tangga. Namun, jika diperhatikan lebih dalam lagi, Tania memiliki kecantikan yang luar biasa. Kecantikan yang tersembunyi di balik penampilan lusuhnya.
"Akh! Sebenarnya kamu itu cantik, Tania. Andai saja kamu bisa mengurus diri kamu, lebih memperhatikan penampilan kamu sendiri, kecantikan yang kamu miliki itu melebihi kecantikan artis ibu kota lho," gumam Orion mulai memasuki ruang makan.
"Siapa yang cantik, Dad?" tanya Putri mendengar samar-samar apa yang baru saja diucapkan oleh ayahnya.
"Hah? Maksud kamu apa? Siapa yang cantik?" tanya Orion seraya menarik kursi lalu duduk dengan wajah memerah.
"Itu, Daddy barusan bilang," sahut Putri tersenyum cengengesan seraya memasukan satu sendok berisi nasi goreng ke dalam mulutnya, "Pasti Daddy mengagumi kecantikan Mommy Tania, kan?"
Wajah Orion semakin memerah saja. Apa Putri benar-benar mendengarkan apa yang baru saja dia gumamkan? Telinga sang putri benar-benar tajam ternyata. Orion mulai mengisi piring miliknya dengan nasi goreng berikut ayam goreng yang di masak oleh istrinya, tanpa menanggapi ucapan Putri.
"O iya, Dad. Mommy Tania mana? Lukanya sudah diobati, kan?" tanya Putri.
"Udah, Mommy Tania-mu ada di dalam," jawab Orion mulai memasukan suapan pertamanya.
"Beliin Mommy mobil," sahut Putri secara tiba-tiba.
"Hah? Beliin Mommy mobil?" Orion mengulangi ucapan Putri, "Mommy Tania mana bisa menyetir, Putri."
"Ya ajarin sama Daddy dong. Daddy 'kan suaminya. Aku ingin seperti teman-teman aku, pulang sekolah di jemput sama Ibunya, bukan sama supir," lirih Putri seketika mengerucutkan bibirnya sedemikian rupa.
"Tapi Mommy Tania gak bisa nyetir, sayang. Kalau di paksa belajar pun, Daddy khawatir kalau dia jemput kamu sekolah nanti."
"Siapa bilang aku tak bisa nyetir?" ujar Tania berjalan memasuki ruang makan, "Aku bisa nyetir ko. Kamu tahu tidak, sayang. Mommy bahkan bisa nyetir mobil truk lho," ucapnya lagi seraya duduk di kursi yang berada tepat di samping Putri.
"O ya? Waaah! Hebat dong," sahut Putri seketika tersenyum lebar, "Tuh kan, Dad! Ayo dong beliin Mommy mobil, biar aku bisa jalan-jalan sama Mommy," rengek Putri mengalihkan pandangan matanya kepada kepada sang ayah.
"Putri sayang, membeli mobil itu tidak seperti membeli tempe. Mobil itu harganya mahal lho," imbuh Tania.
"Kenapa? Daddy punya banyak uang ko, iya 'kan, Dad?" tanya Putri.
"Hahaha! Daddy memang punya banyak uang, sayang. Uang yang Daddy miliki bahkan tidak akan habis 7 turunan," sahut Orion seraya tertawa nyaring.
"Terus?"
"Ya, benar kata Mommy Tania. Membeli mobil itu tidak seperti membeli tempe di mana kita bisa langsung bisa datang ke warung di depan rumah ketika kita ingin membelinya," jelas Orion meraih gelas berisi air lalu meneguknya kemudian.
"Dasar Daddy pelit!" celetuk Putri seketika menatap sinis wajah sang ayah.
"Siapa yang pelit?" tanya Orion merasa tidak terima.
"Ya Daddy-lah, siapa lagi?"
"Astaga anak ini!" decak Orion seraya mengusap wajahnya kasar, sementara Tania hanya tersenyum cengengesan seraya menatap ayah dan anak itu secara bergantian.
"Akh! Sudahlah, aku udah kenyang," sahut Putri meraih gelas berisi air putih lalu meminum airnya.
"Lho, ko makannya udah? Nasi kamu belum habis lho?" Tanya Tania seraya menatap nasi yang masih tersisa di atas piring putrinya, "Apa masakan Mommy tidak enak?"
"Masakan Mommy enak ko, enak sekali. Masalahnya, aku udah kesiangan, Mom," jawab Putri sembari meletakan gelas yang sempat dia pegang.
Orion pun segera menyendok nasi terakhir yang tersisa di atas piringnya dengan tergesa-gesa. Sementara Tania segera berdiri tegak untuk mengisi gelas milik suaminya yang telah kosong tidak bersisa.
"Pelan-pelan makannya, Mas. Nanti keselek lho," pinta Tania merasa senang karena piring suaminya benar-benar kosong tidak bersisa. Itu tandanya, Orion menyukai makanan yang dia masak dengan ke dua tangannya sendiri.
"O iya, Put. Nanti pulang sekolah kita jalan-jalan ya, sudah lama lho kita gak pernah jalan ke mall," sahut Orion seraya meneguk gelas berisi air putih.
"Sama Mommy Tania juga?"
"Tentu saja, kita jalan-jalan bertiga."
"Sekalian beliin Mommy mobil?"
"Tidak, sayang. Daddy akan memikirkan hal itu nanti."
Putri menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan. Meskipun agak kecewa karena sang ayah tidak bersedia memenuhi keinginannya, tapi gadis berusia 8 tahun itu tetap saja merasa senang karena mereka akan jalan-jalan ke mall bertiga, hal yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya.
* * *
Siang hari, Tania sedang bersiap untuk pergi bersama suaminya dan Putri. Dia membalut tubuh langsingnya dengan dress berwarna putih, pakaian yang sama yang dia kenakan 2 hari yang lalu. Wajahnya pun terlihat cantik dengan polesan make up tipis. Namun, dirinya kesulitan saat hendak memoleskan lipstik di bibirnya karena bibir tipisnya masih terasa perih akibat benturan kerasnya dengan Orion pagi ini.
"Argh! Kenapa perih sekali," decak Tania seraya menatap bibirnya sendiri dari pantulan cermin, "Gimana gak sakit, orang bibirku sampai robek gini," decaknya lagi seraya mendengus kesal.
Ceklek!
Pintu kamar seketika di buka. Orion masuk ke dalam kamar tanpa di duga membuat Tania merasa terkejut tentu saja. Dia bahkan tidak tahu kapan suaminya ini tiba di kediamannya.
"Kamu? Kapan kamu pulang, Mas?" tanya Tania seketika menoleh dan menatap wajah suaminya.
Orion menggelengkan kepalanya samar seraya menatap tubuh istrinya dari ujung kaki hingga ujung rambut, "Ck! Ck! Ck! Saya nungguin kamu dari tadi lho, lagian kita ini mau ke mall bukan mau kondangan, Tania," decak Orion, lagi-lagi dia tidak suka dengan penampilan istrinya yang terlihat kampungan di matanya.
"Memangnya siapa yang bilang kalau kita akan kandangan?" tanya Tania kembali menatap ke arah cermin, menatap tubuhnya sendiri dari pantulan cermin yang berada tepat di hadapannya.
"Nah itu, pakaian kamu norak kayak emak-emak yang mau kondangan?" sahut Orion seraya menunjuk pakaian yang dikenakan oleh istrinya.
"Kenapa sih kamu selalu saja melakukan body shaming?" tanya Tania menatap wajah suaminya dari pantulan cermin.
"Body shaming?" Orion seketika membulatkan bola matanya seraya menatap wajah Tania dari pantulan cermin yang sama.
"Iya, dari tadi pagi kamu tuh mengejek penampilan aku terus lho, apa lagi namanya kalau bukan body shaming?" tanya Tania lagi seketika menoleh dan kembali menatap wajah suaminya dengan tatapan mata tajam.
"Tania-Tania, apa kamu lupa kalau kami ini istri Orion Dirgantara seorang pengusaha kaya raya, tampan, gagah dan penuh wibawa?" tanya Orion seraya merentangkan ke dua tangannya dengan wajah penuh percaya diri, "Kamu itu harus menyesuaikan diri kamu dengan saya, Tania! Kalau penampilan kamu kampungan seperti ini, apa gak takut ada pelakor yang akan merebut suami kamu ini, hah?"
Tania seketika terkekeh, wajah suaminya ini terlihat lucu dan menggemaskan. Dia pun berjalan menghampiri suaminya lalu berdiri tepat di hadapannya seraya tersenyum lebar. Tania mengusap dada bidang Orion seolah dia sedang membersihkan debu dari jas hitam yang dikenakan oleh Orion Dirgantara.
"Mas Oreo sayang, aku gak takut sama pelakor. Karena apa?" jawab Tania menatap lekat wajah suaminya, "Karena tidak akan ada pelakor yang mau mendekati laki-laki dingin, cuek, dan kasar kayak kamu," celetuknya lagi seraya tersenyum mengejek lalu kembali berjalan ke arah cermin.
Orion tercengang. Ke dua matanya semakin membulat sempurna seraya menatap sinis wajah istrinya merasa kesal. Ke dua tangannya pun seketika mengepal sempurna.
"Apa? Kamu bilang apa tadi?" tanya Orion hendak memuntahkan kekesalannya, "Dasar wa--"
"Arghh! Bibir aku!" teriak Tania saat dirinya mencoba untuk memoleskan lipstik di permukaan bibirnya, membuat Orion seketika menahan ucapannya.
"Bibir kamu kenapa? Masih sakit?" tanya Orion suaranya kembali melemah juga berjalan menghampiri.
"Iya, gara-gara kamu! Lagian, bukan hanya mulut kamu saja yang tajam, tapi gigi kamu juga tajam, Mas," rengek Tania seraya mengerucutkan bibirnya merasa kesal juga menahan rasa sakit, "Lihat, bibir aku robek. Aku bahkan tidak bisa memakai lipstik lho," decaknya seraya mendengus kesal.
"Astaga! Sini saya lihat," sahut Orion sedikit membungkukkan tubuhnya mencoba untuk melihat kondisi bibir sang istri.
Tania diam mematung, dia menatap wajah suaminya yang berada sangat dekat dengannya. Orion menatap dengan seksama bibir istrinya seraya mengusap ujung bibirnya lembut.
Orion menghela napas berat lalu hendak berdiri tegak, "Cuma robek dikit doang, jangan cengeng deh!" decak Orion tersenyum menyeringai.
Cup!
Tania tiba-tiba saja mengecup bibir Orion membuat ke dua mata laki-laki itu seketika membulat sempurna.
"Kamu--"
"I love you, Mas Oreo."
(Jangan lupa like ya, Reader ❤️)
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Dewi @@@♥️♥️
gak usah ngekek Mulu mas Oreo,nnti juga kalau udah d modalin si Tania jadi cantik,,kamu pasti akan mengagumi kecantikan Tania
2023-11-17
2
Rabiatul Addawiyah
😅berani cium bibir Oreo si Tania
2023-11-16
1