Ke dua mata Orion seketika membulat sempurna ketika bibir Tania tiba-tiba saja mendarat singkat di bibirnya.
"I love you, Mas Oreo," sahut Tania seraya tersenyum cengengesan, tidak ada rasa penyesalan sedikit pun dari raut wajahnya karena telah membuat jantung seorang Orion berdetak kencang seolah hendak melompat dari tempatnya bersemayam saat ini.
"Ka-kamu?!" sahut Orion sontak memundurkan langkah kakinya merasa salah tingkah.
"Kenapa? Baru di cium dikit aja udah panas dingin gitu," ujar Tania menatap lekat wajah suaminya. Dia pun berjalan keluar dari dalam kamar melintasi suaminya begitu saja.
"Da-dasar wa-wanita bar-bar," decak Orion menatap kepergian istrinya dengan perasaan campur aduk sulit untuk di ungkapkan dengan kata-kata.
Antara rasa kesal, marah, dan terkejut. Namun, ada rasa lain yang terasa mengusik relung hati seorang Orion. Rasa yang sudah sejak lama tidak dia rasakan kehadirannya. Ini bahkan pertama kalinya bibir sensualnya bersentuhan dengan bibir seorang wanita, dan rasanya? Sulit di ungkapan dengan kata-kata.
"Kamu sedang apa, Mas? Sudah waktunya Putri pulang sekolah lho," tanya Tania berhenti dan berdiri tepat di depan pintu kamar seketika membuyarkan lamunan panjang seorang Orion.
"Hah? Eu ... kamu tunggu saya di bawah, saya mau ke toilet dulu," jawab Orion terbata-bata, mencoba untuk mengendalikan berbagai rasa yang berkecamuk di dalam hatinya.
"Oh, oke!" sahut Tania lalu melanjutkan langkah kakinya.
Orion diam mematung seraya mengusap bibirnya sendiri. Kenyalnya bibir Tania bak noda yang membekas di bibirnya.
'Sial, baru di cium gitu aja udah panas dingin kayak gini. Dasar tuh si Tania, selalu saja ngelakuin hal yang tak terduga. Kalau kayak ini terus, bisa benar-benar roboh iman saya. Hadeuh!' decak Orion menggerutu kesal di dalam hatinya.
* * *
Di perjalanan menuju sekolah Putri. Keheningan benar-benar tercipta di antara mereka berdua. Tidak ada sepatah katapun yang terucap dari bibir Orion maupun Tania. Keduanya seolah larut dalam lamunan masing-masing. Orion nampak fokus menatap ke depan di mana jalanan membentang tidak terlalu padat pengendara. Sementara Tania, duduk di kursi samping seraya menatap ke arah luar jendela.
Dret! Dret! Dret!
Ponsel milik Tania seketika bergetar. Wanita itu menatap layar ponsel yang memang sedari tadi dia genggam sebelum akhirnya mengangkat sambungan telpon.
"Iya, halo sayang," sapa Tania meletakan ponsel di telinganya.
"Mommy di mana? Ini aku udah pulang dari tadi," rengek Putri, suaranya terdengar samar-samar menahan rasa kesal.
"O ya? Mommy sama Daddy lagi di perjalanan sekarang. 10 menit lagi kami nyampe ko, kamu jangan ke mana-mana ya."
"Oke, Mom," jawab Putri lalu menutup sambungan telpon.
"Berhenti di depan, Mas," pinta Tania membuat Orion seketika mengerutkan kening.
"Tadi yang nelpon Putri, kan?"
"Udah berhenti dulu, berdebatnya nanti aja, kasihan Putri udah nungguin kita lho," pinta Tania penuh penekanan.
Meskipun ragu pada awalnya, Orion tetap menuruti apa yang diperintahkan oleh istrinya. Mobil yang dia kendarai mulai melipir lalu berhenti di tepi jalan.
Ceklek!
Tania tiba-tiba saja keluar dari dalam mobil. Hal yang sama pun dilakukan oleh Orion secara refleks. Tania segera berjalan ke arah samping.
"Kamu mau apa?" tanya Orion masih berdiri tepat di samping pintu mobil.
"Biar aku saja yang nyetir. Kamu bawa mobilnya kayak keong tau. Kasihan Putri," sahut Tania masuk begitu saja ke dalam mobil lalu duduk di kursi supir.
"Hah? Tapi, Tania. Apa kamu bisa menyetir?" tanya Orion sembari menahan pintu mobil yang baru saja hendak di tutup oleh istrinya.
Tania seketika tersenyum kecil, "Makannya naik dulu, Mas sayang. Gimana kamu bisa tahu aku bisa nyetir atau nggak kalau kamu tidak melihatnya sendiri," Tania menjawab dengan penuh rasa percaya diri.
"Astaga, wanita ini!" decak Orion seketika menutup pintu mobil lalu berjalan ke arah samping dan masuk ke dalam mobil tersebut.
"Pakai sabuk pengaman kamu, Mas," pinta Tania seketika menyalakan mesin mobil.
"Iya-iya, saya tahu," decak Orion seraya melingkarkan sabuk pengaman di tubuhnya.
Tania segera menginjak pedal gas tanpa aba-aba. Mobil pun seketika melaju dengan kecepatan tinggi membuat Orion seketika merasa terkejut tentu saja. Ke dua mata laki-laki nampak membulat sempurna dengan mulut yang di buka lebar.
"Haaa! Apa-apaan kamu, Tania? Jangan ngebut-ngebut kayak gini!" teriak Orion menoleh dan menatap wajah istrinya dengan wajah ketakutan, "Hey! Saya tidak mau mati konyol!"
Tania sama sekali tidak menanggapi teriakan suaminya. Dia benar-benar mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi dan membutuhkan konsentrasi. Dirinya tidak ada waktu untuk menanggapi rengekan suaminya yang benar-benar terlihat ketakutan. Wanita itu bahkan menyalip setiap mobil yang berada di depannya bak seorang pembalap profesional.
Sementara yang dilakukan oleh Orion hanya berteriak dan memekik juga meminta istrinya untuk memperlambat laju mobil. Rengekan juga teriakan laki-laki itu sama sekali tidak di tanggapi oleh Tania. Hanya dalam kurun waktu 10 menit saja, mobil yang dikendarai oleh Tania pun tiba di tempat tujuan dengan selamat.
Ckiiit!
Mobil berhenti tepat di depan gerbang Sekolah Dasar di mana Putri menuntut ilmu selama ini.
"Dasar wanita gila!" sahut Orion segera keluar dari dalam mobil di susul oleh istrinya kemudian.
"Huek!" Orion tiba-tiba saja muntah sesaat setelah dia menginjakan kakinya di aspal.
"Kamu kenapa, Mas?" tanya Tania berjalan menghampiri suaminya seraya tersenyum cengengesan.
"Gila kamu, Tania. Gila!" teriak Orion ke dua matanya nampak membulat sempurna bahkan seperti hendak melompat dari tempatnya, "Memangnya kamu pembalap, hah? Kenapa bawa mobil ugal-ugalan kayak gitu? Kamu ingin saya mati konyol? Malam pertama saja belum, masa udah mati aja? Percuma dong saya nikah?!"
"Hah? Kamu bilang apa tadi?" tanya Tania, keningnya seketika mengkerut heran.
"Daddy kenapa muntah-muntah? Apa Daddy sedang ngidam? Aku mau punya adik?" tanya Putri dengan begitu polosnya sembari berjalan menghampiri ayah serta ibunya.
"Hah? Ngidam?" tanya Tania dan Orion secara bersamaan.
'Gimana mau punya adik? Bercocok tanam aja belum,' batin Orion seraya tersenyum menyeringai.
'Aduh Putri, boro-boro punya adik. Daddy-mu aja gak pernah menyentuh Mommy,' batin Tania seraya menatap sinis wajah suaminya.
(Jangan lupa like ya, Reader ❤️)
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Melani Sunardi
😅😅😅 ga rasa salah ya kamu Tania....
2024-07-12
1
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor 🙏
2023-11-17
1
Dewi @@@♥️♥️
daripda nanti nyesel nikah tapi belum MP,nnti malam ajakin Tania MP aja
2023-11-17
1